Sebelumnya KNURD udah pernah bahas tentang band band Christian hardcore macam Redeem, Pink Daffodils, (early) Underoath juga label spesialis Christian macam SOFA Records. Nah, gimana dengan di Indonesia?
Jejak Christian hardcore band di Indonesia mungkin bisa mulai diendus dengan Overseas. Band metal/hardcore berbasis di Jogja ini berada dibawah naungan Hellavilla Records yang juga merilis Cranial Incisored & Hands Upon Salvation. Band ini sebelumnya bernama Lead Me Today sebelum kemudian berganti nama menjadi Overseas dan merilis EP Half of Life pada 13 November 2011. EP 5 lagu rilisan Hellavilla Records tersebut juga menandai perubahan arah musikal dari post-hardcore di era Lead Me Today menjadi metal/hardcore setelah berganti nama.

Meskipun tidak self-proclaimed Christcore, dengan member yang kesemuanya Christian serta beberapa tema lagu lirik rohani mereka yang ditulis oleh vokalis, Angga/Eeng (kini roadman Dubyouth), cukup menjadi alasan beberapa rekan kami saat itu menyebutnya spirit-filled hardcore band. Bahkan di versi paket album CD nya mereka memuat rosario sebagai salah satu item merchandise boxset-nya. Mulai dari nomor pembuka “The Beginning”, “Sins”, “Another Judas”, “Grace” serta track penutup “This is Not The End” membuat materi EP yang digawangi duo gitaris Daniel & Hanz serta diperkuat Odit dan Titus terdengar sebagai rilisan yang kuat. Sayangnya band ini seolah tenggelam setelah rilisan ini.

Fast-forward lebih dari satu dekade tahun kemudian, kami mendengar tentang kecenderungan band dan fans hardcore lokal yang menggandrungi beatdown lalu mencoba digging deeper untuk kemudian menemukan sub-genre hardcore lainnya yang sempat terlupakan, dalam hal ini edge metal, 90’s hardcore metal atau malah spesifik H8000 style.
Beberapa band hardcore lokal kemudian mulai mengubah musiknya menjadi sub genre hardcore yang lebih spesifik era 90an, beberapa diantaranya ada Bleach, Snapped dll. Bahkan muncul label asal Surabaya, Hellcanon Records, yang banyak merilis edge metal semacam Ezalor, Ornament, Hellrazor serta band yang terlihat berbeda karena mengklaim sebagai band Christian hardcore yaitu Find New Mercy dari Malang.

Roster Hellcanon Records lainnya, Crusader dari Blitar, ketika kami konfirmasi menampik sebutan Christcore walaupun secara visual dan musik di rilisannya, mereka mengaku mengambil referensi dari band Christcore semacam Zao.
Find New Mercy sendiri sebenarnya di materi awal tidak membawakan tema Christian, baru di EP Presence Of Light yang dirilis Hellcanon Records, mereka mengubah image menjadi spirit-filled hardcore band.
Dari story IG Find New Mercy kemudian kami bertemu lagi dengan band Christian hardcore asal Manado, Sacrify, yang sedang rilis open pre order t-shirt.

Obrolan dengan vokalis Sacrify, Yobel Sulu, membuka informasi kalau “awalnya kami main band di gereja, kebetulan beberapa dari kami ini mengulik hardcore, jadilah Sacrify”. Debut single “Was Blind, But Now I See” dirilis via Secret Society Records yang juga digawangi oleh Yobel serta gitaris Sacrify, Jonah Mekel.
Secret Society Records sendiri awalnya ingin fokus merilis band – band dreampop, shoegaze Manado semacam Domein, hypatia, Cain, Alien Penumbra tapi kemudian merilis band hardcore semacam xMINDSET47x dimana Yobel & Jonah terlibat.
Yobs kemudian memberikan informasi tentang band Christcore lainnya yang baru rilis single, Bruse. Band asal Surabaya ini awalnya memainkan beatdown hardcore dan telah merilis EP Ruthless Neighbourhood pada Januari 2024.
Baru pada single Believe in Him yang rilis 11 Oktober lalu, mereka dengan berani menegaskan diri membawakan tema religius.

Menarik melihat geliat band – band lokal yang mau menyelam lebih dalam dan menemukan sub genre lain yang membuat skena hardcore di Indonesia lebih variatif dengan pesan yang bermakna. Pesan religius yang dibawa band – band Christiancore ini jarang sekali dibawakan di lingkup lokal yang seringnya mengumbar kosakata makian saja. Menarik ketika melihat band – band dengan image visual Christian ini serasa mengajak followers-nya melakukan misa di pit area instead of the usual two steps apalagi crowd killing.


