Bulan ini 23 tahun yang lalu Underoath merilis album keduanya, Cries Of The Past. Tidak seperti Underoath yang sekarang dikenal sebagai so-called MTV screamo (jiiaaah), album ini adalah sebuah master piece untuk skena Christian hardcore pada masa-nya.
Ya, di album ini musically mereka memainkan campuran black metal, death metal dan hardcore, bayangin Craddle of Filth (lengkap dengan part keyboard) ketemu Hatebreed era Perfection is The Death of Desire tapi liriknya berbicara tentang keimanan.
Ohya, pada masa itu hardcore dan black metal dari sudut pandang mereka masing-masing adalah dua bentuk musik dan gaya hidup yang sangat bertentangan satu sama lain. Di album ini Underoath berhasil mengolah komposisi materinya dengan kreativitas dan gaya sedemikian rupa sehingga bisa merangkul penggemar dari kedua genre ini.
Berdurasi 42:08 menit, Cries of The Past hanya memuat 5 lagu sebagai gambaran betapa panjang-nya lagu – lagu di album ini, ga ada yang dibawah 7 menit. Setiap komposisi terdiri dari banyak bagian yang berbeda dengan perubahan yang lebih besar dalam tekstur serta ritme. Beberapa aspek pada album ini berkontribusi memberikan ruang untuk bernapas yang kemudian menciptakan ketegangan sekaligus kemudian melepaskannya.
Dibuka dengan The Last, riffing cepat mengarah ke bagian melodi yang kemudian berubah menjadi mosh riff, courtessy of guitarist Corey Steger, yang mana setelah album ini rilis kemudian memutuskan cabut. Corey dan tandemnya, Octavio Fernandez, berjibaku memberikan sedikit sentuhan lain seperti penggunaan gitar akustik yang membuat lagu-lagunya mengalir dan bertransisi dengan anggun serta terdengar effortless.
Album ini menjadi penanda bergabungnya keyboardist Christopher Dudley yang menambah aura kegelapan. Alih-alih suara elektronik yang terdengar modern seperti di kemudian hari mereka dikenal orang, Dudley memberikan imbuhan mengawang ethereal layaknya aura khas black metal.
Sementara beat drum dari Aaron Gillespie dengan part kenceng tremolo-nya yang kemudian bisa cepat berubah ke breakdown metalcore yang lebih lambat, bass yang dipegang Matthew Benjamin Clark menjaga kesemua bagian terasa tepat pada waktunya. Begini nih contoh bassist yang ga banyak neko neko.
Vokal Dallas Taylor jadi salah satu elemen terkuat di album ini. Tehnik vokal shrieking black metal ala Dani Filth yang melengking kasar, high pitch tetapi kuat secara emosional ditambah rangkaian geraman serta clean vocal seperti di track “Giving Up Hurts The Most” bahkan ratapan di “Walking Away” membuatnya makin variatif.
Penulisan Lagu
Album ini banyak memuat riff metalcore, death metal serta breakdown yang berhasil memasukkan banyak ide dan pemikiran individual yang dimasukkan ke dalamnya namun tetap terasa kohesif. Penulisan lagu disini juga menunjukan keseriusan fokus yang mendorong diri mereka sendiri untuk menjadi lebih dewasa dan penuh percaya diri.
Dallas banyak menulis lirik yang berbicara tentang sudut pandang pribadi mengenai berbagai aspek kehidupan, seperti perasaan, kehilangan dan patah hati. Ambil contoh di track “Cries of The Past” yang bercerita tentang kematian pacar Dallas Taylor, bisa langsung dibaca dari lirik “the next thing I remember was crawling out from the car, and seeing you lying there”. Dari sampel suara intro lagu saja kita udah bisa menebak kalo itu adalah gambaran kecelakaan mobil yang merenggut nyawa pacarnya.
Mereka juga menyentuh ranah spiritualitas dan iman serta bagaimana semuanya berhubungan satu sama lain seperti di “Walking Away” dimulai dari lirik “the day I left you was the worst mistake I ever made” yang mencoba memahami religius dari sudut pandang lain. Sudut pandang religi ini bukan sekedar menjadi sebuah himne tetapi sebagai cara untuk melihat sesuatu yang tidak berdasar, sebuah pencarian kebenaran yang tidak ada habisnya, “depending on you Christ carry’s me the rest of the walk”.
Verdict
Secara produksi, album ini masih terdengar layaknya band metalcore awal 2000-an yang dirilis oleh label D.I.Y walaupun tentu saja mereka berhasil membuatnya menjadi terdengar lebih kaya & well-structured. Tapi untuk dibandingkan dengan Underoath yang sekarang kita kenal, kayaknya lebih baik menganggap album ini (dan debut Act of Depression) layaknya dua band yang berbeda aja deh ya.
Versi Lain Album Cries Of The Past
Sebagai catatan, album ini pertama kali dirilis oleh Takehold Records, sebuah label spesialis band punk, emo dan hardcore yang berafiliasi dengan Christianity. Label ini juga berada dibalik the legendary Furnace Fest.
Pada tahun 2002, Chad Johnson pemilik Takehold Records menjual label tersebut ke Tooth & Nail Records dan menjadi perwakilan A&R-nya. And as we know it, Tooth & Nail Records kemudian menjadi label Christian rock besar yang merilis band – band semacam MXPX, Anberlin sampai MAE dan Copeland.
Cries of The Past kemudian dirilis ulang dalam format CD oleh Solid State tahun 2013 dengan desain kover yang berbeda. Pada tahun 2016 sempat beredar versi kaset bootleg warna putih yang dirilis oleh label Gothmosh Records.
Sementara pada tahun 2020, Isolation Club sebuah art collective berbasis di Portland juga merilis bootleg version album ini dalam format kaset berwarna emas, limited 50 pcs. Rilisan bootleg versi ini juga menambahkan sebuah lagu “Leaving Middle Street” dari sesi demo album They’re Only Chasing Safety tahun 2003.
Dengerin deh yuk!