Saya rasa pada dekade ini kosa kata “Americana” merupakan sebuah alternatif yang selalu tepat ditawarkan terhadap para musisi di skena Alternative dan Indie Rock dalam melakukan eksplorasi sound mereka lebih jauh.
Agaknya pengecualian ini saya berikan kepada Katie Crutchfield yang secara ril memiliki bukti otentik akan membaurnya Indierock songwriting dan Americana (musik country khususnya) via PS. Eliot.
Pasca P.S. Eliot, Krutchfield Sister-pun akhirnya berpisah menebarkan diaspora subgenre Indiepunk dimana Allison membentuk Swearin’ bersama beberapa kawannya di Philadelphia dan Katie aktif dengan moniker solo-nya bernama Waxahatchee.
Walaupun besar dengan P.S. Eliot, Krutchfield Sister juga dikenal dengan beberapa musical project lainnya seperti Bad Bananas ataupun The Ackleys. Dengan kredibilitas yang lumayan terlihat, pantas memang kalau menempatkan Krutchfield Sister ini sebagai salah satu tokoh yang pivotal terhadap perkembangan skena Indiepunk di akhir 2000-an sampai awal dekade 2010.
Dan memang kami akui juga dengan peristiwa sign-nya Waxahatchee dengan Merge Records, hal ini menjadi sebuah ‘bridging’ bagi generasi Indierock 90-an dan 2000-an terhadap eksponen Indiepunk yang berkembang di akhir dekade 2000-an. Album ‘Ivy Tripp’ memang menjadi tools komunikasi yang efektif dalam fase bridging ini dimana album ini menjadi instant success ditandai dengan banyaknya review positif didapatkan dari berbagai media influential seperti The Guardian, Rolling Stone, sampai Pitchfork.
Saya mengakui bahwa apa yang dilakukan oleh Katie Crutchfield pada “St Cloud” merupakan sebuah in depth view tentang kehidupannya pasca tur dengan coop mechanism beliau terhadap ketergantungan alkohol.
Album “St Cloud” merupakan buah karya yang efektif nan reflektif karena memang akhirnya banyak fans yang meletakan “St Cloud” sebagai sebuah keberhasilan baru bagi moniker asal Alabama ini.
Memiliki peak time dalam karir bermusik bukanlah hal yang mudah, karena banyak dari musisi menganggap hal ini justru sebagai sebuah tantangan yang tidak terkalahkan karena memang pasca peak time dari seorang musisi merupakan dekade dimana seorang musisi antara ditinggalkan fans atau mengalami degradasi kreatifitas.
Alhamdulillah, hal ini mimin tangkap tidak terjadi pada Waxahatchee pada “Tigers Blood”. Album “Tigers Blood” merupakan imprint pertama Waxahatchee di Anti, sebuah subdivision label dari Epitaph Records yang dikenal untuk signing musisi dengan background Punk dan Indie Rock yang mulai bermain di ranah Americana ataupun Folk.
Album “Tigers Blood” dibuka dengan track yang berjudul “3 Sisters”. Track ini dibuka dengan khidmatnya karakter vokal Katie Crutchfield yang diberi bubuhan sound keyboard hingga memadati megahnya introduksi dari album ini. Saya nilai track “3 Sisters” merupakan track yang cukup representatif untuk menjadi introduksi dan wide picture dari “Tigers Blood”.
Setelah track “3 Sisters”, spotlight kami lanjutkan kepada track kedua berjudul “Evil Spawn”. Karakter vokal dan juga aksen selatan United States dari Katie Waxahatchee memang menunjukan taringnya ketika dipadukan dengan songwriting yang trailblazing direpresentasikan oleh lagu ini. Ini merupakan track yang melodius dan uplifting di saat yang bersamaan.
Agak sulit memang untuk memilah track-track mana saja yang seharusnya dijadikan highlight pada album “Tigers Blood” karena memang dari segi kualitas materi Waxahatchee menaruh kekuatan yang berimbang dari awal hingga akhir track pada full length ini. Mungkin salah satu track yang cukup kuat dari segi tema lagu kami memilih track ke empat berjudul “Right Back To It”.
Track “Right Back To It” merupakan sebuah track downtune dengan tema lagu yang cukup romantis. Saya suka dengan perspektif Katie Crutchfield dalam penulisan lagu ini. Tertera line lyric seperti “I’ve been yours for so long. We’ll et right back to it”, memang benar-benar memberikan sebuah eternal feeling dimana sebagaimanapun orang yang kita cintai bentuknya kalau memang dia jodoh kita ya bakalan nempel ke situ-situ lagi.
Asli ini tuh terdengar seperti sebuah tembang cinta yang dikomodifkasi dengan packaging terkini dan memang vibe Americana pada track ini kerasa banget nget nget. Ditambah sound pedal steel guitar yang cukup memberikan intensitas yang baik bagi vibe Americana untuk lagu ini.
Kami lanjutkan highlight track ke delapan untuk full length ini yang berjudul “Crimes of The Heart”. Saya suka banget sama vibe yang ditawarkan oleh lagu ini. Track ini dikomposisikan oleh sound gitar akustik dipadu dengan vokal Katie Crutchfield. Bare chord dan aksen Southern Katie memang sebuah kombinasi mutakhir dalam menciptakan vibe chill bin reflektif pada lagu ini.
Tidak lupa beberapa pemanis seperti keys dan steel guitar dibubuhkan pada lagu ini hingga memang vibe Americana pada lagu ini terepresentasikan dengan baik. Saya suka banget hook yang diciptakan dari melodi vokal lagu ini part verse. Artikulasi Katie pada part ini dieksekusi dengan baik.
Highlihght terakhir kami lanjutkan kepada track ke-12 berjudul “Tigers Blood”, single yang akhirnya diambil menjadi nama album. Di sini yang menjadi spesial adalah aransemen lagu dimana terdapat sisipan mandolin yang menghiasi sisipan di banyak part dari lagu ini.
Kami bisa berkomentar bahwa sisipan keys + pedal guitar + mandolin bisa menjadi salah satu kombinasi tepat untuk membangun vibe yang simpel nan reflektif pada “Tigers Blood”. Asli ini merupakan sebuah killer track yang ditaruh di akhir dari album yang bagus.
Overall album “Tigers Blood” merupakan sebuah pembuktian dari Waxahatchee bahwa “St Cloud” bukan merupakan akhir dari peak moment kreatifitas Waxahatchee. Dan memang kalau dilihat makin ke sini tuh si Waxahatchee teh musicality statement-nya makin bold untuk merepresentasikan tentang darimana moniker ini berasal. This album got so much loves!