Pernah notice ga kalau setelah pandemi makin banyak band Indonesia yang tour ke kota atau pulau lain? Entah itu promo rilisan atau pas lagi dapat undangan maen di festival gede (yang nutup produksian) terus lanjut tour gig skala kecil ke kota lain.
Gak hanya tour ke kota atu pulau lain, kini makin banyak band yang tour keluar Indonesia. Entah itu masih di seputaran Asia, biasanya Asia tenggara (Malaysia, Singapura, kadang Thailand) atau sampai Jepang.
Tidak sedikit juga yang tour sampai ke benua Australia, Eropa dan Amerika. Entah dengan sponsor maupun mandiri.
Khusus tulisan kali ini sih saya mau bahas tour ke Eropa secara mandiri berdasarkan pengalaman pribadi plus tips and trick dari Tesla Manaf yang sudah dia tulis di utas X nya tentang tour KUNTARI yang akan dijalaninya selama Maret – April nanti di Eropa.
How To Start?
Pertama, kamu bisa menyiapkan materi rilisan terbaikmu jadi tentu saja kamu harus punya rilisan terlebih dahulu. Rilisan ini akan lebih menarik apabila ada sesuatu yang unik dan punya karakter khas tersendiri. Jangan takut untuk eksplorasi.
Gak usah khawatir dengan follower sosial media bandmu yang masih sedikit. “Dari 30 venue yang KUNTARI dapet, gak ada satupun yang nanya follower sosial media. Jadi ga usah khawatir, selama musik kita cocok pasti mereka booking” ungkap Tesla yang ditulis di utas X-nya.
Dari materi rilisan ini kamu bisa memilih venue mana yang sesuai dengan jenis musik yang kamu buat. Ada beberapa venue di Eropa yang terbuka dengan segala jenis musik tapi banyak juga yang punya spesialisasi genre musik tertentu.
Tentunya kurang tepat kalo musik yang kamu mainkan itu indiepop tapi pitching ke venue yang condong ke experimental misal cave12, ya ditolak mentah – mentah pastinya.
Memilah mana venue yang cocok dengan musikmu ini juga suatu hal yang gak mudah. Di utas-nya, Tesla juga memberikan tips untuk scouting venue. “Cari venue yang cocok sama genre musik kita. Ada beberapa cara, kalo saya sih:
- Cari band yang up & coming yang mirip dengan musik kita. Dari situ nyontek dia tur kemana aja, venuenya apa aja. Cek sosmed/web venuenya, mereka selalu ngasih kontak kok. Jangan email cuma 1 venue, tapi 5-10 venue tiap kota. Pasti ada aja yg bales.
- Coba contek booking agency favorit kalian, contek juga artis – artisnya manggung dimana. Nah booking agent itu selalu punya opsi venue yang tepat buat genre artisnya. Jadi cocok banget buat dicontek jalurnya.
- Dari koneksi, syukurnya KUNTARI dapet beberapa panggung dari hasil koneksi yang dibangun bertahun tahun. Apalin orangnya, minta emailnya, keep in touch selalu.”
Tips dari saya, selain punya koneksi dengan kolektif musik lokal di kota-mu, kamu juga perlu punya networking dengan band yang ada di luar negeri. Relasi ini penting karena nantinya band lokal di kota setempat bisa membantu mencarikan venue, kalo perlu ajak tur bareng jadi bisa memudahkanmu untuk mengatur rute perjalanan tur.
Keuntungannya jelas, kamu ga pusing nyari venue dan biaya produksi bisa ditanggung bersama misalnya sewa van dan bensin. Ini hal yang saya lakukan pada tour Eropa beberapa kali terakhir.
Nah, dari mana bisa kenal kawan musisi dari benua lain ini? Ya itulah gunanya berjejaring. Kamu bisa memulai dengan interaksi bersama orang-orang di kota mu yang aktivitasnya bergerak di seputaran pengorganisiran gigs band tour.
Kalo perlu jadilah bagian dari kolektif ini, minimal ikut menemani ngobrol jika ada band dari luar kota atau luar negeri yang sedang mampir tour di kotamu. Kalau mager ya mungkin bisa jb jb via sosmed.
Aktivitas seperti ini bisa membuka banyak koneksi yang akhirnya akan membuka banyak jalan. Banyak dari koneksi saya awalnya hanya dari bertemu di gig pas band mereka mampir di Jogja lanjut makan bareng after gig. Beberapa tahun kemudian ada yang nawarin maen di kota mereka dll. Sesimple itu.
Press Kit Band
Untuk bisa bermain di sebuah venue di Eropa, kita harus mengirim press kit dulu via email untuk perkenalan dan memberitahu jenis musik kita seperti apa. Kalau pihak venue tidak suka sama musik kita ya bisa aja ditolak bahkan email kita gak dibales pun biasa.
Pengalaman ditolak venue pernah terjadi waktu saya tour sama rapper Joe Million di Paris tahun 2019, alasannya karena pihak venue (yang spesialis experimental) gak suka sama musik hip hop 🙁
Tesla Manaf membagikan beberapa tips untuk membuat press kit di utas-nya.
“Ini langkah awal yang krusial. Buat press kit berbentuk pdf seminim mungkin dengan informasi sebanyak mungkin. Aku saranin maksimal 2 halaman dengan clickable link.
Di situ isinya:
- Siapa kita dan apa yang ngebuat kita beda dari band lain
- Pernah kolaborasi bersama siapa aja
- Potongan review positif dari media
- Link musik, video, kontak dan riders
- Video kalo bisa ada 2, music video yang proper dan video live yang raw. Venue/oganizer selalu pingin liat live band yang diundang. Biar bisa nentuin vibesnya cocok ga.”
Press kit ini kemudian disebar ke beberapa venue atau organizer di Eropa.
How To Get a Gig?
Beda dengan tour band luar negri di Indonesia yang biasanya dihandle 1 booking agency yang kemudian nyariin venue dan organizer tiap kota. Tour mandiri ke Eropa tanpa booking agency mengharuskan kita rajin mengirim email ke beberapa venue dan organizer.
Masalahnya skena di Eropa cenderung tertutup dan kadang tidak saling mengenal bahkan dengan yang se-kota. Beda dengan Indonesia yang apa – apa komunal jadi lebih mudah juga dapat gig-nya.
Menilik dari pengalaman Tesla, “dari bulan Oktober, ada kali gw email venue atau organizer sampe 70 email yang bales cuma 3.
TUJUH PULUH EMAIL YANG BALES CUMA TIGA
Tapi jangan bersedih hati, yang bales biasanya ngasih beberapa panggung dan saran nama venue lainnya. Mereka gak hanya kasih nama venue, tapi direct kontak juga ke venuenya.
Kita juga bisa memakai nama dia untuk referensi. KUNTARI dapet beberapa venue besar hasil dari rantai referensi itu
Jangan lupa email 6 bulan sebelum rencana keberangkatan. Banyak venue yang selalu organize beberapa bulan sebelumnya.
List venue sebanyak banyaknya, dan email satu – satu secara personal. I repeat SECARA PERSONAL. Jangan di CC apalagi di blast. Amat sangat ga sopan (I learned it in hard way).
Hati – hati juga nyebut nama gender ya.
Kalo aku pribadi, emailnya kaya gini:
Pg 1
Bersifat personal, darimana tau venue mereka, kenapa kita suka sama venue mereka
Pg 2
Kasih tau siapa band kita
Pg 3
Kasih tau kenapa kita cocok main di venue mereka, dan kasih ajuan tanggal bermain
Pg 4
Penutupan sekaligus attach press kit dan juga share link video di badan email biar mereka bisa langsung liat.”
Memilih Rute Tour
Selama 3 kali tour Eropa, saya selalu dibantu oleh beberapa kawan disana yang menjadi semacam road manager sekaligus rekan tour. Mulai dari memilih rute kota yang efisien dan nyari venue sampai sewa van yang akan kami gunakan bersama sudah diurus sama mereka.
Masalah makan dan nginep selama tour nggak perlu khawatir karena udah disediakan sama organizer atau venue. Di beberapa venue bahkan dapat free flow beer.
Bagi yang belum mendapatkan privilege seperti saya mungkin bisa menyimak tips dari Tesla untuk tour antar kota di Eropa.
“Sebagai grup musik yang irit a.k.a ga ada duit, jadi kita ga bisa sewa van. Jadinya naik kereta antar kota (app Trainline) atau bus (FlixBus). Rute perjalanan itu krusial, karena klo kejauhan bisa – bisa kita kecapean dan keburu – buru di jalan. Usahain antar venue itu 6-8 jam maksimal. Jadi biar bisa jalan pagi sampe venue berikutnya siang/sore hari.
KUNTARI terpaksa nolak venue – venue besar karena ga sesuai rute, sedih banget. Tapi kalo maksa diambil, jadi kecapean juga dan mepet. Jangan lupa, makin banyak venue, makin dikit pengeluaran. Karena biasanya venue ngasih makan dan nyediain tempat tinggal.
Menurut aku tur itu bukan liburan. Klo ada hari kosong jadi malah pingin jalan – jalan, ngabisin duit deh 🙁 Makin rapet makin surplus.”
Jadi itu menjelaskan juga kenapa band – band Eropa, Amerika gitu kalo tour pasti panjang dan rapat satu hari satu kota. Menurut perhitunganku sih minimal 2 minggu tour satu hari satu kota baru bisa impas untuk produksi tour kita, mulai nutup biaya transport sampai visa.
Urusan Visa
Dari tiga kali tour ke Eropa, semuanya berawal dari saya yang diundang main di festival skala besar yang membiayai transport PP kesana, juga akomodasi plus fee yang bisa jadi sangu untuk tour lanjutan skala kecil. Nah, tour lanjutan inilah dimana saya membutuhkan bantuan teman disana untuk mencarikan venue.
Kemudian yang penting juga harus diperhatikan adalah urusan visa yang ribet. Jika kamu mau tur ke Eropa setidaknya ada 20 dokumen yang harus kamu persiapkan, all in English. Menurut pengalamanku spare sekitar 2 minggu untuk mengurus tetek bengek visa ini karena harus mengumpulkan berkas persyaratan sekaligus menterjemahkannya. Kemudian paling nggak 3 bulan sebelum tanggal keberangkatan untuk submit visa-nya.
https://youtu.be/__Y1g82mrZ4?si=9VJhSi-C8ow_e3LW
Kalau bisa dapat festival besar yang membiayai transport & akomodasi serta penjamin dari panitia, itu lebih mudah karena 60% masalah visa kelar. Nggak ada tu yang namanya duit kudu ngendap di tabungan harus minimal 50 juta, ya karena ada surat undangan resmi dan penjaminan tadi.
Sisa-nya ya lihat gimana hubungan Indonesia dengan negara yang mau dikunjungi tadi atau keadaan di negara tersebut karena kadang randomly bisa bikin visa kita denied.
PR-nya adalah emang rada susah dapet festival gede ini. Selain cek di google dan sosial media, memupuk networking juga masih ampuh untuk mencari info tentang festival ini.
Efisiensi Selama Tour
Ketika berangkat tour ke luar negeri bawalah barang bawaan seringkas mungkin termasuk alat musik. Bisa dimulai dengan memilah alat musik yang biasa dipakai sehari – hari dengan versi ringkas untuk tour. Karena selama tour itu kita harus siap mobile jalan kaki mulu, juga tidak setiap saat menginap di hotel tapi seringnya di area venue atau rumah organizer.
Salah satu cara memangkas biaya selama tour itu juga dengan tidak membawa kru. Tesla juga menambahkan “kalo tour panjang, jangan bawa baju kebanyakan. Bawa alat musik juga seperlunya. Bawa obat alergi dan khusus aja. Makin banyak bawaan, over baggage itu makin mahal.”
Jangan lupa juga bawa dokumen – dokumen yang diperlukan pas masuk imigrasi. Bisa saja kamu udah dapet visa tapi pas masuk imigrasi ditolak sama petugasnya karena lupa bawa bukti booking hotel.
Merchandise Tour
Membawa merchandise disamping membantu keuangan juga bisa bikin over baggage, makanya harus jeli membawa merch yang kelihatannya bakal lebih laku. Di sini kita bisa bertanya tentang jenis merchandise yang harus kita bawa karena untuk merchandise kadang orang luar agak pemilih.
Kayak di Prancis yang daya beli-nya di gig cenderung kurang, kebanyakan mereka tu ngga seneng format CD tapi senengnya vinyl. Di Italia antusias orang – orang yang datang tu besar, bahkan tidak jarang mereka beli vinyl, CD, t-shirt duluan sebelum kita maen dan mereka terasa lebih friendly buat ngobrol setelah acara selesai.
Kalo di Swiss sih lebih banyak yang beli baik vinyl, CD, kaset maupun t-shirt. Dan ini tips dari temenku disana supaya naikin harga jual merch mu kalo lagi main di Swiss. Gig di Swiss juga fee biasanya lebih besar dengan fixed fee tanpa melihat jumlah penonton yang datang.
Sebagian besar gig memakai tiketing dimana duitnya masuk ke band & promotor sementara venue dapet duit dari jualan bir/alkohol sama makanan aja. Hasil tiketingnya nanti dibagi antara promotor dengan band yang main, biasanya band tour dapet lebih banyak.
Last But Not Least…
Hal lainnya yang kelihatannya sepele tapi penting adalah soal makanan. Buat kita yang terbiasa makan nasi tiap hari mungkin bakal susah nyari beras dan masak karena mobile terus serta belum tentu ada alat masak di tempat menginap.
Belum lagi beras yang dijual disana juga beda, beras basmati yang lebih gede & beda rasanya. Kalau mau irit memang bisa bawa mini rice cooker dan beras sendiri juga mie instant tapi juga kembali ke over bagage dan belum tentu bisa masak dengan kondisi tour yang ketat.
Maka dari itu kita perlu membiasakan diri dengan makanan lokal karena kalau tidak biasa bisa jadi malah diare atau males makan yang bikin badan jadi lemas. Saya pernah punya pengalaman seperti itu pas awal ke Eropa karena kebanyakan makan roti sama keju. Akhirnya setelah itu membiasakan diri untuk makan tanpa nasi mengingat gak enaknya jalan pas keadaan tour tapi badan malah sakit.
Hal lain yang kadang dilupakan adalah internet, terutama buat yang tour sendirian tanpa teman. Hal ini karena kebanyakan hal disana memakai internet, meskipun banyak tempat yang sudah tercover wifi gratis termasuk di dalam bus dan kereta tapi ga ada salahnya sewa portable wifi terutama untuk di perjalanan antar kota.
(Ditulis oleh Indra Menus & Tesla Manaf)