Selain Modern Baseball — dalam ranah ini, jelas saya adalah seorang elitis— The Story So Far termasuk band yang sangat sentimentil, terutama untuk saya. Sejauh mana seseorang mengaku menyukai The Story So Far, saya akan menghakiminya habis-habisan jika aktifitas membualnya hanya seratus persen tentang bagaimana “Clairvoyant” atau “Navy Blue” sudah menemani mereka dalam masa-masa melankolis sekalipun.
Saat itu saya masih berumur 15 tahun, di sekolah saya, band semacam Chunk! No, Captain Chunk!, Four Year Strong atau A Day To Remember adalah band wajib yang harus di ketahui semua anak, paling tidak, untuk menembus puncak hierarki tongkrongan boleh saja mengumbar-umbar kecintaan kalian kepada Blink-182 atau Sum-41 asal bisa menjawab pertanyaan super aneh dari kakak kelas yang keranjingan haus hormat untuk diakui sebagai abang-abangan skena ini.
Siang itu — dalam pandangan saya tentunya — barangkali Walnut Creek sedang dalam musim panas panjang, anak-anak menghabiskan hari-hari mereka dengan bermain video game, bermain baseball atau semacamnya. Sementara, dari satu rumah atau paling tidak satu bangunan, terdengar keras suara teriakan serak memanjang dengan suara riff gitar distorsi tebal yang bercecer hingga Interstate 680 dan kaki gunung Diablo itu kemudian mengagetkan seisi distrik.
Setelah menandatangani kontrak dengan Pure Noise Records, The Story So Far akhirnya merilis debut album penuh mereka; Under Soil and Dirt, album dengan bentuk paling otentik menggambarkan secara sempurna anak muda yang frustasi, menangis, marah-marah dengan kompleks. The Story So Far, terutama Parker Cannon setelah merilis EP mereka sebelumnya — While Your Were Sleeping — dan EP Split mereka mersama Maker — Split With Maker — sama sekali tak merubah bentuk vokalnya yang nyaring dan berat, terutama dalam nomor track Brevity dan Mt. Diablo, dua track cetak biru suara Parker Cannon. Mendengar kembali Under Soil and Dirt dan EP sebelumnya, siapapun akan setuju bahwa The Story So Far dalam album Under Soil and Dirt menunjukan banyak kemajuan signifikan, bukan hanya dari segi musikalitas tetapi juga dalam bentuk lirik.
Menarik ulang garis antara keresahan dan frustasi untuk mengawali album dengan States and Mind, intro durasi pendek dan dua bait lirik cukup untuk mengerti kemana arah album ini. The Story So Far meninjau lagi nadir dalam album ini dengan menyambung akhir nada intro dengan track selanjutnya; Roam, track dengan penuh kelit rasa kecewa dan kegilaan yang menyesak menjadi segumpal omong kosong yang merdu untuk di nyanyikan berulang kali. Dalam album debutnya kali ini, jangan pernah berharap ada sentuhan emo dengan vokal lirih panjang hanya karena sang vokalis — Parker Cannon — pernah tergabung menjadi gitaris band emo katrok sekolahnya; Blind Impression. Under Soil and Dirt adalah album kasar yang bernas, galak namun penuh dengan balutan perasaan getir dan angsty.
Dua puluh dua tahun lalu Blink-182 merilis Take Off Your Pants and Jerk Off yang kemudian di ralat ulang dengan padanan kata yang lebih sopan dan masuk akal — Take Off Your Pants and Jacket — album yang menandakan bahwa Tom Delonge cum suis sangat jauh dari tipikal laki-laki dewasa dengan banyak memasukkan sekelumit trivia kata-kata cabul di dalamnya. Meskipun bosan rasanya membahas kelindan pop punk dengan euforia masa-masa remaja dan segala ketololannya, tapi memang beginilah adanya, musik hasil saduran punk cringe yang tidak totalitas dan sentuhan musik pop sembrono yang akhirnya harus terpaksa kita nikmati dan lewati. Beberapa tahun setelahnya, pada bulan yang sama The Story So Far merilis album penuh perdananya, album yang pada akhirnya (menurut saya) album terbaik pada generasinya, tak berlebihan rasanya kalau The Story So Far adalah band yang mengawali ledakan kebangkitan pop punk jauh sebelum Neck Deep merilis Life’s Not Out to Get You dan The Peace and the Panic.
Under Soil and Dirt sudah berumur sepuluh tahun beberapa hari lalu, namun sampai hari ini, suara nyaring Parker pada track Quicksand atau High Regard masih sangat terasa garang dan bising meski Parker Cannon sudah banyak merubah gaya vokalnya pada album barunya — Proper Dose — tiga tahun lalu. Untuk memeriahkan satu dasawarsa album ini, saya memutar satu album penuh Under Soil and Dirt dengan speaker wireless portable butut yang sudah sember milik saya berulang-ulang.
Artikel oleh: Muszka Asylum