“Relatable tapi miserable di saat yang bersamaan.”
Hallway merupakan unit alt shoegaze asal Malang yang baru saja merilis EP terbaru mereka pada 30 Juni 2023 lalu. Di bawah naungan Haum Entertainment, Hallway berhasil mengemas “Kehampaan” ke dalam 6 lagu di EP pertama mereka ini.
Kalau saya pikir: “Kenapa ya lagu-lagu kayak begini tuh lagi marak di industri musik Indonesia?”. Mungkin jawabannya itu ada pada diri saya sendiri: Saya butuh asupan kesedihan, saya butuh merasakan sesuatu yang relatable tapi miserable di saat yang bersamaan.
“A Void Reality” mengangkat rasa gusar, kesedihan, kemarahan, kekecewaan, merasakan kesepian, atau secara singkat pendengar diajak untuk merayakan “kehampaan”.
Entah itu karena false hope yang diberikan seseorang, rasa tidak aman ketika berada di suatu lingkungan, atau bahkan merasakan tidak utuhnya sebagai manusia yang berada di never ending cycle of void dan tidak bisa keluar.
Misalkan pada lagu “White Ink” yang menjadi lagu kedua pada EP ini. Ketika saya mendengarkan dan berusaha memahami lirik, satu garis besar yang saya tangkap adalah: “manusia tidak ingin merasakan ketidaknyamanan karena false hope yang juga diberikan oleh orang lain.”
Kalau loncat lagi ke lagu selanjutnya, “Senapan di Bola Mataku” merupakan salah satu lagu kesukaan saya. Unsur pembacaan puisi pada lagu ketiga EP ini semakin dramatis. Tidak ada heavy distortion atau layered sound yang tebal seperti lagu pada “White Ink” di lagu “Senapan di Bola Mataku”.
Semuanya dibiarkan tumpah pada pembacaan puisi yang akhirnya buat saya menjadi stand out point untuk lagu yang satu ini.
Secara garis besar, Hallway mampu membuat lagu dengan lirik miserable yang tidak “ribet” namun tetap dapat menangkap sisi “kehampaan”. Buat saya, ketika mendengarkan EP ini secara penuh, saya sendiri seperti terhisap ke dalam kehampaan yang saya alami.
Saya tidak ingin menggeneralisasikan EP ini mengenai cinta, tapi kehampaan secara garis besar yakni kehampaan dalam hidup dan ketidakpastian dalam menjalaninya.
Permainan musik solid. Sangat Narrow Head-ish, dimana hampir semua band-band shoegaze sekarang berkiblat pada band asal Texas itu. Mungkin menurut saya ada sedikit penggabungan distorsi dari band Nothing. Mengingatkan saya sama album Nothing bertajuk “Tired of Tomorrow” yang di rilis 2011 lalu.
Semuanya ada pada EP ini: distorsi gitar “nanggung” yang tidak heavy tapi cukup memberikan efek keras, layered vocal dan mengawang (ciri khas shoegaze), dan reverb yang banyak. Kalau Narrow Head punya tempo yang cepat, Hallway sepertinya mengadaptasi tempo Nothing yang slow to mid.
Hal ini yang saya rasa membuat Hallway dapat di nikmati “kehampaannya.”
Bandcamp: Hallway – A Void Reality by Hallway
Words by: Azizsy Shafarona
Edited by: Akhmad Alfan Rahadi