
Tanggal 28 Agustus 2022 silam merupakan hari resmi bagi sebuah band Surabaya bernama Raousse melepas maxi-single berjudul Guidance/Letter melalui Loverman Records. Untuk awalnya mungkin akan saya ucapkan selamat atas rilisnya dan juga selamat datang di skena musik Surabaya, juga dalam hari pertama rilisnya pun mereka sudah mendapat sekitar 1000 pendengar, cukup tinggi juga antusias terhadap band ini mengingat mereka masih baru namun sudah mendapatkan angka sebanyak itu.
Tapi apakah Raousse se menarik itu?
Ada beberapa alasan yang mungkin bisa jadi pondasi kuat. Pertama, mereka membawa nuansa macam Anxious, Title Fight, Texas Is The Reason hingga Fugazi dimana siapapun saat ini akan kegirangan apabila ada yang memainkan ataupun membuat materi seperti band-band titik acuan dalam skena post hardcore/emo revival tersebut. Apalagi tidak bisa dipungkiri pengaruh dan antusiasnya sangat tinggi belakangan ini, para sekte penyembah band mitos macam Title Fight semakin hari semakin menjamur tidak seimbang dengan progres lambat atau bisa dibilang mati dari panutannya. Kedua, ekosistem cah-cah emo di Surabaya bahkan Jawa Timur dan Indonesia terbilang berkembang pesat serta tanpa sungkan meng “embrace” diri sebagai seorang emo dan momen hadirnya Raousse terbilang tepat, right band at the right time. Ketiga, seperti yang sudah-sudah pokoknya di Surabaya asal bisa dibuat moshing pasti band baru tidak akan menemui kesulitan.
Kemudian, apakah maxi-single ini merupakan kick-off sempurna?
Secara pengemasan dan materi saya akui cukup, Raousse mencoba untuk “sederhana” pada rilisan pertamanya ini. Sedikit meraba divisi lirik, untuk lagu Guidance apa yang coba disuguhkan (menurut analisa saya sebagai pengagguran) ialah luapan kemarahan dan pengungkapan emosi ditujukan kepada pendengar bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang telah membesarkannya, melalui penggalan “Losing someone who raised you” muncul pertanyaan “is it song about mother?” Kemudian Letter, Raousse berfokus pada penyesalan dan kemarahan serta siklus tanpa arah dampak tercampakkan atau ditinggalkan, terlihat pada potongan lirik “Gives regret and anger into my mind” juga “And every night that i passed, you came up from time to time“, layaknya pendengar dilempar statement “move on isn’t simple thing“. Sebenarnya bukan hal baru bagi band emo mengangkat fenomena kegalauan dan kawan-kawannya, tapi terkesan membosankan bagi saya karena sudah terlalu banyak emo-ers mengangkat topik serupa. Andaikan mereka berani mencoba manuver macam Fugazi dalam nomor Bad Mouth dengan tema menyentil keresahan terhadap seseorang yang tidak bisa hidup sebagai dirinya sendiri atau Texas Is The Reason dalam Johnny On The Spot mencoba memberi bantuan terhadap seseorang mungkin lebih menarik. Untuk aransemen musiknya tidak banyak yang perlu dikomentari, sewajarnya band baru masih terkesan copy-paste dari beberapa influence mereka, toh setidaknya mereka mampu mengimplementasikan dengan dibalut hasil rekaman proper dan listenable di telinga.
Kedepannya?
Seperti yang saya bilang diatas bahwa hadirnya mereka tepat pada momennya. Maxi-single ini menurut saya cocok untuk menjadi sajian menemani masa-masa kehampaan serta kemarahan yang sedang kalian jalani. Toh daripada melukai diri sendiri alangkah lebih baik menjadikan Guidance/Letter sebagai bentuk pelarian diri.
https://www.instagram.com/raousse_ej/






