Pohgoh merupakan salah satu eksponen dari band-band di kompilasi “Emo Diary Chapter One” yang masih eksis dan juga mengakar rumput. Apabila anda merupakan individu yang bertanya-tanya “Emo Diary Chapter One tuh kompilasi apa sih?” Jadi singkat cerita di pertengahan tahun 90-an, sebuah record label asal Charlotte merilis seri kompilasi berisi band-band yang dikategorikan band-band post hardcore sampai emocore. Tentunya kompilasi Emo Diary ini berlangsung sampai 12 chapter dan semua band yang berkontribusi di dalam kompilasi ini memainkan materi eksklusif untuk kompilasi ini.
Dan beberapa band yang sekarang menjadi band notable di skena dan juga di industri musik yang lahir di kompilasi ini di antaranya : Jimmy Eat World, Further Seems Forever, Samiam, Plane Mistaken For The Stars, The Movielife, dan banyak lagi band lainnya. Dan Pohgoh sendiri berkontribusi menyumbangkan lagu hit skena mereka yang berjudul “Friend X” untuk kompilasi Emo Diary Chapter One. Trivia aja, another killer band untuk kompilasi ini adalah Jejune yang dimana udah wasalam juga sih ni band tetapi menyandang status cult untuk para penggemar subgenre emocore. Dan kalau diingat-ingat kembali dulu tuh sampe ada gig emo lokal di Yogya ngambil nama Emo Diary sebagai nama gig mereka. Entah itu disengaja ataupun tidak dalam pengambilan nama gig tersebut dan kalaupun iya berarti di awal kemunculan subkultur emo di Indonesia berarti beberapa pelaku dari skena ini memang sudah aware dengan term emocore yang berkembang sebelumnya di tahun 90-an.
Berbicara mengenai Pohgoh sendiri memang tidak bisa lepas dengan subgenre emocore itu sendiri karena memang sejatinya band ini memang lahir di era dan skena tersebut. Tanpa menghiraukan orisinalitas sound post hardcore itu sendiri dengan membandingkannya terhadap post hardcore gelombang pertama beserta pengakuannya dari pelaku gelombang pertama, emocore memang sebuah subgenre di gelombang kedua post hardcore yang dimana banyak band di gelombang ini memfusikan elemen post hardcore pendahulu mereka dengan elemen american indierock ala Superchunk, Lemonheads, sampai Guided By Voices. Dari fusi ini dihasilkan band indierock sounded yang progresi chord guitar sampai komposisi musiknya sedikit kurang bercorakan band post hardcore. Furthermore, banyak band dari wave ini memiliki formula quiet-loud di dalam sigantur soundnya. Di sini quiet-loud tuh dimaksudkan pada struktur intro sampai verse band emocore tuh biasanya mengisi komposisinya dengan sound quiet dan jaggling gitar yang khidmat hingga disusul di bagian chorus dihantarkan sound yang lebih tebal dan juga gaduh. Beberapa band yang menganut formulasi songwriting demikian di antaranya adalah Sunny Day Real Estate sampai Mineral.
Pohgoh sendiri walaupun memang dikelilingi dan dipengaruhi oleh sound emocore, namun menurut saya Pohgoh merupakan sebuah band yang bisa dibilang telah mengukir signature sound-nya tersendiri sedari awal kemunculan mereka di LP perdana berjudul “All Along” yang dirilis pada tahun 2004. Bisa saya bilang Pohgoh merupakan salah satu band yang mengukuhkan universalisme gender dari skena emo yang dimana juga beberapa band di dalam skena emo ini dimotori oleh wanita sebagai “pion” utama di dalam band. Dan contoh band lain di antaranya adalah Jejune, Reiner Maria, The Dahlia Seeds, dan banyak lagi.
Jujur saya sebenarnya kurang begitu mengikuti perjalanan band ini secara terperinci karena saya juga memang baru tersihir mendengarkan “Friend X” di tahun 2010-an kemarin dan comeback-nya band ini memang merupakan hal yang cukup mengejutkan juga untuk saya karena pas denger “Friend X” dulu dari saya sendiri skeptis dulunya untuk mengharapkan band ini akan reunian. Eh tapi tiba-tiba somewhere on 2018, kawan saya Kazu dari Waterslide Records mengumumkan bahwa beliau akan merilis ulang beberapa materi album pertama berjudul “Memory of Bab” dan juga beliau berencana juga untuk merilis materi band ini yang pada akhirnya “Secret Club”-pun dirilis pada tahun 2018. Dan bisa dikatakan “Secret Club” ini merupakan sebuah obat rindu bagi siapa aja yang memimpikan band ini untuk comeback. Dan tidak berhenti di situ saja, Pohgoh juga sempat tampil di ajang festival orgcore paling wahid, The Fest, sampai band ini akhirnya melangsungkan tur Jepangnya pasca perilis “Secret Club” kemarin. Cukup emosional memang untuk milestone band ini yang dimana banyak yang mengetahui Suzie Richardson, vokalis dari band ini, telah mengidap penyakit tulang belakang yang cukup rare sampai mengakibatkan beliau lumpuh. Dan memang tur Jepang kemarin merupakan sebuah milestone tersendiri terhadap band dengan keadaan yang dihadapi sekarang. Anjir asli itu ngeband-nya pasti rasanya haru banget yak baik dari fan ataupun band member-nya sendiri.
Walaupun “Secret Society” merupakan album yang cukup segar sekaligus refreshing bagi penggemar lama ataupun baru dari Pohgoh, namun album berbahasa Jerman yang berjudul “Du Und Ich” merupakan album yang tentunya memiliki progresi tersendiri dari arah musikalitas dan juga kualitas sound recording. Banyak materi di album ini yang terdengar justru lebih compact secara songwriting itu sendiri apabila anda bandingkan dengan “Secret Society”. Selain songwriting yang nampakmya si Pohgoh ini udah nemuin “flex moment”-nya tersendiri. Juga di departemen sound yang dimana band ini berkolaborasi dengan J Robbins sebagai produser mengalami sebuah progresi yang cukup berarti. Saya merasakan banyak tone dari materi album ini yang terdengar jauh lebih detil dibandingkan dengan “Secret Society” kemarin. Oh J Robbins ini cukup dikenal juga sebagai produser banyak band post hardcore-indierock kenamaan skena, dari Jets To Brazil, Lemuria, sampai Small Brown Bike merupakan deretan nama dari band yang pernah diproduseri oleh beliau.
Okeh dalam rangka mengelaborasi lebih lanjut “Du Und Ich”, mari kita mulai track pertama dari lagu ini yang berjudul “Now I Know” yang dimana Pohgoh via track ini memang mempresentasikan elemen terbaik mereka dalam songwriting. Track ini dimulai dengan intro clean guitar yang cukup convicing disusul dengan bagian verse yang melodinya terdengar sangat baik dipadu dengan warna vocal Suzie Richardson menciptakan harmonisasi yang baik antara songwriting dan juga karakter dari musik Pohgoh. Track ini memiliki part quiet yang disisipkan dengan baik sebelum outro. Of course part outro yang ditaruh di dalam lagu juga menambah manisnya track “No I Know”.
Next track yang akan kita highlight, “Over/Under”. Track ini diinisiasi dengan vocal Suzie yang dihiasi dengan sound clean guitar yang cukup manis. Mungkin kebalikan dengan formulasi quiet-loud band emocore 90-an, pada track ini justru Pohgoh menaruh quiet part-nya pada chorus yang justru memang di part chorus tersebut magic works untuk lagu ini. Dalam 2 track berturut-turut, Pohgoh telah menghantam 2 materi yang sungguh adiktif!
Next highlight kita taruh pada track yang berjudul “Weeds”. Pada track ini nampaknya di Pohgoh ini menaruh progresi chord di bagian verse yang terdengar menjadi “jurus pamungkas” bagi band ini dalam menyihir para pendengarnya. Dan juga terdengar di sini ada sisipan lead guitar tipis-tipis namun cukup fit in untuk mengisi kekosongan di mid-part dari track ini.
Dan highlight terakhir kita berikan pada sebuah track yang 3 track sebelum akhir dari album, “House Burned Down”. Yang menyenangkan di sini adalah Pohgoh tidak menyisipkan intro pada lagu ini, jadi langsung dihajar verse yang dieksekusi dengan baik. Juga pada bagian chorus rhytm jaggling guitar pada part ini disisipkan dengan baik dan kembali di bagian bridge antara chorus dan verse disisipkan sebuah quiet part yang terdengar manis.
Secara keseluruhan kami menilai album “Du Und Ich” merupakan sebuah rilisan yang cukup worth to checkout to dan malah saya sendiri jauh lebih menikmati album ini dibandingkan dengan “Secret Society” kemarin. Mungkin karena better songwriting dan juga eksekusi sound yang lebih ngena dibandingkan “Secret Club” kemarin.