Pophariini dan USS Feeds menghadirkan gelaran pesta musik dan pameran bertajuk Pioneer’s Co-Lab selama dua hari pada 26-27 Oktober 2022 di Kokoon, Kuningan City, Jakarta Selatan. Event yang diselenggarakan selama dua hari ini menyuguhkan kolaborasi antara industri grafis dan musik yang menarik.
Ketika masuk ke area venue kita langsung dihadapkan dengan pameran seni digital. Ada instalasi interaktif yang menarik perhatian saya karena memakai teknologi VR. Kita bisa secara virtual berjalan di area pameran dan melihat keseluruhan hasil karya para seniman yang telah dikurasi oleh USS Feeds. Apakah ini adalah bentuk teaser menuju masa depan? Kita tidak pernah tau~
Beberapa karya seni lainnya ditayangkan melalui stand LED digital maupun kanvas fisik dengan menampilkan deskripsi tentang seniman dan makna karyanya. Asik nih buat foto di depannya, berdiri sambil nopang dagu buat update IG story agar dianggap si paling ngerti~
Di sisi lain, ada suguhan space kosong untuk para pengunjung mengekspresikan diri melalui coretan-coretan gambar atau tulisan. Ini adalah wadah bagi semua yang datang untuk menunjukkan sisi ke-artsy-annya atau sekadar nulis curhatan random.
Di hari pertama, Tatyana Akman menjadi pembuka panggung acara ini. Musisi asal Bali tersebut menampilkan rilisan terbarunya berjudul “Cool” bersama dengan Samo Rafael. Pikiran yang langsung terbesit di otak saya ketika pertama kali nonton adalah… enak banget ya manggung di venue yang dingin… situasi yang jarang dialami band saya, Cubfires, padahal kita udah “Cool” banget kaya judul lagunya Tatyana Akman, tapi jarang banget main di venue yang “Cool” hehe.
Beberapa musisi pilihan lainnya juga ikut memeriahkan keseruan panggung hari pertama seperti GANGGA, Westwew, Sajama Cut dan HiVi! sebagai penutupnya. Sebelas lagu ditambah dengan lagu rilisan baru oleh Sajama Cut dengan Lomba Sihir berjudul Less Afraid, padahal kalo ada penyihir mah saya pribadi bakalan “afraid” banget hehe.
Banyak yang menginginkan mereka untuk tampil lebih lama lagi, namun giliran HiVi! yang menutup panggung hari itu dengan apik. Antusiasme para HiFriends, HiHolic, HiMania, dan semua Hi- Hi lain yang baru selesai kerja kerja kerja di hari itu sukses meramaikan suasana.
Di hari kedua, panggung pesta seni dan musik ini dibuka oleh penampilan DJ Muztang dengan single terbarunya yang berjudul “Crush”. Dalam penampilannya, DJ Muztang menggaet Tata “Dekat” dan Manutized, seorang penyanyi Hip-Hop/R&B/terserah genrenya apa ya takut dimarahin kalo salah sama netizen skena.
Sore itu panggung dilanjutkan dengan penampilan Jon Kastella yang membawakan lagu “Di Beranda”. Lirik lagu yang puitis dan berbicara tentang hidup dan hingar-bingar kota besar membuat nuansa sore menjadi semakin intim. Kalo kata anak alter nsfw fwbase ya kaya “deep talk” lah ini intim banget. Kamu suka musik juga?
Tepat pukul 5 sore, Jordy Waelauruw mengumandangkan tiupan terompetnya. Sebagai pembuktian bahwa inilah giliran dari musik instrumental beraksi di panggung hari kedua. Di lain sisi, saya yang anak emo banget ngirain dia bawa-bawa terompet mau cover The Summer Ends-nya Americ an Football.
Penampil berikutnya, Adhitia Sofyan membawakan lagu populernya seperti “Forget Jakarta” dan “Sesuatu di Jogja” membawa para penonton hanyut dalam suasana, menyaksikannya dengan tenang dan perlahan menyenandungkan lirik sambil duduk di depan panggung. Mengurungkan niat saya yang overweight ini untuk crowd surfing. Padahal lagu-lagu Adhitia Sofyan pas banget buat moshing.
Selain kegiatan musik dan juga seni seperti hari sebelumnya, hari kedua ini dilengkapi dengan awarding night untuk para pemenang Go Ahead Challenge dan GAC Art. Diumumkan oleh MC Akbary Noor, seniman asal Malang, Lasermatter keluar sebagai juara kategori Art dan Inthesky sebagai pemenang kategori Music.
Setelah sesi awarding night, band nu jazz rap (sekali lagi mohon maap kalo salah genre) asal Medan, Inthesky melanjutkan acara dengan membawakan lagu-lagunya seperti “Pause”, “Forward”, dan “Enigma”. Kelayakan mereka mampu mereka buktikan di panggung hari kedua.
Hingar dan bingar malam itu ditutup dengan lagu-lagu hit dari Maliq & D’Essentials. Seperti biasa Maliq tidak pernah gagal menyalakan suasana. Ada yang unik di panggung Maliq kali ini, selain membagikan CD, sang vokalis, Angga Puradiredja, menawarkan hadiah gitar akustik untuk penonton yang bisa memainkan part lagu “Untitled”. Saya mau maju kirain lagu Untitled-nya Blink 182 dari Dude Ranch ternyata bukan yaudah gak jadi 🙁
Line-up lintas genre yang dikemas dalam satu panggung selama dua hari ini ternyata mampu menghadirkan penonton dari berbagai lini dan lingkungan ekosistem musik serta seni yang berbeda. Acara ini mampu membuktikan dirinya dapat menjadi wadah dan memberi spotlight untuk musisi dan seniman yang “fresh”. Saya berharap kurasi “fresh” berikutnya diambil dari genre yang saya banget seperti musik klasik Bosnia & Herzegovina, musik hip hop/rap Timur Tengah, atau musik jazz ala Burkina Faso.