Nama Perunggu memang sudah pitching di kuping saya dari beberapa bulan lalu via grup WA tongkrongan dan memang sih hal itu belum membuat saya curious mengenai band ini sampai pada saat ketika Disaster Records, label yang terbiasa merilis rekaman hardcore/punk/metal, men-sign band ini untuk merilis full length perdana band ini yang berjudul “Memorandum”. Mungkin sebenarnya hal yang bikin curious itu sebenarnya bukan di Perunggu-nya sih tapi karena Disaster Records-nya karena memang bisa diakui men-sign Perunggu sendiri merupakan hal yang “out of line” bagi label asal Bandung ini.
Perunggu sendiri memang merupakan band yang memproklamirkan diri sebagai sebuah band yang berasal dari kelas pekerja menengah condong ke atas yang mengaku bahwa mereka sendiri memang baru bisa ngeband dan membeli instrumennya di saat mereka meniti karir di korporasi. Now I see that it’s a unique kind of profile. In the meanwhile, kita sendiri akhir-akhir ini sering disuguhkan dan dibuat terpukau dengan beberapa aksi di skena indie kita dengan persona musisi rebel dengan jargon lirik anti establishment sementara Perunggu sendiri dengan pride-nya tentang posisi mereka di rantai kelas sosial. Now this is what I call as an honesty dan itu sih brightside-nya menurut saya. Hal itu sih yang membuat saya “Kok bisa ya begitu?!”.
Untuk full length yang berjudul “Memorandum” ini memang bisa dikatakan memiliki output yang mixed up. Karena untuk sebuah band baru yang langsung step up menghasilkan full length memang sebuah langkah “privilege” sendiri. Tidak ingin menganggap remeh tapi pengerjaan full length memang merupakan sesuatu yang berbeda dengan mini album. Let say, jarang sekali saya menemukan band ataupun musisi yang mampu menulis lagu dengan intesitas yang sama dari awal sampai akhir untuk sebuah full length dan pasti ada 1 ataupun 2 materi yang gak terlalu bagus di dalam album yang bagus itu sendiri. Berbeda dengan EP yang dimana banyak band ataupun musisi dapat menaruh intensitas yang berimbang, bahkan banyak band dan musisi dapat menaruh intensitas yang rata di dalam sebuah EP.
Dan untuk “Memorandum” sendiri secara material bisa memang Perunggu menaruh kekuatan yang berimbang di sisi songwriting dan kalau saya telusuri lebih lanjut justru materi-materi terbaik di album ini berada di track pertengahan hingga akhir.
Track seperti “33x” memang bisa dibilang merupakan track midtempo yang cukup baik untuk ditaruh dalam penghabisan album. Part intro di dalam lagu ini ter-deliver dengan baik oleh riff guitar yang mengukirkan identitas dan kekuatan tersendiri untuk lagu ini. Dan jangan lupa juga di bagian chorus dan outro, track ini memiliki melodi dan komposisi musik yang terdengar cukup nyaman bahkan ketika total length lagu ini memiliki rentan 7 menit.
Lalu track pertama yang berjudul “Tarung Bebas” merupakan track yang saya nilai menjadi titik lemah di album ini. Mungkin pertimbangan band ini memilih track ini sebagai opening karena track ini ditujukan untuk track appetite yang baik secara konsep album ataupun live performance. To me, it’s simply not a good stuff dan memang Perunggu pada lagu ini tampak terdengar mediocre indierock stadium band. Dan untuk single “Biang Lara”, memang track ini best part untuk full length “Memorandum”. Track ini dimulai dengan sound overdrive guitar yang cukup renyah dan nyaman untuk didengarkan secara detil dan juga sound drum di album ini memang memegang peranan tersendiri dalam menambah poin plus di album ini. Di sisi songwriting, saya mengakui kalau part chorus di dalam album ini mengandung unsur magisnya tersendiri untuk menghipnotis para pendengar (even for the first listener) untuk pay attention terhadap lagu ini.
Selain di sisi tracklisting, saya juga ingin memberi highlight di departemen lirik yang dimana secara 100% lirik di album ini ditulis dengan lirik Bahasa Indonesia. Lirik di album ini memang ditulis dengan banyak metafor tetapi justru hal tersebut yang membuat lirik lagu ini tidak terdengar lugas dan juga tidak humble. Let say, banyak part lirik dari lagu ini yang terdengar terlewat personal dari segi tata bahasa sehingga untuk pendengar pertama mungkin akan sedikit berfikir untuk lebih menelaah pesan dari lagu tersebut.
Overall full length “Memorandum” merupakan attempt yang cukup baik dari Perunggu dan kami yakin bahwa dengan output dari full length cukup memberikan satisfaction dari fanbase band ini. Akhir kata mungkin jalan band ini akan panjang ke depannya dan ekspektasi kami adalah a better thing to offer dari band ini di rilisan mereka selanjutnya 🙂