Kamu sadar enggak kalau ada beberapa genre musik yang memiliki korelasi unik tersendiri dengan beberapa objek yang sering ditemukan sehari-hari. Contohnya ketika berbicara perihal musik emo era MTV, banyak orang yang mengasosiasikannya dengan celana jeans super ketat atau eyeliner. Atau ketika berbicara tentang musik folk pop era ini biasanya orang mengasosiasikannya dengan minuman kopi. Nah, musik pop punk pun tak luput dari pengkategorisasian macam itu. Di masa ini, sudah bukan rahasia kalau pop punk kerap diidentikkan dengan pizza. Kok bisa ya? Sebenarnya ada korelasi apa antara musik yang membuat Blink-182 kaya raya dengan makanan khas Italia tersebut?
Proto-referensi pizza di karya musik (pop) punk (rock)
Kalau dirunut dari lini waktu kemunculan referensinya, sebetulnya korelasi antara pop punk dan pizza ini secara tak sengaja muncul di era tahun 80-an ketika film Rock ‘N Roll High School (1975) yang dibintangi grup musik poppy punk rock/proto-pop punk seminal Ramones tayang di Amerika Serikat. Di salah satu adegan filmnya, ketika Ramones selesai manggung dan bersantai di ruang tunggu, manager mereka membawa beberapa kotak besar pizza untuk mereka. Ketika semua personil Ramones sedang menikmati makanan tersebut, mendiang vokalis Joey Ramone malah dilarang oleh managernya untuk memakan pizza. Alih-alih memakan pizza yang disajikan, Joey malah dipaksa untuk memakan biji gandum oleh managernya dengan cara yang lumayan komikal. Berkat adegan film tersebut, bisa dianggap bahwa korelasi antara pop punk dan pizza mulai terbentuk secara perlahan.
Selain Rock ‘N Roll High School, band proto pop punk lainnya pun secara tidak langsung terseret ke dalam arus korelasi musik dengan pizza tersebut. Mereka adalah Descendents, band asal California yang identik dengan beberapa lirik lagunya bermuatan narasi soal makanan. Salah satu lagu mereka yang berjudul “Van” dianggap semakin menorehkan garis hubungan antara musik pop punk dengan pizza. Di lagu tersebut, Milo memaparkan kegiatannya nyemilnya yang dia biasa lakukan di perjalanan ketika tur, “Gonna let ‘er eat. Cat pizza road apples coffee shun Vivarin. Have a little snack”. Band asal California lainnya, The Vandals pun mempunyai lagu yang topiknya lumayan berkaitan dengan pizza. Lagu tersebut berjudul “Pizza Tran”. Meski sebetulnya lagu tersebut menceritakan tentang pengantar pizza transgender, pilihan diksi di dalam liriknya lumayan deskriptif ketika menjelaskan soal makanan asal Italia tersebut.
Di era 2000-an, ada salah satu momen visual menarik di ranah pop punk yang berkaitan dengan pizza. Ketika New Found Glory melepas video klip untuk lagu “My Friends Over You”, ada satu adegan ketika Ian Grushka (bassist) mendapatkan kiriman beberapa kotak pizza dan membagikannya ke penonton. Kalau mengingat status New Found Glory sebagai band pop punk yang krusial pada masanya, rasanya momen tersebut pun seakan mengamplifikasi koneksi antara pizza dan pop punk. Namun dari beberapa konten yang saya bubuhkan, hubungan antara pizza dan musik punk rasanya memang sudah terjadi dari beberapa dekade lalu dan kemudian lambat laun menjadi semakin masif plus lekat satu sama lain hari ini.
Semakin erat berkat Tumblr
Berbicara soal korelasi antara pop punk modern dengan pizza, peran media sosial pun ternyata memiliki andil signifikan terhadap pembentukan hubungan tersebut. Merunut kembali ke pertengahan tahun 2010-an ketika pergerakkan pop punk sedang masif-masifnya di platform Tumblr, banyak pengguna platform di dalamnya yang memang secara spesifik menunjukkan kesukaannya terhadap pizza. Di lini waktu yang bersamaan, Tumblr pun secara tidak langsung mengemban peran krusial sebagai situs berjejaring yang lebih “edgy” dan terselubung untuk para pelaku dan penikmat musik non-mainstream.
Meski Tumblr sekilas terlihat seperti platform media sosial pseudo-micro-blogging pada umumnya, halaman situs yang dicanangkan oleh David Karp tersebut memiliki kontribusi tersendiri bagi pergeseran estetik dan tren internet di era itu. Mulai dari fashion, jurnalisme, sampai musik. Dan ketika berbicara soal musik, banyak pengguna dari kalangan tertentu yang memanfaatkan Tumblr sebagai halaman pengarsipan data-data audio visual yang berkaitan dengan musik yang mereka sukai secara khidmat –tentunya, pop punk pun menjadi salah satu genre musik yang “diabadikan” di Tumblr.
So let’s put a two on two together, ketika obsesi akan pizza sedang marak digaungkan oleh para pengguna Tumblr di era tersebut, tentunya imbas tersebut akan mempengaruhi persepsi para pengguna dari ranah musik yang kerap kali melihat gambar pizza wara-wiri di halaman Tumblr-nya. Meski hipotesis ini terdengar konyol, bisa saja itulah salah satu momen titik balik kultural yang signifikan mengapa elemen pizza menjadi identik dengan pop punk. Ambil contoh beberapa fenomena korelasi pizza dan band pop punk era Tumblr seperti sampul album reissue dari Tigers Jaw yang menampilkan foto pizza, beberapa estetik merch band pop punk di era itu yang mengimplementasikan visual pizza atau beberapa lagu dari The Wonder Years yang gamblang menyebutkan pizza di beberapa liriknya. Fenomena-fenomena tersebut muncul di lini waktu tren yang sama dan layaknya suratan takdir, ketika keduanya dipertemukan di bawah naungan platform digital yang sama, hubungan stereotip antara musik dan makanan tersebut pun semakin erat nan terkuatkan.
Konteks sosio-kultural dalam pizza dan pop(py) punk (rock)
Sudah lumrah bahwa diskursus perihal konteks kultural akan sulit dilepaskan dari topik pembahasan seputar musik punk. Dan terkait pembahasan di tulisan ini, setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata ada irisan pemahaman konsep komunal dan manifesto masa muda dari esensi musik punk yang terkandung di dalam pizza. Konon manifesto kebersamaan tersebut dengan mudah digambarkan dengan konteks seloyang pizza yang bisa dinikmati oleh beberapa orang sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Selain itu, pizza pun dianggap sebagai makanan yang bisa dikonsumsi di berbagai momen tanpa melihat konteks penting atau tidaknya momentum tersebut.
Selain faktor komunal, pizza pun dianggap sebagai makanan yang merepresentasikan manifesto anak muda. Melansir dari data Food Surveys Research Group di Amerika Serikat yang terbit di tahun 2015 silam, satu dari empat laki-laki di Amerika dengan jangkauan umur 6 sampai 19 tahun mengkonsumsi pizza setiap harinya. Data statistik tersebut pun memaparkan bahwa anak remaja Amerika seringkali melahap pizza di waktu makan siang dan makan malam. Berbeda dengan mayoritas orang dewasa yang hanya mengkonsumsi pizza di waktu makan malam saja. Lewat uraian data statistik tersebut, rasanya cukup sahih untuk melabeli pizza sebagai makanan yang mewakili manifesto jiwa muda karena cakupan konsumennya memang mayoritas di kalangan belia. Yang tentunya, identik dengan stereotip musik pop punk yang seringkali dianggap sebagai representasi musik anak muda.
Dari paparan analisis alakadar yang saya tempuh di atas, terlihat bahwa hubungan pizza dengan musik punk memang sudah terbangun sejak era awal kemunculannya dan semakin tak terbantahkan ketika para generasi selanjutnya terus mengamalkannya dengan cara yang sesuai dengan zamannya. Entah sampai kapan korelasi tersebut akan terus berlanjut dan tetap identik satu sama lain. Saya rasa, koneksi tersebut bukanlah hal yang buruk, malah sangat menyenangkan. Karena kedua aspek tersebut memiliki nilai menyenangkan yang sama dan juga dilengkapi dengan manifesto yang sahih satu sama lain. Keren.