Bandung sempat menjadi barometer musik cutting edge yang sahih pada masanya. Tentunya apabila hal ini dibahas, satu era yang paling diingat pastinya adalah jaman gig underground yang rutin diadakan di suatu gedung olahraga/serbaguna bernama Saparua di tahun 90an awal. Semua pelaku scene musik cutting edge –terutama untuk genre musik keras seperti punk, hardcore maupun metal- akan sepakat akan hal ini. Di era ini, Saparua menjadi saksi bisu lahirnya banyak band yang di kemudian hari menjadi band yang sangat influensial untuk skalanya masing-masing. Bisa untuk genrenya sendiri atau bisa sampai ke ukuran yang lebih masif & nasional. Ambil contoh band-band seperti Pas Band, /rif sampai Koil pernah menjajal panggung musik alternatif di jaman itu.
Salah satu band yang lahir di era itu adalah Sendal Jepit, sebuah unit melodic punk yang terbentuk tahun 1992 di Bandung. Kemunculan mereka di era itu merupakan kesegaran tersendiri di saat kebanyakan dari kolega mereka memilih untuk bermain punk rock straight forward & juga hardcore yang sedang diminati banyak orang. Di awal kemunculannya, mereka masih membawakan lagu-lagu cover dari Bad Religion maupun Metallica, namun seiring perjalanannya akhirnya mereka memutuskan untuk bermain di genre punk rock ala bad Religion & melaju dengan lagu-lagu gubahan sendiri. Di tahun 1995, mereka telah merekam beberapa lagu yang diikutsertakan ke sejumlah kompilasi krusial pada masa itu seperti Bandung’s Burning (1997) & masaindahbangetsekalipisan (1997). Namun, album perdana mereka yang dirilis oleh Riotic Records di tahun 1998 yang menjadi tolak ukur penting Sendal Jepit sebagai band & juga untuk pergerakan genre melodic punk di Bandung –juga Indonesia pada umumnya.
Album ini memiliki nuansa yang segar pada masanya – walau dengan sound hasil mixing & mastering yang sangat seadanya tipikal band sidestream pada masanya karena budget produksi yang minim & keterbatasan teknologi di waktu itu – dan menjadi instant favorite bagi para penikmat musik underground yang memang lebih menyukai genre punk rock yang melodik & memiliki hook catchy yang kental sensibilitas popnya. Belum lagi desain sampul albumnya yang langsung mengingatkan banyak orang terhadap salah satu album pop punk fenomenal di masa itu, yakni album Dookie (1994) milik Green Day.
Ada 14 lagu yang disuguhkan di album tersebut dan uniknya, seluruh tema lagu di album itu sangat terkesan personal & bahkan ada yang sangat sentimental. Suatu langkah yang berani dilakukan untuk era dimana kebanyakan band punk rock menyerukan lirik yang agresif & bernada pemberontakan. Ambil contoh di lagu “Stranded Ship” yang bercerita tentang personal relationship yang cukup dalam & reflektif. Juga “Stupid Love Song” yang sangat romantis & sangat menyentil apabila liriknya dibaca & diresapi. Atau bahkan lagu “Memo” yang menurut bandnya sendiri “sangat filosofis karena yang menulis lagunya pun tidak tahu maksudnya apa.”
Untuk sebuah band punk rock, penulisan lirik dengan pendekatan semacam ini di masa itu sangatlah segar & memberikan contoh kepada band-band yang sealiran dengan Sendal Jepit bahwa tidak masalah kalau tema lagumu itu tidak berat & penuh makna karena pada akhirnya pendekatan personal itu lebih penting.
Secara musikalitas, hal yang paling keren di album ini adalah bagaimana mereka dengan sadar menggunakan harmonisasi vokal di lagu-lagunya. Bad Religion menyebut teknik harmonisasi vokal ini dengan sebutan “Oozin Aahs” seperti yang tertulis di liner notes album Recipe For Hate (1993). Hal ini yang menjadi daya tarik band melodic punk di era tersebut. Belum ada band punk yang memasukan elemen vokal pop yang harmonis & tetap menjaga energi punk rock pada lagu-lagunya. Seperti di bagian chorus lagu “The Sun” yang membagi dua bagian vokal dengan nyaman sekaligus tetap terdengar punk rock. Siapa juga yang tidak ingat dengan lagu andalan mereka, “Nina”? Pola vokal di lagu ini tanpa harmonisasi pun sudah terdengar sangat catchy, namun dengan tambahan backing vocal harmonisasi, lagu ini terasa sangat poppy & nyaman didengarkan walau dengan tempo yang sangat cepat. Walau seperti yang diketahui banyak orang bahwa Sendal Jepit sangat jelas terinspirasi oleh Bad Religion, pemilihan progresi akor melodi lagu-lagu di album ini sangat terasa pop punk. Tidak seperti lagu-lagu Bad Religion yang lazimnya sering menggunakan pola progresi akor yang condong ke kunci-kunci minor, Sendal Jepit lebih banyak menggunakan progresi akor kunci mayor yang secara signifikan memberikan elemen pop yang kuat di lagu-lagu mereka. Lagu “I Wish” & “My Altercation” contoh konkret bagaimana Sendal Jepit berhasil meramu lagu pop punk yang super catchy dan kelak menjadi cetak biru untuk banyak band melodic punk yang hadir setelah mereka di era yang sama.
Sudah seharusnya banyak band-band melodic punk/pop punk di Indonesia berterima kasih & menjunjung tinggi album perdana milik Sendal Jepit ini. Bagaimana tidak? Mulai dari kemasan visual & materi lagunya memberikan contoh bagaimana suatu rilisan untuk genre tersebut dengan selayaknya dilakukan. Karena saat album tersebut muncul, akses informasi mengenai musik luar negeri sangatlah terbatas –terutama untuk genre-genre yang memang bukan bagian dari tren sidestream/underground pada masa itu – dan album ini menjadi titik awal dimana musik melodic punk/pop punk diperkenalkan ke khalayak yang sedikit lebih luas. Yap, sedikit lebih luas karena popularitas mereka masih hanya sebatas di kalangan musik bawah tanah saja.
Di sini peran Sendal Jepit yang memberikan pengaruh yang besar sampai akhirnya ada satu titik dimana Bandung sempat dijuluki sebagai “kota gudangnya band melodic punk.” Karena band-band melodic punk/pop punk legendaris banyak yang terlahir dari pengaruh & kerja keras Sendal Jepit pada masa itu, sebut saja nama-nama seperti Nudist Island, Buckskin Bugle, Rocket Rockers & band-band yang terdapat di kompilasi rilisan My Own Deck Records –yang notabene dibentuk & dikerjakan oleh salah satu pendiri Sendal Jepit, Maruli Hasiholan.
Walau pergerakan musik melodic punk/pop punk tidak semasif di waktu dulu, namun apa yang Sendal Jepit telah –bahkan masih, mereka masih aktif sampai hari ini- kerjakan memberikan kontribusi besar terhadap keberagaman jenis & selera musik di scene hari ini.
Terima kasih, Sendal Jepit!