Perjuangan merupakan hal yang personal bagi tiap orang, namun tidak sedikit hal ini tersalurkan ke orang lain melalui berbagai hal.
Kadang banyak perjuangan yang dipaksakan namun tak sedikit juga perjuangan disebarkan dengan fleksibilitas yang tinggi melalui karya seni.
Di tengah perjuangan yang kerap hadir melalui kekerasan dan jerih payah tak berujung.
Karya seni dengan mudah dan menggunakan Bahasa yang cenderung penuh kasih serta penyampaian yang menyenangkan dapat tepat sasaran sampai ke hati tiap orang yang menikmati karya tersebut.
9 Karya Terbaik Untuk Memaknai Perjuangan
Kali ini saya mengumpulkan karya favorit dari 9 kontributor yang membentuk pandangan mereka terkait bagaimana memaknai perjuangan melalui karya tersebut.
Selain dapat menjadi referensi artistik dengan membagi referensi karya, tiap kutipan saya interpretasi ulang ke dalam bentuk visual sebagai pemaknaan personal saya ketika menerima kutipan dari para kontributor.
1. Anida Bajumi (Amerta, Dental Surf Combat, & Ordo Nocturno)
Soft Kill – Trying Not To Die (2018)
Liriknya cukup to the point. Singkat dan padat.
Lagu ini sendiri nyeritain soal anaknya Tobias Grave (Soft Kill Vocalistl) yang langsung masuk ICU ketika baru lahir. Intinya soal perjuangan hidup dan mati si anaknya.
Ketika lagu ini baru rilis, gua sedang berada di kondisi yang cukup kacau, dan gua rasa lagu ini cukup ngebantu gua berjuang untuk terus hidup. Pokoknya ada hubungan yang sentimen antara gua dan lagu ini.
2. Yogha Prasiddhamukti (Skandal, Dental Surf Combat, & Winona Tapes)
Charles Bukowski – ‘Style’ (1960)
Gue memilih kutipan dari salah satu sajak Bukowski karena dalam hidup, gue percaya sama kredo soal “it’s not about what you do, it’s about how you do it”.
Style bisa dibilang jadi pembeda lo dari yang lainnya, jadi representasi soal diri lo dan approach lo dalam ngelakuin segala hal; it’s your way of doing dan menurut gue, it’s quite revolutionary.
3. Ade Paloh (Sore)
Capt. Ronald Spiers – Band of Brothers (2001)
Yah karena kita ngga ada ekspektasi berlebihan lagi atas hidup, kalo udah faham bahwa hidup itu udah mati semenjak lahir, dan yg tinggal hanya harapan baik menuju kematian yg sebenarnya, dan hidup akan berjalan sebaik mungkin tanpa embel2 yg ngga perlu.
4. Andika Surya (Colapse & Alice)
George Carlin “A War On Homelessness” (1992)
Dari sekian banyak bit Carlin yang gw suka, bit tentang tunawisma ini yang paling nempel dan masih relevan sampai saat ini, hingga kapanpun bahkan hingga dunia berhenti berputar.
Somehow gw percaya permasalahan paling fundamental di dunia ini bermuara dari permasalahan ekonomi, terutama yang berkaitan dengan politisi.
Masalah perut menjadi masalah paling puncak diikuti permasalahan kepercayaan, politik, lingkungan dll.
Ditengah special setnya, Carlin memberikan solusi tentang permasalahan tunawisma ini dengan bungkus komedi sarkas yang menyentil para “orkay” di Amerika.
“Give the homeless their own magazine. Give them their own magazine. It would them feel better for one thing. That’s a sure sign of making it in this country; every group in this country that arrives at a certain level has its own magazine.”
Tak berhenti di situ, Carlin menambahkan opsi ke-2 untuk menuntaskan permasalahan gelandangan dan pengemis dengan menghilangkan lapangan golf di muka bumi ini dan memberikan lahan tersebut untuk mereka.
Menurut dia Golf adalah kegiatan dan permainan yang paling egois, tidak berarti dan tidak masuk akal, yang dilakukan terutama oleh pengusaha yang kaya dan menggunakan permainan ini untuk berkumpul membuat kesepakatan serta lobi-lobi politik untuk kepentingan mereka sendiri.
“I have solved this problem, I know where we can build housing for the homeless: GOLF COURSES!!! Perfect! Golf courses! Just what we need! Just what we need: plenty of good land in nice neighborhoods”.
Well everything he said pretty accurate. Menurut gw George Carlin adalah filsuf abad ini, frickin’ smart and really ahead of his time. RIP George.
5. Prabu P. (Saturday Night Karaoke & Consumed Media)
Roger Alan Wade – If You’re Gonna Dumb (2005)
Kutipan dari lagu milik sepupu Johnny Knoxville (punggawa kolektif stunt goblog Jackass) rasanya cocok dengan kegiatan karir & juga berkarya saya sampai hari ini.
Guna memberikan karakter kuat untuk karya juga kinerja saya, kerap kali saya menggunakan persona sosok pandir yang menyebalkan.
Beberapa orang memahaminya, ada pula yang merasa saya mengutarakan persona yang dianggap identitas harian saya.
Tapi toh, meski banyak yang salah sangka akan pilihan gaya atau persona karya saya, saya tetap harus mengepul lemparan kritik dan suudzon itu.
Karena untuk menjadi pandir, nyatanya harus tangguh untuk menghadapi anggapan tak bertuan di luar sana.
6. Oscar Lolang
Kevin & Pigeon Lady – Home Alone 2 (1992)
Ini adegan ketika Kevin ngobrol-ngobrol dengan perempuan tua homeless yang menyeramkan, yang berteman dengan burung-burung.
Si perempuan tua merasa hidupnya selalu dikhianatin oleh orang sampai dia hilang kepercayaan pada siapapun. Ketika dia jatuh, orang lupa sama dia.
Tapi kenyataannya Manusia selalu punya urusannya masing-masing. Percakapan ini juga mengajarkan tentang keberanian dan ‘nothing to lose’.
Yang ku maknai adalah, bahwa aku harus dewasa dalam mengolah perasaanku. Karena kalau aku biarkan dia hancur, dia hancur.
Ketika ku sakit hati atau hilang kepercayaan terhadap orang, aku merasa hatiku sudah rusak. Kenyataannya tidak. Aku masih punya benih kebaikan sekecil apapun, sesederhana nganter ortu atau adikku ke kantor.
Aku masih menggunakan hati untuk itu. Kalo itupun bisa apa salahnya gunakan hati ke yang lebih luas lagi.
Topik-topik seperti ini yang kurang lebih sedang mengelilingiku dalam setahun ke belakang ini. Dan kemudian menjadi latar belakang dalam membuat album keduaku berjudul Jalan Sendiri.
7. Dzikrie J. Arethusa (Dongker)
Yusuke Kafuku – Drive My Car (2021)
Memaknai dari filmnya sendiri, sisi perjuangan yang aku suka dari sini itu adalah gimana kita berusaha untuk not grieving on something for too long, and make peace with it.
Untuk melakukannya tentu sulit, tapi toh pada akhirnya ga ada yang bisa kita diubah dari masa lalu, baris “We must keep on living.” mencerminkan keinginan untuk berada di masa kini dan terus berjalan ke masa depan, diikuti dengan baris “It’ll be OK. I’m sure we’ll be OK.” sebagai pelengkap bernada optimis yang meyakinkan.
8. Arno Zarror (Dongker & 1.Spesifikasi)
Shiro Nishi – Whisper of The Hearts (1995)
Jatuh cinta tak harus memikirkan masa depan dulu, ini semua tentang mengejar impian dan cinta sehingga semua bisa jatuh cinta pada siapapun tanpa menjadi orang lain dan yang paling penting tetap jadi diri sendiri.
9. Tomo Hartono (Rekah)
Joyce Messier, Disco Elysium Video Game (2019)
Quote yang lumayan nampar ini gue temuin waktu lagi main Disco Elysium.
Lumayan nyesek sih bacanya. Niatnya mau ngelepas penat eh malah ketemu hantunya Mark Fisher.
Tapi, nggak apa. Gue jadi sadar bahwa untuk melahirkan karya yang nggak bisa dilahap kapital, kita perlu beresin independensi skenanya dulu.
Selama kita masih ketergantungan sama kapital dan suprastrukturnya, apa yang kita bikin cuma akan jadi pakan kapital. Kita perlu modus operandi berskena yang lebih nyebrang, liar, dan meta.
Kontributor:
- Anida Bajumi
- Yogha Prasiddhamukti
- Ade Paloh
- Andika Surya
- Prabu P.
- Oscar Lolang
- Dzikrie J. Arethusa
- Arno Zarror
- Tomo Hartono