Nama Masked Intruder kini sudah tidak terlalu asing di kisaran pendengar musik punk rock. Sejak mereka direkrut oleh Fat Wreck di tahun 2013 silam dan kemudian hijrah ke Pure Noise Records beberapa tahun setelahnya, tak mengherankan kalau reputasi mereka di kancah musik rock arus pinggir hari ini semakin terpatenkan. Lucunya, saya masih ingat tentang pertama kalinya saya mendengarkan demo Masked Intruder yang diunggah lewat sebuah halaman di forum Pop Punk Message Bored pada tahun 2011 lalu. Awalnya saya kira mereka hanyalah band ramonescore tipikal turunan The Queers dan kawan-kawannya. Tapi anggapan skeptis tersebut akhirnya runtuh ketika pertama kalinya saya mendengarkan “How Do I Get To You” di dalam demo tersebut. Sejak saat itu saya jatuh cinta kepada mereka dan sempat berpikiran kalau mungkin suatu hari nanti Masked Intruder akan sukses besar. Ternyata doa saya dikabulkan Tuhan dan akhirnya kini mereka benar-benar populer. Keren.
Awal terbentuk dan personil
Masked Intruder bukanlah band yang bisa dianggap terlalu serius apabila menilik dari segi persona mau pun hikayatnya. Mereka mengaku di beberapa wawancara bahwa band tersebut terbentuk ketika semua personilnya bertemu di dalam penjara. Tidak pernah ada satu sumber tepat yang menjelaskan mengenai proses pembentukan band poppy punk rock asal Wisconsin, AS tersebut. Ya, apalagi yang bisa diharapkan dari band yang memiliki konsep visual yang gimmicky macam mereka.
Personil di dalamnya pun tidak pernah menggunakan nama aslinya di setiap publikasi band-nya. Mereka hanya menggunakan nama sesuai warna topeng yang selalu mereka kenakan di penampilannya. Mereka adalah Blue (gitar, vokal), Green (gitar), Red (drum), Yellow (bassist pertama), dan Purple (bassist terkini).
Nuansa dan tema musik
Meski terkesan sebagai band ‘komedi’, Masked Intruder sebetulnya mempunyai musikalitas yang mumpuni di ranah punk rock. Mereka memainkan poppy punk rock yang memiliki sensibilitas harmoni pop yang super kental dan mudah dicerna oleh berbagai jenis kuping pendengar musik. Aspek vokal harmonis ala Beach Boys yang mereka gunakan dalam musiknya seperti melengkapi struktur penulisan lagu punk rock minim progresi kunci ala punk rock 70-an. Coba dengarkan saja lagu-lagu macam “I Don’t Wanna Be Alone Tonight” atau “Hey Girl”. Kalau elemen suara gitar berdistorsi di dua lagu tersebut dilucuti, pada akhirnya lagu-lagu itu malah akan terdengar macam lagu-lagu pop/doo wop yang populer di tahun 60-an. Sederhana, mudah dinyanyikan, dan menyenangkan.
Secara lirik, Masked Intruder sebetulnya masih menggunakan narasi lirik klise ala pop punk yang berkutat di topik romansa atau ketertarikan terhadap lawan jenis. Namun ada elemen pemilihan topik dan diksi yang membuat mereka unik dibandingkan band-band yang sejenis. Mereka kerap kali memasukan narasi kehidupan kriminal mereka di dalam lagu-lagunya. Contohnya di lagu “Stick ‘Em Up” yang bercerita ketika mereka menjambret seseorang menggunakan pisau dapur atau “Locked Up and Lonely” yang berisi curahan hati Blue ketika dia merasa kesepian di dalam ruang tahanan. Konyol.
Konspirasi sosok asli Masked Intruder
Di awal kemunculannya, banyak penggemar musik yang kerap berspekulasi tentang siapa sosok di balik Masked Intruder. Ada yang muncul dengan teori bahwa Masked Intruder adalah sebuah punk rock supergroup bentukan Chixdiggit, Ergs!, sampai Copyrights. Namun teori itu tak terbukti valid karena di beberapa panggung pernah ada momentum semua band yang disebutkan dalam teori konspirasi tersebut bermain di waktu yang sama dengan Masked Intruder. Malahan ada satu video di mana Masked Intruder mewawancarai Mikey Erg (drummer The Ergs!) ketika berkeliling di area Riot Fest. Mana bisa mereka membagi tubuh di satu waktu yang sama?
Worry not, saya sebetulnya tahu siapa mereka sebenarnya. Buat kamu yang penasaran siapa mereka sebenarnya, silahkan transfer biaya sebesar Rp. 3.000.000 ke rekening saya segera. I’ll spill out the truth!
Bagaimana pendapatmu soal Masked Intruder? Do you like them or not?