Euforia atas eksistensi band ini sebenarnya sudah saya amati dan rasakan cukup lama semenjak debut single mereka “((Cruetly of the Underground World)) – Sharp Knife” yang dirilis bulan maret 2021 silam dan merupakan salah satu “hidangan pembuka” sebelum akhirnya sah melepas EP berjudul “Sharp Knife” pada april 2022.
Percaya diri menampilkan taringnya diantara banyaknya para kamerad baru dari Surabaya yang membawa musik lebih fresh, Marax juga terbilang memiliki warna tersendiri dalam membangun konsepnya. Dengan membawa spirit dari Dark Lord Sauron, kumpulan pemuda berusia rata-rata lebih dari setengah abad asal Surabaya ini berhasil membentuk sebuah perwujudan band dengan mengawinkan hardcore, blackened, dark, hingga d-beat punk, sebuah kombinasi yang mengingatkan akan band-band semacam Discharge, Driller Killer, Deathammer, Mammoth Grinder, bahkan band-band hardcore dari Jepang, setidaknya itu menurut saya dengan sedikit mengkombinasikan info di laman Bandcamp mereka. Berbicara tentang mini-album Sharp Knife, tidak berlebihan kalo saya katakan layaknya sebuah refleksi kemarahan yang terasa sangat lugas. Dari awal track kita sudah disuguhi hujaman riff-riff berat hingga nuansa vokal yang cocok didengarkan ketika sedang berjalan malam ditemani sebatang rokok dengan tangan menenteng sebotol anggur merah sambil meneriaki brengseknya dunia, COK! Kombinasi lengkap untuk jiwa lebih dekat dengan kegelapan.
EP dibuka dengan lagu berdurasi 2.23 menit yaitu “((Cruently of the Underground World))//Sharp Knife” yang sebelumnya lebih dulu mengudara sebagai debut single. Kemudian kita akan bertemu dengan “Leave Me Drunk” yang merupakan favorit saya. Diawali dengan bassline renyah disambut gebukan ringan drum hingga riff gitar pengundang pogo, tidak langsung asal kebut tapi membangun atensi moshpit terlebih dahulu. Lalu di track ke 3 kita disuguhkan “Angry Sound”. Ya, kemarahan mulai terasa brengseknya disini. Sebuah lagu yang rasanya anthem-able dengan beberapa part syarat sing along, apalagi ditutup klimaks dengan teriakan “Angry Sound” yang diucap beberapa kali menuju penghujung lagu akan semakin meliarkan stage dan juga berpotensi menenggelamkan vokalis dan menanggalkan mic nya untuk lenyap kedalam crowd. Selanjutnya, mari sambut “Suffer”. Simple saja, saya akan menyebutnya “vokalis tenggelam dalam crowd part 2”, sudah. Dan yang terakhir dalam rangka menutup EP ini adalah track terpanjang kedua dalam keseluruhan EP Sharp Knife, yaitu “Stabbed”. Kita hanya diberi waktu sekitar 10 detik sebelum akhirnya benar-benar “ditikam” oleh lagu ini. Namun sebagai lagu penutup, sayangnya saya tidak menemukan klimaks, justru, apabila saya adalah personil, produser atau siapapun itu yang bertugas dalam penentuan urutan lagu, maka antara Suffer atau Angry Sound lah yang terpilih untuk menutup seluruh rangkain horror yang dihadirkan dalam EP Sharp Knife.
Untuk proses dapur rekamannya sendiri dilakukan di Lingkaran Music Studio oleh Hasan Maulana kemudian proses mixing & mastering di MUS Records oleh Thomas Glaop. Dan, voila! Jadilah sebuah EP berjudul Sharp Knife yang terdengar unmixing, kasar, hingga noisy. Esensi klasik hardcore/punk hingga sentuhan Norwegian black metal era-era awal sangat terasa. Disclaimer! output yang dihadirkan sangat bernuansa raw dan berisik hingga akan terasa mengganggu pada awal mendengarkan, terutama untuk kalian yang terbiasa dengan audio berkualitas jernih ala musisi Billboard Top 40. Ibarat sex, perlahan kita akan makin merasakan betapa nikmatnya setiap gesekan-gesekan dan lantunan gitar, bass, drum, vokal yang secara tanpa sadar, pelan tapi pasti mengajak mengangguk-anggukan kepala, sembari telinga terus diberi distorsi menanti saat-saat datanganya eargasme.
Debut EP Marax – Sharp Knife sendiri pun dirilis melalui Grieve Records, sebuah record label yang berbasis di Jakarta. Album ini sudah tersedia secara fisik dan bisa kalian beli melalui instagram @maraxhorror ataupun @grieverecords, juga tersedia online di laman Bandcamp Marax dan tokopedia Grieve Records. Verdict? EP ini layak untuk didengarkan dan masuk kedalam list, meskipun dengan durasi lagu yang singkat bahkan tidak sampai menyentuh 3 menit, tidak semata-mata membuat Sharp Knife terasa lewat begitu saja. Branding horror dan gelap yang mereka sajikan? Cukup memuaskan. Untuk kalian yang baru-baru ini memiliki ketertarikan terhadap black metal ataupun d-beat punk/hardcore maka ini adalah salah satu rekomendasinya. Jika kedepannya mereka akan membuat rilisan lagi, saya mengharapkan dihadirkan dengan kemasan yang lebih kelam dan kejam, lebih brengsek juga, bahkan, kalo bisa sampai terucap kalimat COK dari pendengar.