Emang kacau banget sih efek caffeine yang digiling tuh buat kepala gue. Ya seenggaknya this brain spins too hard sampe akhirnya sampe gue bisa nulis artikel ini afterwork di antara deadline kantor yang numpuk.
So fuck the world! Seenggaknya gue bisa tidur lumayan nyenyak dengan nulis artikel ini. I hate this damn busy brain to be honest dude…
Nah lho “DUDE”. Dude is sooo 2000’s aight! No more Duder in this anti-patriarchy era, remember that!
Setidaknya mimin emang berterima kasih banget dengan wave pop punk/melodic punk dekade ini.
Suka tidak suka, malu tidak malu, saya rasa banyak orang dewasa yang udah punya anak 1 atau 2 yang memang gateway mereka di dunia skena ataupun musik karena meledaknya kultur Melodic Punk dan Pop Punk di awal 2000-an.
Yes at least, that is who we are! So yes I would proudly say that I was poser. A poser who sooner learn the importance of DIY/independent culture, or even establishing a label and doing independent tour.
Kali ini mungkin kita akan sedikit menggali tentang mengapa kultur dan musik melodic punk/pop punk besar di tahun 2000-an awal.
Kami menyadari bahwa mungkin artikel ini tidak bisa menjadi artikel yang 100% relevan apabila ditinjau dari segi keilmuan ataupun tinjauan empiris lainnya tetapi persetan sih dengan hal tersebut.
Karena mimin sendiri yakin bahwa Knurd merupakan sebuah platform yang memang eksis untuk bersenang-senang dan menjadi emotional outpost dari para penulisnya.
Oke langsung aja daripada kita kebanyak cing-cong gak jelas
SENJAKALA GRUNGE DAN ALTERNATIVE ROCK
Kita semua mengetahui bahwa Grunge dan Alternative merupakan sebuah subgenre dari musik punk yang memiliki ledakannya tersendiri di tahun 90-an.
Ledakan ini bisa ditarik ke belakang berkat dari beberapa predecessor kesuksesan subgenre seperti The Replacements, Husker Du, Minute-Men, Dinosaur Jr., sampai kepada band-band revolution summer yang besar di era akhir 80-an.
Mungkin kalau mau lebih jelas dan brief banget mengenai band-band yang disebutkan oleh mimin, bisa banget baca bukunya Michael Azerrad “Our Band Could Be Your Life”.
Jadi dengan diinisasi oleh predecessor alternative dan grunge music yang disebutkan, akhirnya Seattle Sound dan Alternative Music-pun memetik “buah”-nya di era 90-an.
Hal ini ditandai dengan meledaknya beberapa album seperti “Nevermind”-nya Nirvana, “Mellon Collie And The Infinite of Sadness”-nya The Smashing Pumpkins, “Ten”-nya Pearl Jam, sampai kepada “Repeater”-nya Fugazi.
Ledakan musik Grunge dan Alternative-pun ternyata ber-impact kepada lifestyle dan juga fashion di era tersebut. Yah ampe sekarang jeans am flannel belel tuh nemplok di stereotype anak Grunge sih to be honest.
Tentunya dengan ledakan musik alternative dan grunge di era 90-an juga menemukan keredupannya.
Meninggalnya sosok spiritual seperti Kurt Cobain sampai kepada beberapa band yang mengurangi aktivitasnya di akhir 90-an seperti The Smashing Pumpkins ataupun Soundgarden menjadi salah satu trigger kepada mengapa akhirnya musik alternative dan grunge menemui “senjakala”-nya sendiri di era tersebut.
Dengan terbenamnya alternative dan grunge music, later on hal ini ternyata menjadi sebuah gateway baru untuk musik dari kultur punk untuk berkembang di era selanjutnya, Melodic Punk-Pop Punk.
SKA IS TOO OVERATED AS WELL
Tentunya mimin masih inget banget ketika lomba 17 Agustusan tahun 90-an akhir itu ada yang namanya “Lomba Joged Ska”.
Dan memang sebesar itu subkultur ska di era 90-an. Tentunya hal tersebut bukan tanpa kontroversi dan memang di era tersebut skena ska memiliki purist-nya tersendiri.
Yang mimin bicarakan di sini adalah third wave ska yang dimana ska pada era ini merupakan sebenarnya musik yang sebenarnya sebuah musik asimilasi antara hardcore punk sampai melodic punk dengan ska.
Tentu yang menjadi polemik di masa tersebut adalah bukan lain karena banyaknya poser yang “tiba-tiba nongol di scene”.
Kalau lokal ya mungkin masih inget Cindy Fatikasari dulu punya band ska musiman yang namanya Gallery Band dan mungkin hal yang serupa menjadi polemik di skena ska tersendiri.
Mimin bisa capture kayanya dulu tuh 2-tone ska ataupun ska modelan Madness udah paling true di era tersebut. Kalo lo maenin Skunk (Ska Punk) mah udah kaya band pop punk hari ini yang maenin musik model Neck Deep-lah.
BTW dengan eksposure ska di era tersebut tentunya menciptakan sebuah ledakan fashion-nya tersendiri.
Sampe inget dulu tuh orang pada beli baju pantai sampe kalau yang jadi saksi idup skena mah ada yang sampe bawa-bawa koper ke gig.
Masya Allah itu si gak simpel banget idup ya hahaha!
Sebenarnya secara komposisi musik juga, di sini udah bisa keliatan sih penerimaan publik terhadap musik ska yang udah kecampur dikit-dikit sama musik melodic punk/pop punk.
Dan gak heran emang banyak melodic punk/pop punk sempet “hitching” ketenaran via tur bareng sama band skunk gede di era-nya.
Namun balik lagi di antara kebesaran kultur third wave ska ini akhirnya tenggelam juga di akhir 90-an hingga akhirnya musik melodic punk/pop punk menyongsong untuk meneruskan “estafet” ini.
BTW terima kasih dari Bapak Noor Rahman Saputra dan bukunya “I Wanna Skank: Melacak SKA di Jakarta 1996 – 2006” yang telah memberikan saya pengetahuan hingga saya dapat menulis salah satu subsection dari tulisan ini.
ADA GAK SIH MUSIK YANG RINGAN SECARA KOMPOSISI DAN JUGA KONTEN LIRIKNYA?
Dengan redupnya subkultur ska, alternative rock, dan grunge. Salah duanya beberapa musik anak muda yang mimin inget rising up di era ini adalah Nu Metal dan Melodic Punk.
Udah pasti kita mah gak bakal ngebahas Nu Metal bin Papa Roach sih #AdaGaktuh.
Melodic Punk atau banyak orang populer mengatakan musik ini sebagai Pop Punk merupakan sebuah subgenre yang akhirnya menemukan kebesarannya tersendiri di mata industri.
Tepatnya di awal 2000-an, kultur ini memang secara masif mempengaruhi para remaja yang masa SMA ataupun SMP nya di era tersebut.
Kita tahu bahwa Alternative Rock dan Grunge musik merupakan bukan tipikal musik yang mudah dimainkan. Bahkan untuk penulisan liriknya cenderung mengkorporasikan banyak metafor yang rumit.
Dengan munculnya album “Enema of The States” dari Blink-182, Selftitled-nya Fenix Tx, ataupun “Sticks & Stones” dari New Found Glory, tentunya hal ini menjadi turning point tersendiri dari selera musik anak muda di skena saat itu.
Album-album tersebut terkomposisi dengan musik yang lebih simple, lirik yang lebih light (bahkan konyol karena tema lirik Blink-182 sendiri terkenal dengan Toilet Jokes-nya), hingga melodi vokal yang well driven bahkan infeksius.
Sebuah antitesis memang dari dominasi komplesitas musik Grunge dan Alternative Rock di era tersebut.
Walaupun later on kita mengenal sendiri banyak band yang dari melodic punk memang akhirnya mengasimilasikan sound-sound alternative kepada musiknya di tahun 2010-an bahkan sampai hari ini.
Memang hal ini juga tidak semata-mata menjadi hal yang diterima oleh banyak “orang yang duluan” ada di skena pada waktu tersebut.
Banyak juga sih beberapa pihak yang berkomentar miring pada era tersebut kalau “Sekarang mah kalau mau jadi musisi mah gampang gak harus bisa jago maen musik dan bikin lirik puitis kaya dulu!”.
Setiap kultur mimin yakin sih memiliki challenging thing-nya tersendiri jadi yah kalo udah umur segini mah be wise aja kita mah! Namanya juga anak muda ye kan 🙂
Tema cinta monyet sampai tema konyol lainnya diakui menjadi hal yang cocok banget sih sampai Melodic Punk ini akhirnya dapat diterima banget sama pemuda di eranya.
Yah kalau mau trace back ke versi lokal, ada lagu nyeleneh dari Endank Soekamti judulnya “Bau Mulut” dan sampai saat ini memang band asal Jogja ini dikenal dengan lirik humornya.
KESUKSESAN WARPED TOUR DAN TREND KULTUR SKATE YANG MASIF
Sejarah berbicara bahwa Vans Warped Tour secara inisial merupakan sebuah hasil “biang kerok” dari Marketing Vans dalam rangka embracing community yang menjadi fondasi bisnis foot apparel tersebut.
Namun sekali lagi, siapa sangka kalau Vans Warped Tour sebenarnya memiliki impact lebih besar dari sekedar membuat improvement financial report dari korporasi bernamakan Vans.
Vans Warped Tour merupakan sebuah event aktivasi dari Vans yang diinisiasikan oleh Kevin Lyman pada tahun 1995.
Dengan konsep tour besar yang diselenggarakan secara beruntutan di tempat-tempat dan juga line-up berbeda setiap kesempatannya.
Vans Warped Tour ini kalau bisa dikatakan kaya rombongan sirkus yang isinya band-band dari subkultur punk sebagai konten hiburannya dan berpindah-pindah secara simultan.
Dalam event ini ditampilkan band yang dijadwalkan dalam tur ini untuk bermain didampingi dengan acara skate dan beberapa olahraga ekstrim lainnya.
Tidak lupa juga, kalau Vans Warped Tour merupakan tour gig yang diadakan pada siang hari.
Dan paling sore tuh mimin liat pas Alkaline Trio maen di video live performance-nyw maenin “Radio” dimana keliatan view-nya lagi sunset gitu.
Pada awalnya Vans Warped Tour merupakan sebuah event yang menampilkan banyak musisi alternative.
Namun di akhir 90-an sampai 2000-an akhirnya banyak menampilkan musisi dari subgenre third wave ska sampai kepada melodic punk atau yang lebih dikenal dengan skate punk.
Beberapa band yang memang dikenal sebagai daddy-nya di event ini di antaranya NOFX, Bad Religion, Pennywise, Alkaline Trio, The Ataris, dan banyak lainnya.
Dan kami yakini juga banyak band-band melodic punk yang meledak di tahun 2000-an memang “pitching” dari event bergengsi ini.
Katakanlah nama-nama seperti Blink-182, Sum-41, Good Charlotte, Alkaline Trio, New Found Glory, Simple Plan, sampai Fenix Tx, diakui terlebih dahulu menjadi headline dan hot fuss di Vans Warped Tour sebelum akhirnya meledak menjadi nama-nama besar di indistri musik internasional.
Tentunya dengan massive-nya kesuksesan melodic punk di tahun 2000-an, hal ini juga secara bersamaan ber-impact kepada nama Vans Warped Tour tersendiri.
Yang dimana pada awalnya mungkin event ini memang secara eksklusif menjadi “asupan tahunan” bagi para penggemar subkultur musik hardcore/punk menjadi sebuah event nasional yang digandrungi oleh banyak fans-fans dari luar lingkaran subkultur punk itu sendiri.
Dengan semakin besarnya event tahunan ini, band-band melodic punk yang besar 2000-an ini juga yang memperkenalkan kepada fans-fans barunya terhadap skena skateboard yang telah tumbuh secara bersamaan dengan subgenre ini dari tahun 90-an.
Otomatis, di era tersebut tidak hanya Warped Tour saja yang terbawa massif oleh besarnya band-band melodic punk 2000-an, tapi juga kultur skate juga menjadi perhatian banyak masa dan secara instan menjadi olahraga yang digandrungi oleh banyak anak muda di eranya.
Hal ini dapat dilihat dari besarnya eksposur terhadap atlit-atlit skateboard seperti Tony Hawk, Bam Margera, Bob Burnquist, ataupun Rodney Mullen.
Bahkan atlit-atlit skate yang disebutkan sering terlihat di acara-acara TV Besar seperti MTV.
AMERICAN PIE
Mungkin apabila anda merupakan seseorang yang menghabiskan masa mudanya di tahun 2000-an ataupun kelas-kelas Sekolah Menengahnya di tahun-tahun tersebut, tentunya tidak asing dengan karya sinema bernama “American Pie”.
Film yang berjudul “American Pie” ini merupakan sebuah film teen sex comedy yang kebetulan memang pengisi soundtrack sampai kepada scoringnya diisi dengan banyak band melodic punk 2000-an sampai kepada alternative rock di dalamnya.
Terhitung band-band melodic punk dan pop punk seperti Blink-182, SR-71, Sum-41, Fenix Tx, New Found Glory, ataupun Green Day, pernah mengisi ke dalam soundtrack film edukasi seks ini.
Aduh ini lucu juga sih kalau nyebut film ini sebagai film edukasi karena emang di Indonesia sendiri mengenai sex education tuh tertutup banget sampe film kaya American Pie aja kaya dianggep film semi-bokep sih dulu haha!
Mimin juga bisa menangkap insight mengenai mengapa band-band melodic punk 2000-an tersebut dirasa fit-in mengisi soundtrack film tersebut, yang pasti sih karena vibe musik mereka yang catch up dengan selera musik anak muda pada zaman tersebut dan juga lirik yang konyol sampai romantis yang dapat direpresentasikan oleh band-band pop punk 2000-an tersebut.
Oh iya Blink-182 juga tercatat pernah beradegan untuk salah satu scene di American Pie 1 yang dimana terlihat trio tersebut sedang live streaming ngintip seorang karakter bernama Jim sedang striptease.
Besarnya skena Melodic Punk di tahun 2000-an sendiri diakui juga disebabkan oleh banyak nya band dari era ini ditampilkan kepada soundtrack pengisi film-film edukasi remaja hingga teenflix.
Terbilang beberapa film yang menampilkan band pop punk 2000-an sebagai pengisi soundtrack antara lain American Pie secara berjilid, The Benchwarmers, Can’t Hardly Wait, The Hot Chick, The New Guy, dan lain sebagainya.
Mimin yakin juga kalau mungkin ada salah satu dari kita justru mengenal band seperti New Found Glory ataupun Fenix Tx justru gara-gara soundtrack ini. Who Knows?!
AN ANTITHESIS FOR 2000’S BOY BAND CULTURE
Selain Melodic Punk/Pop Punk dan Nu Metal, apa yang juga booming di era tersebut adalah pop music in a boy band form!
Dengan instan boy band culture pada dekade 2000-an merupakan sebuah suksesor dari trend yang sama di tahun 90-an
Boy band merupakan sebuah vokal grup yang biasanya terdiri dari sekumpulan penyanyi dengan umur yang cukup muda.
Beberapa boy band yang memang sedang menanjaki karirnya di akhir 90-an dan awal 2000-an di antaranya adalah NSYNC, Backstreet Boys, 98 Degrees.
Juga kita tidak bisa melupakan bahwa musik dari semenanjung eropa memiliki “jagoan’-nya tersendiri dengan munculnya beberapa eksponen seperti Blue, Westlife, sampai Boyzone.
Tidak lupa bahwa lingkungan boy band ini tentunya dikelilingi oleh vibe industri musik yang telah established.
Dan juga selain menjual daya tarik suara, para boy band ini juga menampilkan looks yang memang menarik banyak perhatian, khususnya kaum hawa.
Dengan peak-nya kultur Melodic Punk di tahun 2000-an, hal ini secara suka-tidak suka juga menjadi counter culture dari boy band itu sendiri.
Mungkin hal ini di-ignite dengan konsep video klip “All The Small Things”-nya Blink-182 dimana video klip ini memparodikan banyak video klip dari boyband dan soloist yang sedang ngetrend di masanya, seperti Britney Spears, Backstreet Boys, dan 98 Degrees.
Memang hal ini pada akhirnya disambut dengan respon serius oleh para penggemar musik melodic punk yang dimana jargon “Fuck Boy Band”-pun hal yang ter-attach di kultur melodic punk pada masa itu.
Sampai term “Boy Band” sendiri udah kaya borok banget sih dulu.
Saking jijiknya, beberapa penggemar melodic punk sering melabelkan beberapa band yang look-nya terlalu ganteng namun memainkan musik pop rock ala melodic punk maka tidak jarang banyak fan menuding band tersebut sebagai “Boy Band”.
Mungkin beberapa band yang saya sebutkan dalam konteks ini adalah band seperti Busted ataupun The Click Five. Malah dulu ada yang bilang Simple Plan tuh sebenernya Boy Band haha!
Melodic Punk/Pop Punk memang sebuah kultur yang muncul dengan support system berbasis komunitas dan hal ini tentunya menjadi hal yang jelas berbeda dengan etos kerja yang dimiliki oleh para boy band ini.
Wajar adanya apabila di era tersebut kalau eksistensi pertentangan kelas antara penggemar melodic punk dan penggemar boy band ini ada.
Tentunya hal ini sudah jauh berbeda dengan keadaan musik saat ini yang dimana selera musik kebanyakan orang sudah makin fluid dan embracing banyak hal yang berbeda.
Ya udah wajar banget kalo hari ini tuh nemuin orang yang suka The Get Up Kids tapi dengerin NewJeans juga sih!
THE FORMULA
Disadari atau tidak, sebenarnya beberapa band pop punk dan melodic punk memang telah menampakan eksistensinya di kancah musik cutting edge pada era 90-an.
Atau bisa dikatakan musik tersebut telah hidup pada era dimana grunge dan alternative rock take over industri musik.
Mari kita melihat band seperti Green Day dan juga beberapa band dari roster Lookout! Records seperti Mr T Experience, The Queers, Screeching Weasel, sampai The Lillingtons, merasakan era keemasan pada tahun 90-an.
Juga selain di area pop punk, pada region melodic punk-pun memang bertebaran nama-nama yang membesarkan skena di antaranya Bad Religion, NOFX, Propagandhi, Lagwagon, No Use For A Name, Millencolin, dan lain sebagainya.
Pada dekade 90-an pun dikenal sebagai dekade yang pivotal dari skena pop punk karena Green Day sendiri akhirnya sign up dengan major label setelah sebelumnya besar di skena East Bay Punk.
Dengan banyaknya nama-nama yang berkibar di tahun 90-an dari skena melodic hardcore ataupun pop punk, namun hal ini masih belum menjadikan musik melodic hardcore ataupun pop punk menjadi “Industry Darling” di eranya.
Wajar sih karena memang konsentrasi masanya masih berfokus kepada musik grunge/alternative rock.
Dan kalau mimin boleh komentar sendiri mengapa musik dari band-band melodic punk ini besar di dekade 2000-an adalah formulasi musik mereka.
Yang dimana kalau mimin perhatikan let say kita boleh bilang pada tahun 90-an banyak album melodic punk yang pada dekade tersebut memang meledak.
Katakanlah seperti Punk In Drublic-nya NOFX, Self-titled-nya Face To Face, sampai Let’s Talk About Feelings-nya Lagwagon.
Namun yang mimin rasakan adalah musik ini masih terlalu community oriented.
Dimana memang band melodic hardcore pada era tersebut telah mengkomposisikan ketepatan sisi agresifitas dan melodical side dari hardcore punk namun dirasakan bahwa musik pada era tersebut belum bisa merepresentasikan looks dari anak muda tahun 90-an.
Nah kalau mimin amati sih, uniknya musik melodic punk wave 2000-an itu adalah banyak band dari wave ini secara pintar mengasimilasi dari agresifitas musik melodic hardcore 90-an, melodical part dari pop punk Lookout! Records sampai 90’s emotive music.
Dengan komposisi tersebut memang tercipta sebuah formulasi musik yang dimana cukup teenage oriented. Di satu sisi para band ini slengean dengan jokes-jokes mereka dan sisi lain band ini juga representasi dari gejolak kawula muda.
Dari banyaknya minat para anak muda ini tidak heran kalau akhirnya industripun meng-capture sebuah oportunitas di sini.
Ada api lalu bensin pun disiram. Banyak dari band wave 2000-an ini di-sign oleh major label seperti MCA Records sampai Island Records yang dimana hal ini memang akhirnya menjadi penyulut tentang meng-global-nya fenomena musik melodic punk di tahun 2000-an.
SIMULTANEOUSLY PRODUCING GOOD ALBUMS
Selain banyak faktor dan atmosfir musik di dekade 2000-an yang menyebabkan hype-nya musik dan kultur melodic punk/pop punk, pada dekade inipun diakui memang memproduksi banyak sekali album yang mengalami acceptance publik, khususnya untuk anak muda ya!
Gelombang ini mungkin dapat kita mulai dari “Enema of The States” dari Blink-182 yang dirilis pada bulan Juni 1999 yang memang diakui album ini merupakan sebuah game changer bagi skena melodic punk/pop punk tahun 2000-an.
Lalu diikuti dengan masterpiece dari aksi emo/indierock asal Kansas, The Get Up Kids, yang merilis “Something To Write Home About”.
Album ini dirilis di tahun yang sama dan menjadi blueprint dari asimilasi musik emo dan new wave.
Tahun 1999 merupakan tahun yang menjadi sebuah tahun yang menghasilkan banyak album blueprint dari banyak style dari genre melodic hardcore/punk dan salah satunya adalah “Through Being Cool” dari Saves The Day.
Saves The Day dengan album ini secara tegas menyatakan bahwa anak hardcore juga bisa bikin album melodius bin pop oriented yang enak banget!
Diikuti di tahun 2000-an dimana Mxpx merilis album yang berjudul “The Ever Passing Moment”.
Walaupun Mxpx merupakan band yang dikelilingi oleh skena dari band melodic hardcore namun sensibilitas pop punkish songwriting dari Mike Herrera memberikan keunikan tersendiri dari signatur sound Mxpx.
Dengan album ini juga banyak band melodic hardcore/punk 2000-an yang gak terlalu melodic hardcore kaya Bad Religion/NOFX tapi gak terlalu pop punk juga kaya Queers atau Teen Idols, it’s something in between.
Tahun depannya, 2001, Jimmy Eat World merilis “Bleed American”.
Banyak yang bilang “Clarity” merupakan output terbaik dari Jimmy Eat World, namun “Bleed American”-lah merupakan sebuah album yang lebih market friendly dan suka tidak suka album ini memang penjualannya paling ludes.
Setidaknya generasi 2000-an tau kalau emo yang indierock sounded tuh bisa semulus itu touchingnya dan bisa bagus walaupun gak “underground” minded banget sound-nya.
Selanjutnya tahun 2002 yang bisa kami bilang merupakan tahunnya Drive Thru Records.
Pada tahun ini memang terdapat, yang kami setujui, menjadi holy trinity dari katalog Drive Thru Records.
Tiga album tersebut adalah “Leaving Through The Window” dari Something Corporate, “Sticks And Stones” dari New Found Glory, dan “Say It Like You Mean It” dari The Starting Line.
Pada bulan Mei 2002, Something Corporate merilis full length pertama mereka yang berjudul “Leaving Through The Window“.
Album ini kami nilai merupakan album yang paving the way bagi industri musik untuk mengenalkan indierock leaning dari musik emo Drive Thru Records.
Dimana setelah Something Corporate, Drive Thru Records makin pede lagi untuk menampilkan musisi-musisi seperti The Early November, Hidden Plain In View, ataupun Steel Train.
Di bulan selanjutnya pada tanggal 11 Juni 2002, “Sticks and Stones” dari New Found Glory.
Album “Sticks and Stones” merupakan sebuah album emotive driven melodic hardcore yang paling sukses sepanjang sejarah.
Mungkin tanpa adanya album ini, anda belum tentu mendengar nama-nama seperti Neck Deep, All Time Low, ataupun The Story So Far hari ini.
Finally di bulan Juli 2002, sebuah masterpiece yang unik dari The Starting Line berjudul “Say It, Like You Mean It”.
Album ini dirilis pada saat Kenny Vasoli dkk sedang menjalani high school years mereka. Secara instan, via band ini akhirnya bisa tur keliling dunia kenang dari Kenny.
Asli kalau ngeliat band melodic punk/hardcore lokal circa 2005-an ke depan tuh banyak banget pengen stealing sebagus “Say It, Like You Mean It” sound-nya.
Di tahun selanjutnya, pada 04 Maret 2003 The Ataris merilis full length ke empat mereka yang berjudul “So Long Astoria”.
Nah ini dia nih sebenernya yang mimin bilang sebuah album yang sedikit nyetir animo sound pop punk/melodic punk taun 2000-an ke arah yang lebih emotive.
Dengan membawa sedikit senyawa Jawbreaker ke dalam album ini, The Ataris secara magis menyihir band-band melodic punk/hardcore di tahun 2005 ke depannya untuk berbicara dengan topik kehidupan yang lebih serius ke dalam lirik mereka.
Terakhir milestone kami letakan kepada “Good Mourning”-nya Alkaline Trio yang dirilis pada 13 Mei 2003.
Band ini memang band yang signature sound-nya gak banyak punya pengekor.
Alkaline Trio, dalam musiknya, mempertemukan kelamnya lirik Misfits dengan emotive vibe ala Jawbreaker yang kami yakini secara instan banyak membuat anak emo berdandan gothic di mid 2000’s dan setelahnya.
SEBUAH EPILOGUE
Nah berikut merupakan sebuah penjabaran musik yang sebenernya penting gak penting sih.
Cuma seru aja kayanya kalau emang akhirnya ide penulisan ini bisa keluar dari kepala mimin yang akhirnya dituangkan ke dalam tulisan.
Yah pada akhirnya kami berikan batasan juga mengenai pembahasan skena melodic punk-hardcore/pop punk/emo 2000-an ini di tahun 2005-an.
Lho kok kenapa begitu?! Ya kalau mimin sih ngerasa memang ketika 2005-an ke atas itu emang banyak atmosfer di skena yang mulai banyak berubah sih.
Banyak dari band pop punk/melodic tahun segituan tuh yang awalnya nulis tentang being looser in high school dan naksir kembang sekolah menjadi band yang serius banget nulis tentang kehidupan mereka di dalam konten liriknya.
Dan album “So Long Astoria”-nya Ataris sih yang memang nge-trigger itu semua kalau mimin amatin yah walaupun memang ada album yang gak kalah emo-nya kaya “Something Home To Write About”-nya The Get Up Kids.
Cuma “So Long Astoria” ini yang memang menjadi game changer bagi banyak style dan vibe musik yang diusung oleh band melodic punk/pop punk yang besar di tahun 2000-an pada kemudian hari di mid 2000-an setelahnya.
After all, ini adalah sebuah tulisan jadi silahkan mungkin kami juga membuka sejuta pro dan kontra ataupun tambahan ide untuk membenahi opini zaman ini.
2 Comments
maap min tanya dong, knp ya di Indonesia ini harus dikotak2in dengan penyebutan “pop punk/melodic punk” ?
mau membedakan antara fashion yg mowhawk dgn yg skater (style simple) atau gmn?
haram yah klo semua subgenre atau apalah namanya itu di sebut dgn sebutan cukup “PUNK/PUNK ROCK” sebagai akar inti dari sebutan genre tersebut ???
definisi pop punk/melodic itu di lihat dari apanya yah? style musiknya, style attitudenya atau dr apa?
bukannya literasi informasi itu harusnya lebih mendidik? dgn informasi yg serba terpenuhi dijaman skrng harus semua udh lebih tercerahkan yah, maksudnya dgn tujuan regenerasi berikutnya, mereka engga tersesat dgn mendengarkan ramones, sex pistol, social distortion, nofx, green day, bad. religion, blink, alkalin trio, strung out, new found glory dan lain2 sebagainya, dgn menyebut “gw anak pop punk nih, musik gw cepet… atau gw anak melodic punk nih, vokal gw melodius…, bla bla bla … kasian kreatifitas terkotak2 jdnya, pdhl arti dr PUNK itu sendiri adalah “kebebasan” bebas berekspresi, bebas bermusik, bebas berkritisi, klo prof. greg griffin bilang “do what you want” dalam lagunya, oleh sebab itu hrs kan jadi lebih terbuka pemikirannya tentang PUNK itu sendiri. padahal pd dasarnya mereka mendengarkan dan menyukai sebuah genre yg cukup melegenda di industri musik dunia yaitu PUNK ROCK tanpa harus ada embel2 melodic lah, pop laah… whatever lah, toh di luaran sana jg mrk hanya kenalnya ya ” PUNK ROCK”, adapun penggunaan kata POP PUNK itu karena kepopuleran bandnya tersebut jd dikenal di seluruh dunia, pecahan subgenrenya jg kita kenal dgn hardcore, trashcore dsb, sementara diindonesia ini kasihan dgn anak2 muda skrng yg baru memulai ngeband memulai sebuah perjalanan bermusik tp jd salah kaprah dgn menyebut genre kami “POP PUNK”, terdengar aneh…., begitu di tanya POP pUNK itu apa sih? ada yg bisa jelasin??? 😀 lain lg kalau mrk di tanya “kiblat kalian bermusik dgn band2 apa aja”, dan mrk menjawab “kiblat bermusik kami dari band2 POP PUNK amerika dan inggris…“ , masih make sense bahasanya, tp kalau itu di sebut genre… pertanyaannya: apakah seluruh dunia kenal dgn mereka???
sepengetahuan penanya, POP itukan penggalan dari kata popular/populer (tenar-red) bukan? klo ada band punk tenar dan mendunia baru bisa di bilang POPULER tp bukan menjadikan itu sebuah genre, aneh gk sih? bukannya itu hanya penyebutan utk sebuah/sesuatu yg semua orng suka, POP culture, POP rock, POP art itu semua hanya penyebutan utk sesuatu yg sangat terkenal, knp bisa di negara ini penyebutan POP PUNK di jadikan genre/subgenre atau apalah namanya, jd seperti membiaskan sesuatu yg sdh jelas dasarnya, apakah mau membedakan dari paradigma klo punk rock itu hrs mowhawk dan urakan?
terima kasih
pencinta PUNK ROCK
Halo Bang Apeng,
Wah Alhamdulillah akhirnya ada yg ngisi comment section kita setelah sekian lama isinya spam marketting semua.
Oke kita coba jawab ya bang…
‘maap min tanya dong, knp ya di Indonesia ini harus dikotak2in dengan penyebutan “pop punk/melodic punk” ?mau membedakan antara fashion yg mowhawk dgn yg skater (style simple) atau gmn?’
Iya bang Apeng kita gak coba ngotak2in. Tujuan kita nulis sebenernya simpel kok pengen nge-capture satu fenomena musik ataupun kulture di era tertentu.
Dari situ kita emang ngelakuin ini sebagai passion sih dan emang kita suka ngelakuinnya. Gak ada tujuan untuk kotak2in kok.
Masalah genre sendiri sebenernya juga bukan kita yang ngotakin sih. Justru kita di sini sebagai penulis sih mencoba menelaah aja sih musik apa yang berkembang di dekade sekian dengan sebutan para fansnya apa, apa yang bikin kultur tersebut berkembang. Purely passion sih.
Gak ada paksaan untuk kelompok manapun yang mau menyebut ini pop punk itu punk rock. Semua orang kami yakin punya pengklasifian musik sendiri dan tiap dekadenya juga kami yakini berubah. Jadi tergantung acceptance atau penerimaan sih kalau menurut mimin.
Dengan keterbukaan pikiran kita bisa aja ngikutin arus subkultur sejauh dan sepanjang manapun. Tapi bisa juga menutup secara eksklusif apa yang kita mau dengarkan.
Tapi gak buat orang lain lho… Manusia dan kebudayaannya kan selalu berkembang dan berubah.
Kita gak bisa menekan perubahan yang akan ada si bang intinya…
‘haram yah klo semua subgenre atau apalah namanya itu di sebut dgn sebutan cukup “PUNK/PUNK ROCK” sebagai akar inti dari sebutan genre tersebut ???
definisi pop punk/melodic itu di lihat dari apanya yah? style musiknya, style attitudenya atau dr apa?’
Gak haram kok. Emang ada konstitusinya klo nyebut NOFX tuh band hip metal. Gak ada kan? Paling kena sangsi sosial aja diceng2in sm netizen.
Kalau memang merasa cukup untuk disebut “Punk/Punk Rock” ya silahkan. Kita mah siapa atuh gak nyuruh2
Cuma kalau emang ngerasa tulisan ini gak sreg di kepala abang dan pengen nulia artikel tandingan… Silahkan bisa kirim ke email kita ya knurdrecords@gmail.com.
Dengan senang hati kami akan post dan bantuin layout buat tulisan tersebut.
Nah definisi ini sih… Sebenernya mimin udah tulis kan panjang di komen IG. Males baca ya? Ato gak mw baca?
Okelah kita coba elaborasi lebih lanjut bang…
Kita Knurd nih bang soal genre beda2 pengertiannya jujur aja. Mimin D sm mimin A sm mimin R sm mimin Ak aja bisa beda dalam pengklasifikasian subgenre pop punk. Tapi kita gak kenapa2 kok! Gak ngerasa gw anak pop punk Lookout Records yang paling bener daripada lo anak pop punk Story So Far. Kita sering ngobrolin ufo sm takhayul bareng, sering gogon bareng. Gak ada separasi karena definisi genre to be honest!
Nih dari mimin R ya. Semua musik itu mimin kategorikan dari Roots, Character, dan Attitude. Itu sebenernya ngutip dari mimin I sih tapi emang bener adanya mau gmn dong…
Melodic punk atau melodic hardcore itu memang sebuah turunan genre dari hardcore punk yang dimana banyak dari eksponen nya itu memiliki tendensi bernyanyi lebih harmonis dan melodius dibandingkan oleh kebanyakan band hardcore punk lainnya. Let say klo Circle Jerks, Black Flag, atau MDC nyanyinya tereak atau shouting. Band seperti Bad Religion, Millencolin, atau NOFX menemukan formulasinya sendiri untuk mempresentasikan form musik hardcore punk mereka dibawakan secara lebih harmonis dan melodius.
Kan manusia makin ke sini makin berkembang ya gak mngkin stuck terus di point itu2 aja. Taunya anak2 youth crew kaya Gorilla Biscuit ato Youth of Today pada bubar nih di awal 90-an dan ngebentuk band2 kaya CIV sm Shelter nih bang. Coba abang denger deh CIV sm Shelter tuh (Apalagi makin album ke terakhirnya yah!). Itu karakter vokal Ray Cappo sm Antont Civarelli tuh makin harmonis dan melodis gak sih bang? Gak kaya dl waktu di Gorilla Biscuits ato Youth of Today treak2an ml. Nah banyak dari situ sih yang beberapa orang mengkategoriin mereka sebagai melodic hardcore juga.
Salah gak? Gak salah dong… Formulasinya sama hardcore punk dengan bentuk yang lebih harmonis dan melodis. Manusia bang pikirannya berkembang…
Nah dari CIV-Shelter ini juga bebarenganlah ada band-band kaya Lifetime, Shook Ones, Kid Dynamite. Nah ni Lifetime penting lho bang karyanya klo mimin bilang. Soalnya klo gak ada Lifetime gak bakal ada band kaya New Found Glory atau kalo yang saya dan bocah sekarang pada suka tuh kaya Anxious, Story So Far, ato No Pressure.
Nah kalo pop punk sendiri mimin R liatnya nih bang itu band-band yang emang ngekor soundnya dari sound induknya Ramones ini bang. Barengan sih wave nya barengan band kesukaan 90’s california skate punk ini, si band-band pop punk Lookout! Records ini. Ada The Queers, Mr T Experience, Screeching Weasel, The Lillingtons, Boris The Sprankler, Parasites. Ya itu lah kalo menurut mimin R ya band-band pop punk.
Cuma abang klo nyebut semuanya Punk Rock mah aman aja bang…
Yang gak aman mungkin pikiran abang aja yang mikirin kenapa anak muda suka ngelabelin musik2 ini dengan label baru.
Ya wajar bang… Youth culture mah akan selalu progressif bang. Tinggal kita aja seterbuka apa pikiran kita untuk menerima hal tersebut bang.
bukannya literasi informasi itu harusnya lebih mendidik? dgn informasi yg serba terpenuhi dijaman skrng harus semua udh lebih tercerahkan yah, maksudnya dgn tujuan regenerasi berikutnya, mereka engga tersesat dgn mendengarkan ramones, sex pistol, social distortion, nofx, green day, bad. religion, blink, alkalin trio, strung out, new found glory dan lain2 sebagainya, dgn menyebut “gw anak pop punk nih, musik gw cepet… atau gw anak melodic punk nih, vokal gw melodius…, bla bla bla … kasian kreatifitas terkotak2 jdnya, pdhl arti dr PUNK itu sendiri adalah “kebebasan” bebas berekspresi, bebas bermusik, bebas berkritisi, klo prof. greg griffin bilang “do what you want” dalam lagunya, oleh sebab itu hrs kan jadi lebih terbuka pemikirannya tentang PUNK itu sendiri. padahal pd dasarnya mereka mendengarkan dan menyukai sebuah genre yg cukup melegenda di industri musik dunia yaitu PUNK ROCK tanpa harus ada embel2 melodic lah, pop laah… whatever lah, toh di luaran sana jg mrk hanya kenalnya ya ” PUNK ROCK”, adapun penggunaan kata POP PUNK itu karena kepopuleran bandnya tersebut jd dikenal di seluruh dunia, pecahan subgenrenya jg kita kenal dgn hardcore, trashcore dsb, sementara diindonesia ini kasihan dgn anak2 muda skrng yg baru memulai ngeband memulai sebuah perjalanan bermusik tp jd salah kaprah dgn menyebut genre kami “POP PUNK”, terdengar aneh…., begitu di tanya POP pUNK itu apa sih? ada yg bisa jelasin??? lain lg kalau mrk di tanya “kiblat kalian bermusik dgn band2 apa aja”, dan mrk menjawab “kiblat bermusik kami dari band2 POP PUNK amerika dan inggris…“ , masih make sense bahasanya, tp kalau itu di sebut genre… pertanyaannya: apakah seluruh dunia kenal dgn mereka???
Mendidik gmn nih bang Apeng?? Klo misalkan saya ngasih tau kalau NOFX itu punk rock dan gak boleh dibilang hipmetal. Itu mah bukan juga ngedidik sih bang. Itu mah fasis bang…
Mendidik tuh kita ngasih tau apa yang kita tahu lalu biarkan generasi mendefinisikan ulang apa yang kita kasih ke mereka hingga merekapun bisa berkembang dengan style musik yang mereka mau bawain.
Itu baru namanya mendidik menurut mimin.
Justru itu bang diversitas genre ini emang ngebebasin setiap individunya buat berkarya bang. Masa kita nyalah2in orang yang nyebut blink-182 pop punk. Ya itu “Do What You Want” sih. Bebas aja kalo misalkan mau bilang Millencolin band dangdut hardcore juga. Kan “Do What You Want”.
Bang… Ini Mr Brett aja dengerin am sign Joyce Manor di Epitaph lho bang…
Terserah abang intinya mah… Mau gak setuju sm embel2 pop punk jg gak masalah. Mau tawuran sm anak pop punk jg gak masalah. Abang punya seleranya sendiri, saya gak bisa maksain itu lhooo…
Di artikel ini mimin emang coba berkarya apa yang ada di kepala mimin dituangkan ke tulisan dan Alhamdulillah seneng juga sebenernya dapet respon serius kaya gini.
Gak disangka lho… Padahal dulu mimin pernah nulis soal melodic hardcore/punk gak ada yang peduli
Ato nulis album Kuro! yang Ever Before jg ga ada yg peduli jugaaa 🙁
sepengetahuan penanya, POP itukan penggalan dari kata popular/populer (tenar-red) bukan? klo ada band punk tenar dan mendunia baru bisa di bilang POPULER tp bukan menjadikan itu sebuah genre, aneh gk sih? bukannya itu hanya penyebutan utk sebuah/sesuatu yg semua orng suka, POP culture, POP rock, POP art itu semua hanya penyebutan utk sesuatu yg sangat terkenal, knp bisa di negara ini penyebutan POP PUNK di jadikan genre/subgenre atau apalah namanya, jd seperti membiaskan sesuatu yg sdh jelas dasarnya, apakah mau membedakan dari paradigma klo punk rock itu hrs mowhawk dan urakan?
terima kasih
pencinta PUNK ROCK
Bang asli bangun deh bang…. Ini 2023 bang. Musik tuh udah makin fluid makin cair. Satu kepala anak muda aja bisa dengerin dari K-Pop sampe metalcore sampe melodic punk kaya Rise Against. Bang ini bukan taun 2000-an bang… Orang gak kaya gitu sekarang. Kecuali di tongkrongan abang ya yang kalo emg dengerin Bad Religion lagi, Slick shoes lagi, NOFX lagi.
Balik lagi bang scene mah “Do What You Want” bang… Gak salah kali bang klo orang pengen bilang Nickelback is the shape of punk to come atau Trio Kwek Kwek is the shape of punk to come. Do What You Want bang!
Yaudah bang… Maen2 ke gig studio di tangerang kali2. Di sana gig nyampur bang gak punk rock doang… Kadang band shoegaze bisa bareng maen sm band trashcore.
Bangun bang! 2023 nih…