Beberapa bulan ke belakang saya menerima berita mengejutkan via twitter Punknews dan juga akun IG resmi dari band melodic hardcore asal New Jersey, Lifetime, mengabarkan bahwa mereka sedang menulis materi baru. Boleh jujur sebenarnya agak surreal juga mendengar berita tersebut pasalnya band yang on-off statusnya ini bisa dikatakan band tidak menjadikan ngeband sendiri sebagai prioritas utama mereka though mereka sendiri sudah mencapai cult status achievement kalau bisa dibilang.
Trace back kembali ke tahun 2006, ingat benar waktu itu adalah kamis malam Rian Pelor sedang memegang kendali sebuah radio show, bisa dikatakan legendary juga, bernama Riot On Air. Di acara tersebut selain menampilkan band lokal live, juga Rian me-review beberapa rilisan yang sedang ia dengarkan beberapa waktu terakhir dan yak dia pernah me-review salah satu album dari Lifetime waktu itu (Dan yang di-review merupakan album self-titled-nya Lifetime). Itu pertama kali saya mendengarkan nama Lifetime di dalam hidup saya dan alhamdulillah saya pun belum ngeh-ngeh banget sih karena masih doyan banget sama sound-sound melodic hardcore Fat Wreck di usia-usia seperti itu dan view saya sedikit berubah ketika band ini banyak disebut di thread hardcore kaskus (Iya ane juga kaskuser FM dulu gan).
So far dari empat full length yang telah dihasil dari tahun 1992, mungkin classic record mereka yang saya pilih adalah ‘Jersey’s Best Dancers’ dan mungkin juga jadi pilihan beberapa fans Lifetime yang lain. Hal ini mungkin terbukti juga dengan cover dari album ini diplesetin oleh band-band lain seperti contohnya The Ergs yang pernah memakai ‘template’ cover album ini dan mengubah judul albumnya menjadi ‘Jersey’s Best Prancers’. Kalau ngomongin band ini pun gak lepas dari label dari tempat bernaung band ini yakni Jade Tree Records. Yap, label bentukan Tim Owen dan Darren Walters asal Delaware ini emang dari tahun 90-an sudah merilis banyak album emo/orgcore yang influential dari band-band seperti Jets To Brazil, Pedro The Lion, The Promise Ring, Kid Dynamite, dan salah satunya Lifetime itu sendiri.
Saya sendiri sebenarnya mulai sreg dengan Lifetime sendiri start dari album ‘Hello Bastards’ sih karena di full length pertama yang berjudul ‘Background’ band ini kalo boleh jujur masih terasa generic sih kaya dengerin band midwest 90-an. Yap memang sih kalau diliat banyak fans pun merujuk ‘Hello Bastards’ sebagai departure point dari otentiknya sound Lifetime sendiri. Mungkin salah satu sample cult following dari album ini adalah ketika ‘Rodeo Clown’ sempat di-cover oleh band emo 2000-an bernama Silverstein. Ya dengan harapan hal tersebut menjadi bridging antar generasi 🙂 Dari segi musiknya sendiri yang menarik adalah kalau di tahun 1995 sendiri sebagaimana sejarah tertulis bahwa di tahun tersebut merupakan golden age bagi subgenre punk yang bernama melodic hardcore and everyone seems being obsessed with ‘that’ kinda melodic hardcore drum pattern. Yang distingtif dari musik melodic hardcore yang direpresentasikan oleh Lifetime sendiri adalah ketika pattern ketukan drum melodic hardcore dipadu dengan kombinasi dan progresi chord guitar ala band emo midwest 90-an and hell man its been godamn sucessful as I might say! Mungkin beberapa orang aware bahwa blueprint dari formulasi songwriting Lifetime telah menjadi template juga bagi band-band menjadi role model ‘Modern Pop Punk’, ya let say formulasi song structure dan songwriting dari Lifetime telah mempengaruhi band-band seperti New Found Glory ataupun Saves The Day secara langsung. Mungkin kalau anda sedikit memperhatikan full length ‘Nothing Gold Can Stay’ dari New Found Glory ataupun full length ‘Cant Slow Down’ dari Saves The Day, saya bisa simpulkan bahwa album tersebut merupakan tail successor dari formulasi songwriting dan songstructure Lifetime. Pun gak berlebihan kalau saya melabeli Lifetime sebagai ‘The Godfather of Modern Pop Punk’ 🙂
Walaupun sebelumnya saya katakan bahwa band ini merupakan home band dari Jade Tree Records, tetapi secara mengejutkan pada tahun 2006 band ini merilis self titled full lengthnya dengan Decaydance! Agak mengejutkan juga sih kenapa band kayak Lifetime bisa di-sign oleh label subsidiary Fueled By Ramen ini. Ya mungkin anda yang pernah hidup sebagai pemuda di tahun 2000-an mengenal label ini sebagai rumah untuk beberapa musisi dari Panic At The Disco sampai Gym Class Heroes. Tapi kalau dilihat background dari owner label ini, Pete Wentz, sendiri sebenernya gak bakal heran juga karena emang Pete sendiri emang memiliki roots dari scene underground Chicago. To be recorded, Pete Wentz sendiri tercatat pernah aktif bersama beberapa band political 90’s metalcore seperti Race Traitor hingga Arma Angelus. Jadi ya gak heran kenapa Pete Wentz sendiri sebenarnya menaruh interest terhadap band ini. Cuma lagi yang gue liat kok ini katalog-katalog digital doi kok di-takeover sama Epitaph Records justru. Curiga sih jangan-jangan album baru entar sign sama Epitaph ya! Gila juga sih kalo ngomongin Epitaph kayaknya ngambil banyak katalog-katalog penting di scene underground kaya album-album digitalnya The Weakerthans aja di-takeover sama Epitaph #AmpunMrBrett.
Pasca ‘Jersey’s Best Dancers’, Lifetime memang menjalani hiatus moment yang dimana diketahui juga kalau sang tondi (Tokoh Indie), gitaris, Den Yemin sedang mendalami ilmu psikologinya di Philly hingga ia pun bersama David Wagenschutz, Jason Shevcuk, Michael Cotterman membentuk Kid Dynamite, band yang saya highlight band penting juga dalam pembentukan sound ‘Modern Pop Punk’ hari ini. Selain pernah aktif di Kid Dynamite, Dr Den Yemin juga tercatat aktif di beberapa proyek musikal seperti Armalite (Yes ini band doi bareng sama Adam Goren Atom and His Package), Paint It Black, dan banyak lagi. Tidak hanya Den Yemin juga, Ari Katz sang vokalis dari band ini juga membentuk proyek musik lain seperti Zero Zero (Ini setau gue band dia sama istrinya sih), Beach Rats (Ini proyek doi sama Brian Baker nya Bad Religion nih mantap punya gan!), dan Mitylion (Nah ini solo project beliau nih dirilis sama Don Giovanni Records kemaren). Yang lucunya lagi kalau banyak musical project dari Ari Katz sendiri yang sebenernya keluar dari term Melodic Hardcore itu sendiri, kecuali Beach Rats ya!
Banyak yang bilang sih kalau Lifetime sendiri akhir-akhir emang agak sedikit ‘pelan’ dalam hal performance sendiri tapi kalau liat excitement-nya sendiri masih gila-gilaan sih kalau gue bilang. Let say pas nonton live doi di This Is Hardcore kemaren, ya Masya Allah sih gue aja yang nonton live-nya berasa kek pengen berobat ke terapis chiropractic (Tau sendiri kan anak HC gimana kalo stagedive gt brrrr). Dan mungkin yang bikin orang-orang exciting adalah karena Lifetime sendiri yang live-nya bisa keitung jari, jadi kalau emang lagi pada bisa ya reunian deh. Jadi kebayang kan mungkin tiap festival yang nampilin doski pasti pada rame insya Allah #ciyeGitu.
Mungkin bagi anda yang baru banget digging Lifetime, untuk diskografi sendiri di platform-platform digital insya Allah lengkap dan terakhir nyari sih untuk rilisan fisik masih banyak di-restock oleh Jade Tree Records sendiri dalam format vinyl.