Bagas Yudhiswa merupakan individu yang saya kenal sebagai individu yang ramah dan juga hangat. Pertemuan saya secara in face adalah via tur Beeswax yang diadakan oleh We.Hum Collective 5 tahun yang lalu. Selain menjadi main writer di Beeswax, Bagas dengan work ethic mandirinya juga dikenal sebagai individu yang menginisiasi Yallfears Records dan menjadi record engineer bagi beberapa band/musisi lokal seperti Humi Dumi, Stefani BPM, dan lain-lain. Berikut interview yang kami lakukan beberapa pekan lalu di sela kesibukan kota yang relentless
Knurd : Banyak yang bilang Beeswax itu berkiblat sama sound nya Mock Orange, bagaimana tanggapan Mas Bagas sendiri?? Kalo aku sih “No” #CiyeGitu
Bagas : Hahaha menurut mas rizkan apa dong? Kalo kiblat nggak juga sih ya, saya cuma doyan aja ndengerin begituan heheh
Knurd : Banyak orang ketika berbicara tentang skena emo revival Malang rata-rata menyebutkan 2 band yaitu Beeswax dan Much. Tanggapan Mas Bagas sendiri bagaimana tentang hal tersebut??
Bagas : Ya biasa aja sih, bingung mas harus gimana hahha, yasudah gitu aja si
Knurd : Bener gak sih dulu punya band horror punk namanya Egon Spengler??
Bagas : Bukan mas, saya dulu punya band garage punk namanya Dracula Omnivora, dulu pernah main bareng Egon Spengler, acara tahun baru di rumah kolega di surabaya hehehe
Knurd : Kapan sih mulai tertarik untuk mendalami knowledge tentang recording??
Bagas : Waktu awal kuliah itu sih mas, tahun 2012/2013 gitu
Knurd : Bisa ceritakan sedikit tentang record label yang Mas Bagas running, yallfears records??
Bagas : Ya awalnya saya bikin itu namanya fallyears records, tujuannya cuman buat rilis project sendiri aja karna waktu itu lagi doyan-doyannya rekaman kali ya, jadi kalau sudah bisa rekaman sendiri kenapa nggak coba buat distribusi sendiri juga, sok-sokan gitu lah ceritanya hahaha. Nah yallfears itu niat awalnya buat nama clothing line, tapi ga jalan-jalan, terus label juga ga mampu saya kalau harus running sendiri, akhirnya ngajak beberapa teman dan mereka semua sepakat untuk pakai nama yallfears
Knurd : Selepas Houtenhand tutup, menurut anda sendiri akan berpengaruh terhadap ‘kualitas’ dan juga ekosistem scene di Malang??
Bagas : Kalau ngomongin kualitas nggak tau ya, paraneternya dari mana dulu nih, cuman yg jelas efeknya acara jadi tambah jarangnya nih, itu salah satu kekurangannya. Tapi positifnya mungkin sekali bikin acara selalu rame gitu ya sekarang karna jarang ada jadi orang kangen buat dateng, itu kali ya koreksi kalau saya salah hehehe
Knurd : Saya sendiri nampaknya belum pernah melihat Beeswax tur Asia Tenggara, apakah ada plan untuk melakukannya??
Bagas : Plan selalu ada, pasti ada, ya namanya juga rencana ya, kan nggak selalu berjalan seiringan dengan kenyataannya hahaha
Knurd : Untuk proses kreatifitas dalam penulisan lagu sendiri, bisa dijelaskan gak gimana yang terjadi di Beeswax sendiri??
Bagas : Kebanyakan ya saya yg mulai dengan riff gitar lalu anak2 mulai masukin instrumen-instrumen lainnya, atau bisa jadi semua dari saya anak-anak tinggal pilih buat ngerubah atau ngikut aja gitu, kalau lirik ya sedapetnya aja sih, kalau saya ga dapet biasanya saya lempar ke anak-ank, bahkan kalau nggak dapet juga saya lempar ke teman2 terdekat
Knurd : Menanggapi konsumsi musik di era ini yang udah berubah drastis dari 10 tahun yang lalu, menurut anda masih relevan kah perilisan fisik untuk saat ini??
Bagas : Masih relevan cuman udah beda fungsi aja, dulu orang punya fisik tujuan utamanya untuk dikonsumsi, kalau sekarang alih fungsi jadi koleksi. Nah menurut saya band-band dan record label sekarang harus bisa mengakomodir semua fungsi itu supaya tetap relevan. Jadi lebih pr ya heheh
Knurd : Saya sendiri memperhatikan bahwa kalau Beeswax di album ‘Saudade’ dan rilisan setelahnya lebih banyak bereksperimentasi entah itu di pattern drum sampai instrumen yang dimasukan ke part-part material lagu. Bisa dijelaskan alasan untuk lebih kompleksnya songwriting Beeswax di materi-materi terakhir??
Bagas : Bingung aja sih sebenernya, bingung mau bikin apa lagi, jadi karna bingung akhirnya dicobain lah satu2, output kebingungannya ya jadi lagu-lagu tersebut.
Knurd : Pernah gak sih ngerasa anxious kalau bawain materi dari album-albim terakhir karena instrumentasinya sendiri yang cukup beragam??
Bagas : Kalau anxious tentang instrumen yg beragam sih nggak, kebetulan beeswax akhir2 ini live memakai squencer jadi aman lah hehehe, yg bikin saya cemas dari awal sampai sekarang itu cuma kualitas suara saya aja hahaha
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=IH8XNEzpWTM&w=800&h=400]Knurd : Apakah sadar kalau penamaan band ‘Beeswax’ sendiri terdengar grungy banget??
Bagas : Sadar mas, saya juga ambilnya dari buku biography Kurt Cobain kok heheh
Knurd : Denger-denger sih Mas Bagas katanya baru saja jadi engineer buat band Surabaya namanya Decemberism. Apakah mereka band yang cukup potensial menurut anda??
Bagas : Iya mas betul, saya suka materinya, semoga mereka istiqomah ya!
Knurd : Bisa terangkan bagaimana Mas Agung bisa masuk kriteria jadi model video klip ‘Fix’??
Bagas : Wah untuk pemilihan cast waktu itu ada di tangan putra, bassist beeswax, saya cuman tukang suting sama edit aja di project itu hehehe
Knurd : Kalau tersisa hanya 2 lagu paling emo di muka bumi yang bisa diputar pilih lagu yang mana yang akan diputar secara nonstop sampai akhir hayat
‘Michael Learns To Rock – That’s Why You Go Away’
Atau
‘Air Supply – Goodbye’
Bagas : Aduh nggak ndengerin dua-duanya lagi :’
Knurd : Any last words to say??
Bagas : Maapin saya ya kalau ada yg salah dari tulisan saya ini, atau terkesan sok tau dan menyinggung, saya mohon maaf. Peace love and gaul ️ ️
Sites
Beeswax Bandcamp
Beeswax Spotify
Beeswax Instagram
Yallfears Instagram
Yallfears Mixtapes On Spotify