Chapter V : The Noise Dealers
Diaspora subkultur Indie Punk sebenarnya bukan merupakan sebuah diaspora yang terjadi secara sendirinya dan memang kami akui terdapat beberapa pihak yang menjadi semacam katalis hingga diaspora ini dapat terjadi.
Kami sebutkan katalis di paragraf sebelumnya, karena tidak hanya para eksponen ini merilis, mempublikasikan, ataupun booking shows untuk band dan musisi Indie Punk tetapi para pelaku ini juga memberi label kepada musisi yang disebutkan dengan label “Indie Punk”.
Asian Man Records
Sebenarnya untuk menyebutkan Asian Man Records sebagai sebuah label Indie Punk adalah kurang tepat adanya. Karena memang apa yang dilakukan oleh record label ini sejauh ini telah menjadi banyak milestone dari banyak subkultur, entah itu Ska Punk, Orgcore, sampai kepada Indie Punk.
Pada Ska Punk sendiri label ini memiliki roster seperti Voodoo Glow Skulls, Link 80, Slapstick, hingga Bruce Lee Band yang menghiasi katalog label ini.
Juga pada ranah Orgcore, label ini juga signing beberapa band seperti The Broadways, The Lawrence Arms, sampai Alkaline Trio menghiasi deretan katalog klasik label ini.
Dan seperti yang disinggung pada chapter sebelumnya, bahwa Asian Man Records merupakan salah satu ‘tempat kelahiran’ dari subgenre bernama Indie Punk. Hal ini bisa dilihat dari katalog yang mereka rilis pada tahun 2006 dari debut album Shinobu berjudul “Worstard, Ho!”.
Di samping itu, label ini juga menjadi pathway dari banyak band-band dan musisi Indie Punk seperti Lemuria, Pet Symmetry, Joyce Manor, Bomb! The Music Industry, Jeff Rosenstock, Laura Stevenson & The Cans, dan banyak lagi.
Sampai saat ini, Asian Man Records pun masih menghasilkan beberapa eksponen yang fresh dari band Indie Punk secara spesifik. Sebutlah beberapa nama seperti Get Married, Bat Boy, Teens In Trouble, The Moore Family Band, dan banyak lagi.
The Fest
Tahun pertama saya dive-in kepada subkultur Pop Punk/Indie/Melodic bisa saya katakan merupakan end of an era dari salah satu festival Pop Punk/Indie yang bernama Insubordination Fest.
Saya, di kala tersebut, yang merupakan seseorang yang benar-benar buta terhadap skena ini di tahun tersebut akhirnya menemukan sebuah ‘mining well’ terbaru dalam dive-in ke dalam kultur ini lebih dalam.
Saya menemukan The Fest dari rentetan footage live band-band seperti RVIVR, Latterman, Iron Chic, Jeff Rosenstock, Pet Symmetry, hingga Woahnows. Dari gig tahunan ini saya menemukan banyak nama yang saya tidak ketahui sebelumnya, bahkan teman saya, Petir, cukup mengamini bahwa line-up di gig tahunan ini cukup obscure bagi pemerhati musik Pop Punk/Melodic/Indie Punk.
Menarik benang merah sejarah dari The Fest sendiri sebenarnya bisa kita mulai dari tahun 2002 dimana pada tahun 2002 Tony Weidenbender, yang dikenal juga dengan record label-nya No Idea Records, mengadakan sebuah festival 2 harian di bulan Mei mengundang banyak band dari skena Hardcore/Punk/Indie/Underground untuk bermain di Gainesville.
Ke depannya The Fest diadakan pada akhir pekan di periode terakhir Oktober dengan alasan pada waktu tersebut keselebasan American Football Universitas terbesar di kota ini, University of Florida, selalu bermain di luar kota sehingga memungkinkan promotor dari The Fest ini untuk mengadakan ‘pesta tahunannya’.
Banyak sendiri yang mengaitkan The Fest sendiri sebagai salah satu festival yang melahirkan term ‘Orgcore’ di skena Hardcore Punk. Hal ini diwajarkan adanya karena memang band-band yang tersebut Orgcore sendiri, seperti Hot Water Music, Dillinger Four, sampai Avail, selalu menjadi line-up utama di gig ini.
Juga satu karakter dari para penonton dari The Fest ini yakni memiliki janggut dan kumis yang lebat serta dikenal juga dengan T-Shirt dari band-band Orgcore kesayangan mereka seperti Hot Water Music, Lifetime, ataupun Samiam.
Dan memang se-influential itu festival ini, hingga salah satu legenda band Orgcore asal Florida bernama Dillinger Four mengabadikan festival ini ke dalam salah satu lagunya berjudul “Gainesville”.
The Fest dan skena Indie Punk sendiri merupakan satu komunitas yang erat hubungannya. Dan memang event ini digadang-gadang sebagai salah satu suksesi kenapa banyak musisi-musisi skena Indie Punk bisa step up ke karir yang lebih besar.
Beberapa musisi seperti Pet Symmetry, Into It. Over It., Joyce Manor, Cheap Girls, Lemuria, Pup, ataupun Jeff Rosenstock, merupakan beberapa nama yang kami sebutkan memiliki kisahnya tersendiri dari selebratifnya gig ini hingga menghantarkan mereka step up ke stage yang lebih besar.
Bahkan di The Fest 17 yang diadakan tahun 2019 lalu, Lemuria melakukan selebrasi perayaan anniversary debut full length mereka “Get Better” dengan tampil sebagai Mystery Set dan juga memainkan full lagu-lagu pada full length tersebut.
Pada masa ini, The Fest-pun masih dipandang sebagai salah satu perhelatan penting di skena Orgcore pada umumnya dan juga secara global. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya beberapa eksponen 5th wave emo seperti Prince Daddy & The Hyenas, Kissisippi, Mom Jeans, Camp Trash, sampai Just Friends, pada perhelatan ini.
Tidak berhenti dari skena regional saja, The Fest juga menjadi pembuktian eksistensi banyak band luar regional Amerika Utara. Hal ini dibuktikan dimana festival ini juga menampilkan beberapa band Eropa, seperti Caves, Woahnows, ataupun Muncie Girls, ataupun Asia, seperti The Firewood Project.
The Fest memang menjadi sebuah ‘mecca’ tersendiri bagi skena Orgcore.
Salinas Records
Berbicara mengenai Salinas Records, memang hal ini tidak bisa dielakan juga sebagai sebuah label yang memang memegang teguh etos kerja DIY dalam operasinya.
Dan memang Salinas Records merupakan salah satu label yang mimin bilang badass karena selain memegang teguh etika kerja DIY, label ini juga cukup baik juga dalam menghasilkan katalog-katalog rilisan mereka.
Tidak banyak cerita yang dihasilkan oleh label Salinas Records, namun banyak rilisan dari Salinas Records cukup berpengaruh di skena Indie Punk global. Salah satunya adalah LP perdana dari P.S. Elliot yang berjudul “Introverted Romance in Our Troubled Minds” dimana LP ini termasuk ke dalam rilisan early wave dari subgenre Indie Punk.
Pemilik label ini, Marco Reosti, memulai record lable ini untuk merilis band-nya sendiri dan memang iseng aja menaruh nama kota kelahiran dari author bernama John Steibeck, “Salinas”, di bagian belakang dari sleeve rilisan bandnya. Dan perkembangan ke depannya, Marco Reosti, sendiri banyak diminta oleh circle kerabatnya untuk merilis band-band mereka karena beliau dikenal sebagai seseorang yang dengan baik me-manage hal tersebut.
Mungkin sampai kepada detik ini, Salinas Records masih menjadi sebuah record label yang mengandalkan demo yang “putting on the table” untuk merilis katalog-katalognya. Tapi percayalah justru hal ini yang ternilai priceless dari record label ini sehingga menghasilkan roster-roster Indie Punk mumpuni seperti All Dogs, Radiator Hospital, The Ambulars, Martha, Joyride!, hingga Delay.
Tapi yang bikin heran mimin di sini adalah walaupun band-band yang sign dengan record label cukup sering menghiasi headline di zine seperti Razorcake, namun kok band-bandnya pada jarang maen di The Fest gitu. Entah sih pada males atau belum kesampaian? Gak tau juga sih…
Selain juga merilis banyak musik dari genre Indie Punk, label ini juga dikenal sebagai label yang banyak merilis band-band Melodic Hardcore dengan style ‘Orgcore’ seperti Dyke Drama, Quaker Wedding, ataupun Second Narrows.
Kami kira Salinas Records merupakan salah satu ‘harta karun’ dari skena Orgcore global yang obscure dan berharga di waktu yang sama. Sampai artikel ini di-post kami haturkan doa untuk Salinas Records. Panjang umur record label obscure ini!
Waterslide Records
Mendapatkan pernak-pernik ataupun merchendise thing dari band-band ataupun musisi Indie Punk bukan lah hal yang mudah, begitu pula keep up dengan perkembangan skena ini.
Subkultur ini merupakan sebuah subkultur yang bisa kami katakan baru dan memang jarang juga eksponen atau individu di region Asia yang benar-benar menjadi bagian dari “infrastruktur” skena ini.
Karena jarangnya “infrastruktur” yang kami sebutkan sebelumnya, kami pilih Waterslide Records sebagai salah satu infrastruktur subkultur Indie Punk di Asia. Waterslide Records sendiri sebenarnya beroperasi sebagai sebuah label yang berfokus untuk merilis banyak band ataupun musisi dari genre seperti Pop Punk ataupun Melodic Hardcore.
Namun seiring perjalanan waktu, record label ini juga turut merilis beberapa eksponen Indie Punk dari skena luar negri ataupun dalam negri Jepang seperti Baby Ghost, Muncie Girls, Falls, Good Luck With Your Fun, ataupun Offseason.
Dan memang karena interest besar dari Kazu “Onigiri”, tercatat label ini juga pernah merilis beberapa band dari skena lokal kita. Eleventwelfth merupakan salah satu roster dari skena Indie Punk lokal yang tercatat pernah merilis 2 buah EP di label ini.
Waterslide Records sendiri tidak hanya sibuk merilis banyak rekaman dari skena Pop Punk/Indie Punk/Melodic, record label ini juga terlihat cukup aktif dalam mendistribusikan banyak rilisan dari banyak label dan band dari skena Indie Punk seluruh dunia.
Dan memang dengan hal ini, kami cukup untuk menasbihkan Waterslide Records sebagai salah satu “infrastruktur” bagi skena Indie Punk yang cukup mumpuni dalam mengakomodir pertumbuhan subkultur Indie Punk.
Specialist Subject Records
Dari sekian panjang artikel ini, mungkin kita lupa sejenak untuk memerhatikan sebuah record label asal UK bernama Specialist Subject Records. Daritadi kita membahas skena Indie Punk di UK yang UK sounded, namun secara de facto banyak band lokal juga yang sebenarnya embracing US sound.
Specialist Subject Records merupakan sebuah label yang dikenal dengan beberapa rosternya yang telah menjadi pemain utama di skena Eropa seperti Muncie Girls, The Great Cynics, Caves, Personal Best, Doe, Fresh, Shit Present, Don’t Worry, Bangers, Woahnows, dan banyak lagi.
Specialist Subject Records memang bukan hanya sebuah label yang signing band-band dan musisi dari skena US sounded namun akhir-akhir ini terlihat label ini juga merilis beberapa band yang UK Sounded seperti Live Do Nothing, Martha, ataupun Charmpit.
Tidak hanya signing musisi-musisi dan artis dari darata Britania saja, karena kinerjanya yang terpercaya Specialist Subject juga dipercaya menjadi home label bagi musisi-musisi dari daratan Amerika seperti Jeff Rosenstock, Andrew Jackson Jihad, Hard Girls, Adult Magic, Erica Freas, dan banyak lagi.
Specialist Subject disebut-sebut sebagai salah satu Indie Punk Powerhouse setelah satunya lagi ditujukan untuk label asal Oxford, Big Scary Monsters. Specialist Subject tidak hanya dikenal dengan operasi record labelnya saja, tetapi juga sebagai sebuah basis distribusi rilisan dari banyak rekaman musisi Indie Punk.
Berlokasikan di salah satu kota terbesar di tenggara daratan Britania bernamakan Bristol, sampai saat ini Specialist Subject mengoperasikan distro dan record labelnya di gedung yang sama dengan sebuah venue bernama Exchange Bristol.
Jadi bisa dibayangkan di dalam satu gedung tersebut terdapat sebuah label, distro/record shop, tempat ngopi, restoran, hingga venue yang sering disinggahi banyak musisi Indie Punk tur seperti Jeff Rosenstock hingga The Beths. Kami menyebutnya sebuah ‘Culture Center’ sih lebih tepatnya.
Secara orisinil, sebenarnya Specialist Subject merupakan sebuah label yang lahir di Leeds dimana Andrew Horne awalnya menginisiasikan Specialist Subject hanya untuk merilis rekaman bandnya yang bernama Banger. Lalu pada selanjutnya, Specialist Subject Records-pun dipercaya untuk merilis banyak band kerabat seperti Caves, The Arteries, hingga label ini menghasilkan banyak roster sampai hari ini.
Mimin bisa katakan bahwa Specialist Subject Records merupakan salah satu record label yang cukup definitif apabila anda ingin memulai untuk eksplorasi lebih dalam mengenai eksponen-eksponen dari skena Indie Punk lebih dalam.
Don Giovanni Records
Pertama kali encounter experience kita dengan Don Giovanni Records adalah ketika mendengarkan For Science pertama kali. Dan memang pada saat tersebut mimin diperkenalkan For Science oleh gitaris Saturday Night Karaoke, Prabu.
For Science merupakan sebuah sebuah band Pop Punk Revival asal New Jersey. For Science merupakan salah satu musical project dari Brian Gorsegner, yang juga dikenal sebagai vokalis Night Birds, dan secara sejarah line-up-nya band ini juga pernah disinggahi oleh Mikey Erg!
For Science merilis tiga full length-nya pada Don Giovanni Records dan memang pada awal eksistensi record Don Giovanni Records, label ini dikenal sebagai sebuah record label yang banyak merilis katalog-katalog dari band Pop Punk Revival seperti The Ergs, Full of Fancy, The Steinways, McRackins, dan banyak lagi. Tidak hanya itu Don Giovanni Records di era-era awal merupakan sebuah record label yang dikenal secara khusus merilis banyak band dan musisi lokal asal New Jersey.
Ke depannya, Don Giovanni mengalami evolusi dari katalog-katalog rilisannya. Beberapa musisi Indie Rock Kontemporer dan Indie Punk mulai di-sign oleh label ini. Beberapa nama musisi Indie Punk yang besar di Don Giovanni di antaranya adalah Tenement, Waxahatchee, Screaming Females, dan Laura Stevenson & The Cans.
Mungkin salah satu yang bener-bener nemplok banget di hati mimin beberapa musisi Don Giovanni Records yang kita dengerin adalah Tenement, Black Wine, Supercrush, dan satu band UK yang kita hook up banget, Ex-Void.
Don Giovanni Records merupakan salah satu label yang cukup speak up soal isu-isu kelam yang ada di industri musik dan Joe Steindhart merupakan salah satu orang yang cukup speak up mengenai pentingnya rilisan fisik bagi industri musik.
Sampai saat ini, Don Giovanni merupakan salah satu label yang keep up merilis album-album dari musisi unggulan di skena Indie Punk seperti Supercrush, Teenage Halloween, Ex-Void, ataupun Maura Weaver (Solois ex band Mixtapes).
Selain banyak merilis band-band baru dari skena Indie Punk, Don Giovanni Records juga cukup dipercaya sebagai record label yang merilis ulang dari musisi seperti The Lookouts (Band hardcore punk pertama dari Larry Livermore Lookout Records dan Tre Cool Green Day) ataupun RVIVR (Band Queer Orgcore influensial asal Olympia).
Pada tahun 2022 kemarin, dikabarkan bahwa label ini mengalami isu finansial yang cukup serius hingga menyebabkan record label ini harus melakukan crowdfunding agar operasional record label ini masih bisa berjalan.
Tak heran karena basis yang kuat terhadap komunitas, Don Giovanni Records masih menjadi record label yang cukup estabilished merilis banyak rilisan Indie Punk sampai hari ini.
Lame-O Records
Mengukir apa yang telah dilakukan oleh Lame-O Records memang bukanlah hal yang bisa didapatkan secara instan. As a matter of fact, apa yang dilakukan Lame-O Records merupakan suatu buah kebaikan dari kecintaan Eric Osman kepada salah satu entitas Philly Pride bernama Modern Baseball.
Sebagai teman baik, atau memang beliau berkehendak lebih dari itu, apa yang Eric Osman lakukan untuk menyisihkan pedapatannya dari bekerja di Coffee Shop untuk mendanai debut album Modern Baseball yang berjudul “Sport” secara tidak sengaja menciptakan sebuah levitating moment bagi skena Indie Punk global.
Tahun 2013 saya mengidentifikasi skena Philly via Marietta dengan merilis miscellanous compilation mereka di netlabel saya, StoneAge Records. Dari Marietta sayapun mengenal Modern Baseball yang kala itu baru saja merilis “Sports” via Lame-O Records.
Modern Baseball dan Lame-O Records merupakan dua entitas yang memang besar dari skena basement Philladelphia dimana dari skena ini juga melahirkan banyak musisi yang nantinya juga ‘considerable’ di skena luar dari Algernon Cadwallader sampai +HIRS+.
Dari titik keberhasilan “Sports”, akhirnya Lame-O Records mulai signing beberapa band yang cukup notable di skena Indie Punk seperti The Superweaks, Three Man Cannon, ataupun The Obsessives. Setelah keberhasilan “Sports” yang dirilis tahun 2012, tercatat salah satu marking stamp yang tertancap dari Lame-O Records terhadap skena Indie Punk adalah 6-Way Split yang berjudul “Strength In Weakness”.
Kompilasi ini sebenarnya merupakan sebuah kompilasi benefit yang ditujukan untuk organisasi nonprofit bernamakan United Cerebral Palsy. UCP sendiri merupakan sebuah organisasi amal nonprofit untuk penyandang disabilitas.
Di dalam kompilasi ini tertera 6 buah band yang sooner menajdi pemain-pemain besar di skena Indie Punk, seperti Spraynard, The Superweaks, Beach Slang, Hurry, Modern Baseball, dan Marietta. Seperti yang kita tahu band seperti Spraynard sooner sign up dengan record label legend, Jade Tree Records, lalu Beach Slang juga digandeng oleh Polyvinyl untuk merilis full length mereka, dan Modern Baseball sign up dengan record label besar Boston bernama Run For Cover.
Tidak berhenti di situ saja, band seperti Marietta juga menjadi sebuah legenda emo twinkle yang LP nya di-repress secara konstan karena besarnya nama mereka pasca keaktifan band ini, dan juga Hurry yang juga ke depannya menjadi salah satu band Lame-O Records yang menghasilkan LP lebih baik dari masa ke masa.
Album kompilasi ini tercatat terjual cepat dalam kuantitas 500 kopi. Dan juga diceritakan bahwa mini album ini menjadi ‘bahan tesis’ dari penggiat record label ini, Emily Hakes, untuk studi sarjana Industri Musiknya.
Ke depannya, record label ini masih menghasilkan eksponen-ekponen yang cukup disegani oleh skena Indie Punk seperti Thin Lips, No Thank You, Walter, Etc, dan banyak lagi. Pun pada masa-masa ini Lame-O Records masih mengkurasi beberapa roster yang notable di skena seperti Cartalk, Big Nothing, Superviolet, Dazy, Gladie, dan beberapa band lainnya.
Selain itu, pasca bubarnya Modern Baseball dimana Jake Ewald menginisiasi moniker project-nya bernama Slaughter Beach, Dog, Lame-O Records nampaknya memang dijadikan sebuah ‘rumah tetap’ Slaughter Beach, Dog untuk merilis banyak katalog musiknya.
Dengan apa yang dilakukan oleh Lame-O Records, nampaknya katalog dari record label menjadi ‘comfy point’ mimin untuk menemani soundtrack memasuki kehidupan di umur 30-an.
Thank you Lame-O!
Chapter VI : Where Do We Go From Here?
Mengutip dari artikel dari jurnalis musik, Miranda Reinert, memang tidak bisa kita pungkiri bahwa selepas tahun 2015 apa yang terjadi pada skena Emo dan bahkan bisa kami kutip juga untuk skena Indie Punk secar aluas merupakan dekade tentang berakhirnya sesuatu.
Sesuatu? Yes mungkin apa yang kami kupas tuntas di tulisan ini secara keseluruhan merangkum tentang apa yang besar di tahun 2010-an (sebuah proto) dan bagaimana selebrasi itu terjadi di tahun 2010-an.
Di dalam artikel Miranda Reinhart bahwa 2018 merupakan sebuah downfall time dari skena Emo Revival yang mulai meradang di akhir 2000-an lalu besar di awal 2010-an hingga pertengahan.
Dimulai dari sexual allegation yang ditudingkan kepada beberapa band seperti Cheap Girls, Sorority Noise, PWR BTTM, sampai Jank hingga menenggelamkan karir band-band tersebut karena komunitas sendiri meng-cancel band-band yang disebutkan.
Tidak berhenti di situ saja, banyak dari band Indie Punk ini benar-benar labour of love jadi sungguh tidak mengejutkan bagi beberapa personilnya lanjut sibuk ke kehidupan pribadi. Seperti Lemuria, Warm Thoughts yang dimana Elliot Balbin pada akhirnya harus lebih serius kepada Touche Amore, ataupun Title Fight yang menghilang tiba-tiba pasca “Hyperview”.
Fifth Wave Emo
Yang menarik dari Fifth Wave Emo adalah term ini muncul dari kalangan yang memang mengaku dan merasa ter-attach dari movement ini. Walaupun mimin merupakan seseorang yang hidup generasi ketiga dan emang ngerasa tua banget rasanya kalau tau ini udah masuk generasi kelima aja.
Fifth Wave sendiri banyak yang mengasosiasikan movement ini dengan banyak musisi-musisi yang dirilis oleh Counter Intuitive Records. Mari kita mulai berhitung dari band-band seperti Mom Jeans, Prince Daddy & The Hyenas, Graduating Life, Oso Oso, ataupun Just Friends.
Banyak yang mengemukakan bahwa Fifth Wave Emo merupakan Post-Emo. Let say apa yang dilakukan Fifth Wave Emo merupakan sebuah antithesis dan juga kritisme terhadap apa yang terjadi pada Emo di Third dan Fourth Wave.
Dimana skena Emo didominasi oleh yang dibilang White Cis Male dan Post-Emo mengekstraksi ideologi Neutral Gender plus banyak entitas dari Fifth Wave Emo merupakan POC ataupun Queer.
Juga Post-Emo berarti eksplorasi dari definisi Emo itu sendiri sedikit melebar dan melampaui dari batas yang ditentukan secara normatif, let say banyak yang menggolongkan band ska seperti We Are The Union ataupun Jer sebagai bagian dari Fifth Wave Emo karena keterlibatan band tersebut pada movement ini.
Dengan banyak band-band yang dihasilkan oleh Counter Intuitive Records, bukan berarti bahwa record label tersebut merupakan satu-satunya noise dealer di dalam movement ini.
Label-label yang telah establish cukup lama seperti Count Your Lucky Star-pun masih signing beberapa band yang terkait dari skena 5th Wave Emo seperti Camp Trash ataupun Thank You I’m Sorry ataupun No Sleep Records yang menggaet Worst Party Ever ke dalam tatanan roster mereka.
Selain itu juga memang karena “Post” yang menjadi prefix term ini, diakui beberapa band yang secara fresh muncul dengan style baru seperti Home Is Where yang dikenal dengan mengkorporasikan elemen folk ala Bob Dylan di dalam musik mereka ataupun beberapa band seperti Gwuak!, Guitar Fight From Fooly Cooly, ataupun Stars Hollow yang banyak mengidentifikasikan musik mereka sebagai perpaduan Twinkle Emo dan Skramz hingga disebut-sebut sebagai “Twinklecore”.
Percaya ataupun tidak, Fifth Wave Emo memang memiliki golden times tersendiri dan mimin menyaksikan hal tersebut.
Fifth Wave Emo is carrying the torch!
Neo Slowcore & Bubble Grunge
Dalam beberapa tahun terakhir, kami akui memang beberapa void di skena Indie Punk telah menetaskan beberapa kultur alternatif setelahnya. Dan memang hal ini mungkin sebuah reaksi terhadap padamnya sesuatu hingga menimbulkan satu percikan di kultur yang lain.
Dan memang cukup senang dan bingung juga. Untuk perasaan senang diwakili dengan pertemuan wajah-wajah baru di skena ini dan bingung karena memang untuk menampung wave ini cukup overwhelming juga dalam menerima what’s good dari ‘hidangan baru’ yang datang ke meja kita.
Untuk paragraf ini sengaja kami berikan space terhadap bebunyian anyar yang diciptakan oleh Exploding In Sound. Kurang lebih tiga tahun lalu, kuping saya cukup dikejutkan dengan beberapa penampakan band seperti Rick Rude, Bethlehem Steel, Horse Jumper, Stove, Washer, dan banyak lagi band lainnya.
Nampaknya apa yang mereka lakukan sudah way beyond an Indie Punk term could content of. Band-band tersebut terdengar lebih kontemporer dibandingkan Indie Punk yang memang terkesan “Anak Punk belajar dewasa dan mainin musik Indie Rock”.
It’s a type of level dimana beberapa individu pada generasi ini sudah cukup lihai untuk mengarahkan sound yang akan mereka buat dan kembangkan. Mungkin seharusnya kita menarik clue dari apa yang LVL UP, Speedy Ortiz, ataupun Spirit of Beehive pernah lakukan.
Tidak hanya itu tahun ini saya mendengarkan sebuah karya yang menakjubkan dari Slow Pulp yang merilis full length keduanya, “Yard”, di Anti-, subsidiary record label dari Epitaph Records. Juga jangan lupakan kalau Horse Jumper of Love merupakan signee terbaru dari Run For Cover.
Band-band cukup merepresentasikan wajah Indie Punk yang baru yang entah akan dinamakan apa oleh jurnalis ke depannya namun tendesi sound yang mereka coba approach kami kira merupakan apa yang pernah disebut sebagai Slowcore sebelumnya.
Sebuah generasi baru? Mungkin….
Di lain sisi, korporasi seperti Spotify mencoba ‘meledakan’ sebuah karakter baru yang diberi nama Bubblegrunge. Jujur mungkin nama ini akan terdengar agak cheesy namun Bubblegrunge merupakan sebuah hal yang akhirnya tidak dapat kita hindari terutama ketika kamu sudah memasuki gelombang musik hari ini.
Bubblegrunge merupakan sebuah term yang banyak entitas coba deskripsikan terhadap band yang memang terdengar terlalu melodius bagi standar musik Grunge itu sendiri. Namun secara esensi dan komposisi musik, tentunya band-band ini masih mengadopsi esensi musik yang energetic dan menggunakan crunchy guitar sound sebagai salah satu identitas mereka.
Beberapa entitas yang ter-attach terhadap Bubblegrunge sendiri kami sebutkan di antaranya adalah Remember Sports, Great Grandpa, Diet Cig, Charly Bliss, Girlpool, Illuminati Hotties, Indigo De Souza, dan lain sebagainya.
Jujur, nampaknya saya memiliki beberapa soft spot untuk Bubblegrunge ini dan salah satunya adalah Illuminati Hotties yang cukup mengingatkan saya akan intelejensia Jeff Rosenstock dalam format generasi Z bernama Sarah Tudzin.
Mungkin sebagai pendatang dan pemerhati yang baik, apa yang akan sangat saya lakukan adalah menyimak dengan baik dan mencoba capturing what’s good from these musics.
Ya daripada being a loser of remember what was good in the past ya gak sih!
So once again… Let’s pass them the torch!
Referensi artikel
https://www.jerseybeat.com/vlhs.html
https://hugoreyes-36858.medium.com/2013-punk-retrospective-but-mostly-punknews-shit-97be2cd72d4b
https://hugoreyes-36858.medium.com/tracing-the-roots-of-indie-punk-6a36e8e0aa10
https://www.aplan.fyi/emo-revival/
https://rateyourmusic.com/list/TheScientist/rym-ultimate-box-set-bubblegrunge/