Dekade 2010 merupakan dekade yang cukup menarik dalam perkembangan musik khusus-nya di skena underground orgcore.
Banyak band-band yang menarik dan juga memiliki identitas yang kuat di dalam musikalitas mereka dan wajar adanya kalau band-band ini sebenarnya secara sengaja atau tidak meninggalkan legacy.
Berbicara mengenai subgenre Indie Punk, memang merupakan sebuah genre yang kalau bisa mimin katakan ada di antara ketiadaan.
Mengapa saya bilang ada, karena secara de facto memang band ini ter-unified dengan kategori sound, kultur yang ter-attached, sampai kepada ideologi yang mereka represent kepada khalayak muda di masanya.
Dan juga saya bilang tiada adalah karena sebenarnya jejak tulisan ataupun arsip, baik bentuknya digital ataupun analog, eksistensi belum terlalu banyak dan minim sekali.
Tidak hanya itu, dari sekian banyak artikel dari band-band yang kami klaim tersendiri jarang dari mereka untuk mengklaim bahwa mereka merupakan band indie punk.
Boro-boro untuk menyampaikan identitas sound dari musik yang mereka mainkan, band-band ini justru mimin liat malah melihat mereka sebagai band indie rock pada umumnya dan merupakan sekedar band yang mencoba mendaur ulang sound-sound indie rock yang pernah berjaya di tahun 90-an.
Kenaifan ini justru yang membuat mimin gatal secara personal ataupun mungkin beberapa individu yang ditandai nya eksistensi dari beberapa artikel yang menyinggung subgenre ini di dekade 2020-an.
Mimin kasih statement bahwa artikel ini sebagai sebuah konfirmasi akan subgenre ini dan juga milestone, entah secara lokal ataupun secara skena global, akan eksistensi subgenre bernama ‘Indie Punk’.
Yes, Indie Punk is here to stay!
Chapter I : Indierock Is The Goat
Menarik benang merah sebuah genre so called ‘Indie Punk’ dapat dimulai dengan kata ‘Indie Rock’.
Subgenre Indie Rock sendiri merupakan kosa kata yang lahir pasca emerging phase dari genre dari subkultur punk bernama Post Punk.
Post Punk merupakan sebuah ekspresi dari beberapa individu yang terpengaruh subkultur Punk Rock ataupun Hardcore di akhir 70-an hingga awal 80-an.
Post Punk merupakan sebuah statemen perlawanan terhadap dogma yang mengikat skena Punk Rock di era-nya dengan mengedepankan kebebasan estetika di dalam warna musiknya.
Namun eksistensinya terkikis secara perlahan di era pertengahan 80-an seiring banyak band dan pelaku skena di dalam yang shifting musical identity.
Dan dari sekian banyak genre turunan yang dihasilkan oleh eksponen post punk (Seperti New Wave, Death Rock, Industrial, Indie Pop, etc), salah satu childbirth dari musik Post Punk akan kita berikan highlight dari artikel ini adalah Indie Rock.
Indie Rock sendiri merupakan sebuah genre yang lahir di pertengahan 80-an.
Kelahiran dari genre Indie Rock sendiri merupakan sebuah pertanda baru terhadap kesuksesan kultur underground di mata kultur pop secara luas.
Dari eksponen terlibat di skena Indie Rock sendiri melahirkan beberapa musisi besar di tahun 90-an seperti Dinosaur Jr, Sonic Youth, sampai kepada R.E.M.
Memang sungguh paradoks apabila melihat kenyataanya di tahun 90-an yang dimana Indie Rock sendiri secara definisi harafiah merupakan turunan musik yang mencoba menerapkan new artistic definition dari musik punk dan juga menggandeng etos kerja DIY dalam mekanisme booking show, merilis rekaman, sampai promosi album mereka.
Tak heran bahwa beberapa jurnalis dan pemerhati skena ini membagi eksponen Indie Rock yang sukses ini kedalam term baru yang mereka sebut dengan “Alternative Rock”.
Yang kita tahu bahwa secara spesifik lagi dari Alternative Rock sendiri memiliki subgenre yang disebut Grunge yang melahirkan band-band yang besar di tahun 90-an seperti Nirvana, Soundgarden, ataupun Pearl Jam.
Okeh move on ke Indie Rock, dengan adanya wall of genre yang diciptakan oleh para fans musik dan jurnalis maka term Indie Rock pun mengalami spesifikasi di dalam definisinya.
Beberapa band underground di era 90-an seperti Pavement, Archers of Loaf, Superchunk, sampai Guided By Voices, digadang-gadang sebagai band-band yang menyelamatkan skena Indie Rock kembali kepada definisi harafiahnya.
Tak ayal, beberapa katalog dari label seperti Merge Records, Matador Records, sampai kepada Flying Nun Records, banyak dianggap sebagai pos underground baru dari kerasnya deburan gelombang demand kultur mainstream di zamannya.
Kultur Indie Rock pun secara fakta bertahan hingga memiliki legacy nya tersendiri sampai tahun awal 2000-an dibandingkan Alternative Rock dan Grunge yang perlahan meredup pada waktu tersebut.
Hal ini ditandai dengan eksistensi band-band seperti The Thermals, Ted Leo & The Pharmacists, ataupun The Weakerthans. Khusus untuk The Weakerthans, band Kanada ini eventually memiliki ‘cult preposition’ tersendiri di skena Indie Punk ke depannya.
Chapter II : Your Glitter Is Not Our Gold, The Birth of Indie Punk
Dekade 2000-an merupakan sebuah dekade keemasan bagi skena pop punk, melodic hardcore, & emo. Subgenre ini telah menjadi banyak bagian hidup, khususnya bagi seseorang yang dibesarkan di era 2000-an.
Blink-182 merupakan Dewa Zeus, New Found Glory sebagai Hercules-nya, dan katalog Fat Wreck/Epitaph bak sebuah commandment dari langit turun untuk remaja punk di sebayanya.
Dengan semua kehingar-bingaran Warped Tour sampai sesak toko Hot Topic yang bertengger di banyak pusat perbelanjaan, subkultur punk pada dekade ini menemukan sebuah pertanyaan dan skeptisme-nya tersendiri.
Pertanyaan yang muncul sendiri mengenai kegelisahan akan nihilnya nilai dari subkultur Orgcore secara general tentang perlawanan terhadap kultur koporat yang menggeliat pada skena di dekade tersebut.
Bahkan banyak yang menilai juga, khususnya di skena lokal, bahwa kultur Orgcore ini merupakan kultur yang sudah terkooptasi oleh pasar industri musik.
Dan dari poin ini, sebenarnya muncul beberapa subgenre yang berkembang di skena musik underground.
Mungkin dari tulisan ini saya akan menarik garis skena underground merupakan skena yang masih memiliki kecendrungan setiap entitasnya untuk menggunakan etos kerja DIY dan self-empowerment which hal ini merupakan sebuah poin yang kontrakdiktif dengan banyak band-band yang bermain di Vans Warped Tour dan skena atas lainnya.
Beberapa genre baru yang muncul di skena musik underground orgcore pada saat tersebut antara lain Emo Revival, Pop Punk Revival, Folk Punk, Second Wave Orgcore, dan Indie Punk.
Mungkin dari sekian banyak genre yang berkembang di skena Orgcore Underground tahun 2000-an yang akan kita beri highlight untuk artikel ini adalah Indie Punk.
Indie Punk, to be honest, merupakan sebuah genre musik yang sebenarnya ditidak mengalami self-claiming dari banyak bandnya dan juga subgenre ini merupakan subgenre yang tidak memiliki selebrasinya secara khusus di banyak media ataupun fans.
Entah dari fans ataupun media banyak menaruh emphasize kepada musik dan output yang band-band ini lakukan daripada membuat pengkajian khusus kepada band-band ini.
Jujur memang subgenre “Indie Punk” sendiri sebenarnya saya pertama dengar dari beberapa orang yang mencoba menaruhkan deskripsi musik dari grup band berasal dari Philladelphia bernama Cayetana.
Dan jujur kata “Indie Punk” sendiri, sampai detik ini saya belum menemukan tentang individu yang memberikan statement demikian. Masih menjadi misteri.
Selain dari Cayetana, label ini juga saya temukan dari beberapa RSVP Facebook dari beberapa gig yang mencoba mendeskripsikan musik serupa seperti yang dimainkan band-band seperti Cayetana, Lemuria, Cheap Girls, ataupun Martha.
Menarik asal mula subgenre ini sebenernya bisa kita mulai ketika sebuah kolektif bernamakan Bomb! The Music Industry bekerja menghancurkan stigma tentang skena Orgcore di tahun 2005.
Namun mungkin di sini mimin akan mulai dari Asian Man Records yang merilis 3 album Indie Punk di akhir dekade 2000-an.
Walaupun memang Asian Man Records bukan merupakan satu-satunya label yang flamming the torch dari emergence Indie Punk namun label ini mimin kategorikan merupakan label yang memiliki katalog kunci bagi skena Indie Punk.
Baik kita mulai dari album yang dirilis band garasi suburban San Jose bernama Shinobu yang merilis debut album mereka pada tahun 2006 di Asian Man Records yang berjudul “Worstward, Ho!”
Apa yang dilakukan oleh Shinobu sendiri adalah bahwa band ini mencoba melekatkan elemen Indie Rock dengan denyut nadi band seperti The Weakerthans, Death Cab For Cutie, sampai kepada Pavement, namun apa yang menarik adalah band ini sebenarnya juga menginjeksi elemen power pop di dalam musik Indie Punk mereka.
Dan gak heran kalau album “Worstward, Ho!” juga menjadi cetak biru bagi sound-sound band yang nantinya berkembang di bawah bendera “West Coast Indie Punk”.
Walaupun memang album ini jarang ditengok sebagai cetak biru musik Indie Punk namun beberapa band Indie Punk di era depan seperti PUP ataupun Joyce Manor memberikan testimoni bahwa “Worstward, Ho!” merupakan salah satu album penting dalam pembentukan musik band mereka.
Selanjutnya label ini merilis “Get Warmer” oleh Bomb The Music Industry! yang dirilis tahun 2007.
BTMI! sendiri dibentuk oleh Jeff Rosenstock di atas puing-puing kehancuran band ska lama beliau bernama The Arrogant Sons of Bitches yang dimana tampaknya beliau kecewa tentang bagaimana industri musik di skena bekerja.
Juga BTMI! merupakan buah kritisme beliau tentang bagaimana industri musik seharusnya dan bagaimana musik seharusnya bekerja terhadap progresi kultur anak muda.
BTMI! sendiri secara musikalitas memang sebuah manifesto Jeff Rosenstock untuk melangkah keluar dari frame Ska yang menempel baginya dan The Arrogant Sons of Bitches.
Walhasil BTMI! sendiri merupakan sebuah kolektif yang memiliki sound yang distingtif dan terlalu baru bagi para pengamat dan penggemar musik, baik dalam bentuk musikalitas ataupun etos kerja yang mereka lakukan.
Meskipun begitu, banyak fans dan pemerhati musik juga yang berkemuka bahwa apa yang BTMI! lakukan adalah pembaharuan musik Indie Rock US seperti Neutral Milk Hotel yang dikelola lebih punkish baik secara etos kerja ataupun skena dimana band ini berada.
Album ini merupakan album yang terhitung lebih well produced dibandingkan 3 LP sebelumnya.
Tentunya hal ini memberikan milestone tersendiri terhadap band dan juga skena Indie Punk secara umum.
Album ini membuktikan skill songwriting Jeff Rosenstock dan juga menetapkan sebuah warna musik yang akan direpresentasikan dari generasi Indie Punk di tahun 2010-an. Album ini merupakan album yang ‘gaduh’ secara instrumen ataupun komposisi musik.
Selang satu tahun kemudian, Lemuria merilis sebuah LP yang berjudul “Get Better” di bawah bendera Asian Man Records pada tahun 2008. Dan via LP ini akhirnya Lemuria menciptakan cipratannya tersendiri terhadap skena Indie Punk.
Lemuria sendiri, via press rilis yang pernah mereka tulis di The Art of Underground, adalah sebuah band yang mencoba memainkan musik US Indie Rock seperti Superchunk.
Alih-alih menjadi sebuah cover band, justru Lemuria memang menerjemahkan Indie Rock dengan bahasa baru.
In which later on this sound to be called as Indie Punk
Yang lucu adalah ketika band asal Buffalo ini merilis full length pertamanya di Asian Man Records banyak yang melabeli album ini sebagai album “Power Pop”.
Dan memang term “Power Pop” ini diberikan pada circa 2008-an kepada band yang memiliki karakter musik yang terlalu Indie Rock dibandingkan banyak band yang eksis di era tersebut.
Dan style musik seperti ini dimainkan oleh aksi papan atas seperti Paramore dengan vibe lagu lebih introspektif dan komposisi musik lumayan beragam dibandingkan band-band Melodic Punk lainnya.
Dan hal tersebut juga ter-attach kepada album “Get Better” walaupun album ini sebenarnya merupakan sebuah cetak biru bagi genre baru bernama Indie Punk.
Sebenarnya tidak hanya Asian Man Records saja yang menjadi noise dealer dalam perkembangan awal skena Indie Punk, beberapa record label seperti Paper+Plastic dan Salinas Records juga memiliki andil dalam perkembangan band ini.
Pada tahun 2008 Paper+Plastic merilis LP perdana mereka berjudul “Find Me A Drink Home” dari trio Indie Punk asal Michigan, Cheap Girls.
Cheap Girls dibentuk dari ikatan saudara Ian Graham dan Ben Graham dengan perbantuan Adam Aymor di departemen gitar. Dan jujur kalau mendengar musik Cheap Girls sendiri memang langsung dapet swaggernya sih.
Hal itu mimin dapatkan pertama kali dapatkan ketika mendengarkan single “Ruby” pertama kali beberapa tahun yang lalu.
Cheap Girls sendiri dengan manis dapat mengemulasikan sebuah perpaduan manis antara style vocal ala Counting Crows dengan guitar work ala The Replacements (Era album “Tim” dan seterusnya ke depan).
Walaupun memang secara de facto, Gaslight Anthem merilis “Sink or Swim” terlebih dahulu di tahun 2007 namun secara simultan Cheap Girls dan Gaslight Anthem merupakan band yang akhirnya menginspirasi style Replacement-esque musical style di skena Indie Punk.
Di tahun 2009, Salinas Records merilis full length perdana dari P.S. Elliot yang berjudul “Introverted Romance In Our Troubled Minds”.
P.S. Elliot sendiri merupakan grup musik asal Alabama yang diinisiasi oleh Crutchfield Sister (Allison Crutchfield dan Katie Crutchfield) dan dibantu oleh Katherine Simonetti pada departemen bass guitar.
Walaupun P.S. Elliot sendiri bukan merupakan band yang sebenarnya mark the stamp tentang pembentukan skena yang unisex di Indie Punk, namun Lemuria dan P.S. Elliot merupakan dua band yang cukup berpengaruh terhadap pembantukan ideologi mengenai equality gender di skena ini.
Selain itu P.S. Elliot mimin liat sendiri merupakan sebuah band yang ke depannya mampu melakukan sebuah “generation bridging” antara Indie Punk dan Indie Rock.
Hal ini dibuktikan dengan Waxahatchee, moniker solo project dari Katie Crutchfield, dan Swearin’, band post-P.S. Elliot yang dibentuk oleh Allison Crutchfield, yang berhasil signing dengan record label yang dijalankan oleh personil Superchunk, Merge Records.
Pada tahun ini 2009 juga, tidak hanya merilis debut LP dari P.S. Elliot namun Salinas Records merilis sebuah album dari Delay berjudul “Plain Language”.
Sebenarnya “Plain Language” bukan merupakan katalog pertama yang dihasilkan oleh band asal Ohio ini.
Namun album ini kami kategorikan merupakan album Indie Punk pertama yang dihasilkan oleh band ini setelah beberapa album sebelumnya karakter musik mereka masih bernuansakan Chrimpshrine-style-of-punk-rock sekali.
Album “Plain of Language” melarutkan elemen romantisme ala Guided By Voices yang diterjemahkan dengan warna musik mereka sendiri.
Sebenarnya skena Ohio sendiri, bukan merupakan skena yang cukup emerging di skena Indie Punk namun kota ini telah menaruh jejak mereka sendiri di sejarah perkembangan musik ini.
Referensi artikel
https://www.jerseybeat.com/vlhs.html
https://hugoreyes-36858.medium.com/2013-punk-retrospective-but-mostly-punknews-shit-97be2cd72d4b
https://hugoreyes-36858.medium.com/tracing-the-roots-of-indie-punk-6a36e8e0aa10
https://www.aplan.fyi/emo-revival/
https://rateyourmusic.com/list/TheScientist/rym-ultimate-box-set-bubblegrunge/