Sebenarnya atmosfer gig tanggal 20 Agustus kemarin cukup positif. Dari traffic pas on the way ke gig juga ga ada yang aneh-aneh sih. Bener-bener minggu sore yang cukup chill sebenernya kalau mimin deskripsikan.
Jadi sore itu merupakan perhelatan dari gig Fiddlehead dalam rangka tur South East Asia mereka yang dimana sebelumnya band ini telah menyambangi beberapa kota di Jepang dan selanjutnya akan bergulir kepada tur di daratan Australia.
Saya dan beberapa rekan lain di Knurd akhirnya bertolak pada jam 3 sore karena pertimbangan cuaca yang lebih enak juga dan juga kayanya jam segitu gak bakal telat-telat amat untuk mengikuti sebuah gig.
Tapi ternyata mimin salah taunya, pas sampe venue taunya salah satu opening act yang namanya Indigo Moire sudah tampil.
Jadi total ada 7 band yang tampil pada perhelatin pada tanggal 20 Agustus 2023 tersebut. Lima band di antaranya merupakan local opening act seperti Indigo Moire, Savage, Sugar Thrills, Dead Pits, dan Lost Sight.
Dua band sisanya merupakan band luar yang sedang memiliki agenda tur yakni No Peace dari Aussie dan Fiddlehead dari Amerika Serikat.
Selain agenda tur untuk band-band luar tersebut, terdapat dua band lokal yang memang sedang memiliki agenda tur dalam gig ini, yakni Savage dari Salatiga dan Sugar Thrills dari Bali.
Sisanya merupakan band hardcore yang memang secara historikal eksistensinya sudah diakui. Nah malah bisa dibilang ini gig malah jadi kaya ajang kangen-kangenan hardcore ya haha!
Tersebut nama-nama seperti Lost Sight ataupun Dead Pits memang beberapa band yang nampaknya muncul dalam rangka melakukan selebrasi atas musik dan golden times dari era mereka.
Karena terlewat oleh opening act yang sebenarnya mimin pengen tonton Indigo Moire, akhirnya kami bertemu dengan Savage yang tampil sebagai band kedua di dalam gig ini.
Savage merupakan band asal Salatiga yang baru saja merilis EP kedua mereka via Outta Sight Records asal Solo. Pada malam tersebut Savage benar-benar membantai set mereka dengan sound hardcore metal yang benar-benar tight.
Tak aneh apabila crowd pada malam tersebut ketika Savage tampil sudah mulai violent dance tipis-tipis walaupun masih banyak yang terlihat malu-malu ketika band kedua tersebut tampil.
Setelah Savage membantai set mereka dengan sound hardcore metal yang tight sore itu, acarapun diisirahatkan sejenak dan dilanjutkan setelah petang Maghrib jam setengah 7-an.
Rombongan Knurd-pun akhirnya melakukan sesi interview bersama Fiddlehead.
Yang cukup mencengangkan adalah sesi interview yang kami lakukan sempet terhenti sejenak karena semua member band ingin melihat opening act, Lost Sight, tampil dengan set nya!
Respect banget sih dan selama mimin pernah nge-interview band belum pernah yang ada band yang menaruh atensi khusus terhadap opening act dalam gignya.
Pada malam itu Lost Sight tampil dengan membawakan lagu-lagu yang ada di dalam full length mereka yang pernah dirilis tahun 2000 lalu oleh Pinball Records, ‘Time Flies So Fast’.
Yang menarik dari Lost Sight ini adalah mereka benar-benar membawa reminiscent sound dari youth crew hardcore tahun 2000-an. Raw, fast, and brutally honest lyrics.
Terdengar di dalam set mereka sebuah cover dari Negative Approach ‘Ready To Fight’ berkumandang dan memang banyak crowd di malam itu yang secara dari umurnya mengalami semacam malam kangen-kangenan dan salah satunya dengan set Lost Sight ini di gig #FiddleheadJkt.
Setelah selesai melakukan interview bersama Fidlehead, rombongan pun akhirnya makan malem dulu daripada entar pada pingsan di moshpit ye kan wkwkwk…
Sayangnya kamipun harus melewati penampilan aksi post hardcore asal Bali yang bernama Sugar Thrills malam tersebut karena kami sedang melakukan interview ketika mereka tampil 🙁
Mimin dan mimin-mimin yang lainpun kembali ke venue dan melihat Dead Pits taunya sedang on stage.
Pentolan hardcore asal Jakarta ini baru saja merilis ulang album yang mereka rilis tahun 2014 kemarin yang berjudul “Kita Yang Terbaik” via kanal-kanal digital seperti Spotify.
Dead Pits merupakan sebuah aksi hardcore yang dikenal dengan sound mereka yang enerjik, melodius, dan fun di waktu yang sama.
Yang menarik adalah band ini pada malam tersebut akhirnya melakukan sebuah cover song dari Gorilla Biscuits yang berjudul “New Direction”.
Dan yang lebih menarik lagi adalah Dead Pits melakukan kolaborasi bersama Mr Pat pada lagu tersebut.
Secara automatis, sing along dan stage dive secara kolektif tidak terelakan. Asli itu view-nya paling pecah banget malam itu!
Selanjutnya satu band sebelum main course dari acara tersebut ditampilkan, kita memiliki No Peace dari Australia yang memang bertepatan juga dengan agenda tour Asia Tenggara mereka.
No Peace membakar crowd malam itu dengan tembang hardcore oktan tinggi yang sedikit mengingatkan mimin akan band-band seperti Down To Nothing, Allegiance, ataupun Carry On.
Jadi No Peace ini merupakan salah satu roster dari Set The Fire Records cabang Australia yang baru saja merilis full length mereka tahun 2022 kemarin berjudul “Something More”.
Nampaknya lawatan tur ini merupakan sebuah agenda tur yang terhalang akibat isu pandemik Covid-19 kemarin.
Keadaan crowd ketika No Peace on stage tampil nampaknya sudah mulai panas ditandai dengan terlihatnya beberapa kepala yang mulai jogedan 2-step.
Oh iya lucunya pada malam tersebut, karena terdapat individu penyamar menjadi anak skena yang menyebalkan mengakibatkan vokalis dari No Peace ini harus kehilangan handphone pada malam tersebut.
Intinya mah “BANGSAT LO COPET! MATI AJA!”
No Peace memang pada malam tersebut terasa sekali perannya dalam memanaskan sikon mosh pit pada malam tersebut.
Dan pada akhirnya setelah penampilan No Peace ditutup, akhirnya main course dari acara ini yang ditunggu oleh banyak khalayak, Fiddlehead, bersiap untuk set mereka.
Mimin sendiri sebenarnya baru bener-bener astonished dengan band ini ketika mendengarkan LP kedua mereka yang berjudul “Between The Richness“.
Pada LP tersebut memang kerasa banget kaya compact-nya supergroup ini.
Walaupun later on, mimin akhirnya bisa lumayan masuk sama “Springtime and Blind” tapi “Between The Richness” kaya memberikan sentuhan lebih sempurna kepada musik Fiddlehead.
Dengan baiknya penerimaan “Between The Richness”, mimin juga memprediksikan bahwa hal yang sama akan terjadi juga pada “Death Is Nothing To Us”, LP terakhir yang dirilis 2 hari sebelum gig ini.
Gak berasa memang semenjak 14 tahun Pat Flynn ke sini dengan Have Heart dan beliau akhirnya berkhutbah lagi untuk generasi lebih muda taun ini haha!
Yang keren tuh pas band ini menyelipkan intro sound sample “I Carry Your Heart” pada lagu pembuka yang bernama “Grief Motif” malam itu.
Asli sih itu malem emang crowd-nya mungkin gak segila Anxious kemarin, namun emotion pouring-nya kerasa banget. Dan mimin ngerti banget sih karena lyrically si Fiddlehead ini kaya (((heartling))) banget sih!
Pas line lyric “Wake Up and Fall Apart!” beuh itu fix bikin crowd pecah sepecah-pecahnya! Stage dive dan sing along bener-bener intens malam itu DAMN!
Dikira tuh moshpit tanpa 2-step akan lebih friendly gitu ya buat mimin yang udah sering mengenyam penyakit asam urat tapi kenyataan berbicara berbeda.
Moshpit yang isinya stagedive itu justru sama ganasnya sih karena lumayan ‘pe er’ pas ketiban-ketibannya.
Malam itu supergroup asal Amerika ini, menghantam gig dengan beberapa tembang yang diambil dari full length pertama mereka seperti “Spousal Lost”, “Lay Low”, ataupun “USMA”.
Seperti yang diutarakan di dalam pres rilisnya bahwa full length pertama Fiddlehead yang berjudul “Springtime and Blind” merupakan album yang secara umum konten liriknya tentang mendiang bapak kandung Patrick Flynn.
Mungkin kalau menarik benang merah corak musik si Fiddlhead ini akan menampakan beberapa band seperti Rites of Springs, Fugazi, atau Rival Schools yang bersandar di dalam arteri komposisi musik mereka.
Yes they might sounds like an adult hardcore kids that’s just moving with their sound in a right way!
Di setiap kesempatan, nampak Pak Guru Flynn selalu menyematkan “kuliah umum” beliau yang ditunggu-tunggu oleh para hardcore kids untuk malam itu.
Pak Flynn banyak berbicara tentang sebuah kekagumannya untuk bisa balik lagi ke Indonesia, juga banyak berbicara tentang convertion sikap dan pemikirannya setelah memiliki keluarga, sampai kepada kekagumannya terhadap lalu lintas di Jakarta yang bener-bener ruwet haha!
Tampak pada malam tersebut juga Pak Flynn sungguh menikmati vibe yang ada sampai memang terlihat dari mic yang sering sekali bergulir ke arah crowd untuk singalong sampai crowd yang piling up ke atas panggung.
Malah mimin sempet spotting beliau juga ikutan stage dive. Kaya habit hardcore kids nya Pak Flynn masih ketara banget yah meskipun udah di Fiddlehead juga.
Hal lain yang monumental adalah ketika lagu “Loverman” dibawakan. Kenapa? Karena sesuai janjinya, Pak Flynn akhirnya men-trade topi cap-nya dengan Rizqo Brunobauer yang bertuliskan “Loverman” yang dimana nama tersebut menjadi nama label untuk menaungi beberapa rilisan kerabat dekat.
Bener-bener itu malam buat Rizqo The Loverman!
Mungkin yang membekas banget buat mimin adalah ketika lagu “Down University” berkumandang sih. Sebenernya itu lagu kaya meant something sih karena kaya speaks my mind soal pergeseran point of view pendidikan di masyarakat hari ini.
Potongan lirik “No one cares it’s just names. You are more than degree”, setidaknya merupakan line yang memiliki reaksi keras di kepala mimin tentang bagaimana masyrakat modern tidak lagi memandang pendidikan sebagai tempat untuk menimba ilmu dan menjadi manusia yang lebih baik.
Namun pedidikan hari ini telah bergeser lebih menjadi kepada tools untuk mendapatkan kedudukan status sosial tertentu seseorang di lingkungan kerja ataupun masyarakat.
Asli pas chorus part “Are you out?!” itu kaya semuanya singalong. Mungkin banyak juga dari kita yang resah tentang keadaan pendidikan yang sedemikian bergesernya hari ini 🙂 Who knows!
Malam itu, set Fiddlehead akhirnya ditutup dengan track terakhir dari LP “Between The Richness” yang berjudul “Heart to Heart”.
Kalau boleh berkomentar, memang intensitas emosional gig Fiddlhead pada malam tersebut merupakan intensitas yang terbaik yang pernah mimin liat selama ini.
Mimin liat mungkin banyak dari audiens malam itu banyak ter-amplify secara emosional dan relate banget dari konten lirik dari lagu-lagu Fiddlehead sehingga gak salah kalau malam tersebut menjadi salah satu malam yang sakral bagi para hardcore kids.
Cause no matter who you are right now?! What was in the past takes a shape of who you are!
Video credits goes to
Novan Fachrezy
Tears
Ash Wijaya
Aldy Seems Like