Agaknya merupakan sebuah prestasi tersendiri untuk memiliki band melodic hardcore dengan umur 10 album.
Hal tersebut terjadi dengan band asal Coral Springs bernamakan New Found Glory. Saya membayangkan band ini bagaikan Metallica dengan skena metal dan throne-nya tersendiri.
Begitulah saya memposisikan New Found Glory di posisi tersebut di milenial ini.
Bahkan dengan beberapa fase perubahan iklim di skena melodic hardcore/emo dewasai ini, New Found Glory masih bertahan dengan kualitas songwriting dan juga attitude-nya.
Memang bukan menjadi hal yang mudah untuk me-maintain itu semua. Diceritakan, New Found Glory memang berawal dari sebuah proyek “iseng-isengan” dari Chad Gilbert yang dimana beliau dikenal pada era late 90-an dan awal 2000-an juga memperkuat unit melodic metalcore bernama Shai Hulud.
Diceritakan juga bahwa band pop punk besar ini juga pernah mengalami “penolakan” dari Revelation Records atas demo yang pernah mereka ajukan di awal karir mereka.
Walaupun later on pada tahun 2023 ini, Revelation Records akhirnya merilis album akustik dari New Found Glory.
Tentunya buat mimin sendiri, New Found Glory dan rilisan-rilisannya memiliki timeline tersendiri dalam hidup mimin sih hehe…
Entah itu beberapa album mereka menjadi company di saat kita crush dengan gebetan di kala SMA sampai rilisan-rilisan ini menghantarkan mimin untuk mengenal beberapa band yang mengakar dari subgenre melodic hardcore seperti Lifetime.
Disadari ataupun tidak, kalau mimin boleh jujur, dari keseluruhan timeline secara kualitas bisa di-define ketika momen kepergian sang main songwriter untuk band ini, Steve Klein.
Hal ini mungkin makin kerasa lagi bagi classic fan yang ngikutin banget band dari tahun 2000-an.
Tapi di luar itu semua, saya rasa New Found Glory memiliki milestone-nya tersendiri dalam defining sound beberapa era melodic hardcore/punk.
Yes! Bayangkan saja ketika “Sticks & Stones” dirilis, mereka tanpa sengaja membuat milestone dalam skena melodic punk 2000-an. Selanjutnya di era “Catalyst” band ini pula telah meletakan sebuah “blueprint” sound untuk subgenre melodic hardcore bernama “Easycore”.
Gak berlebihan nampaknya untuk menempatkan band ini selain sebagai salah satu band pop punk terbesar saat ini, juga sebagai salah satu band yang memegang peranan penting dalam evolusi sound di skena melodic hardcore.
Untuk list yang dibuat Knurd ini sebenarnya melalui beberapa “filter”. Yakni rilisan-rilisan yang kami ranking ini tentunya merupakan rilisan full-length dan bukan merupakan cover album ataupun album akustik.
Mengapa seperti itu?! Pertama karena cover album itu sendiri secara materi memang tidak merepresentasikan progresi dan signatur dari songwriting band itu sendiri dan kedua untuk album akustik ini kami menganggapnya bahwa album ini merupakan sebuah rarities yang memuat lagu yang ada di album sebelumnya dan dibawakan secara akustik.
Awkay then, here comes the list!
#10 Resurrection (2014, Hopeless Records)
Debut pertama New Found Glory semenjak berpisah dengan rhytm guitarist dan juga main songwriter dari band ini, Steve Klein.
Dan juga “Resurrection” merupakan sebuah debut full length dari band ini yang dirilis oleh label melodic hardcore-pop punk legendaris, Hopeless Records.
Cukup terkejut juga, ketika label pop punk-melodic hardcore kenamaan asal California bernama Hopeless Records ini akhirnya merilis album ini karena saya sendiri mengira bahwa band ini akan berlabuh lama di Bridge 9 Records.
Jujur, kalau band ini memang menemukan “struggle”-nya dalam penyesuaian formasi baru pada album ini.
Dan kalau kisah mereka diabadikan ke dalam film, maka memang pada album ini New Found Glory mengalami “hard times”-nya tersendiri.
Banyak lagu yang memang terdengar so-so. I mean you could never deny the “Sticks & Stones” magical vibe or the full-throttle energy of “Catalyst”. Dan New Found Glory, pada album ini, nampaknya sedikit terkubur dengan kredibilitas terhadulunya.
Beberapa materi yang melodi vocal-nya tidak terdengar cukup menempel di kepala. Ataupun songwriting yang ada di album ini tidak se-infeksius seperti di album-album sebelumnya.
Di sini, kuartet ini juga masih mencoba untuk memformulasikan guitar work dengan sound berat dan juga riff-riff yang terdengar easycore namun nampaknya hal tersebut belum bisa mengembalikan nyawa-nyawa dan intesitas yang ada di album yang terdengar lebih berat seperti “Catalyst” ataupun “Not Without A Fight”.
Jadi dengan ini mimin R meletakan album ini sebagai album di peringkat paling bontot di dalam deretan diskografi New Found Glory.
#09 Makes Me Sick (2014, Hopeless Records)
Album kedua yang dirilis di Hopeless Records dan saya rasa band ini mampu berjuang cukup baik di album ini.
Diakui juga, New Found Glory pada album ini mencoba banyak hal yang baru di dalam songwriting mereka dan juga di berbagai aspek, salah satunya ada guitar work yang ada di album ini.
Juga kalau didengar lebih deep lagi, mimin merasakan banyak sekali sound sythesizer yang dikorporasikan ke dalam songwriting mereka pada album ini.
Dan memang secara kualitas, New Found Glory memiliki reviving point pada album ini dibandingkan dengan “Ressurection”.
Namun, dengan beberapa positive sign yang kami tuliskan sebelumnya, tidak membuat kami yakin bahwa New Found Glory telah sepenuhnya bangkit dan memiliki kapabilitas untuk menciptakan album dengan kualitas seperti beberapa album sebelumnya.
Beberapa materi di album ini belum bisa membangun intensitas seperti pada deretan album era 2000-an ataupun di era Easycore. Beberapa lagu memang masih terasa cukup plain.
Yang cukup kami sukuri adalah di sini adalah New Found Glory nampaknya sedikit menaruh sedikit ke belakang elemen easycore mereka dan sedikit menitik beratkan vibe melodic hardcore yang mereka presentasikan di era 2000-an.
#08 Radiosurgery (2011, Epitaph Records)
Selanjutnya merupakan salah satu katalog dari album New Found Glory yang dirilis oleh Epitaph Records. Nampaknya ini merupakan salah satu album yang dimana band melakukan eksperimentasi sound.
Ini sih pas banget ya ketika the so called pop punk revival itu lagi emerging dan sound New Found Glory sendiri, kalau mimin boleh komentar, sedikit berkiblat kepada sound “Weasel-esque”.
Hal ini kurang lebih terlihat dari sound yang dipresentasikan oleh single yang berjudul “Radiosurgery”. Dimana progresi chord guitarnya ataupun melodi vocal-nya memang terdengar cukup Weasel-esque.
Walaupun begitu, nampaknya hal ini belum menempatkan album ini sebagai album yang lebih baik dibandingkan “Not Without A Fight”.
Dimana pada album ini memang terdapat track-track yang cukup comfortable untuk didengar but still the songs don’t stuck in my head easily.
Album ini juga tercatat sebagai album LP terakhir dengan formasi Steve Klein sebagai rhytm guitarist secara official di New Found Glory.
#07 Nothing Gold Can Stay (1999, Eulogy Recordings)
Album “Nothing Gold Can Stay” merupakan debut dari band ini, pun pada album ini nama band masih menggunakan “A New Found Glory”.
Mimin sendiri belum pernah mendapatkan informasi mengenai detil mengapa nama tersebut pada akhirnya berubah.
Album “Nothing Gold Can Stay” sendiri dirilis oleh label metalcore kawakan bernama Eulogy Recordings.
Label ini juga dikenal sebagai label yang didirikan oleh gitaris Morning Again, John Wylie.
Yes kami di sini tuliskan yang merilis Eulogy Recordings karena imprint originalnya memang dirilis oleh Eulogy Recordings walaupun selanjutnya rights dari album ini dibeli oleh Drive-Thru Records.
Dan memang sedari awal band ini telah menunjukan kualitasnya dengan sign-up-nya debut band ini oleh label yang punya taring juga, yakni Eulogy Recordings.
Percaya atau tidak, karena value asset yang dimiliki oleh album ini, kami yakin memang album ini memiliki arti tersendiri untuk para pengikut New Found Glory dari album awal.
Mungkin secara corak musik, band ini masih ter-attach dengan sound melodic hardcore/punk tahun 90-an. Juga karena memang teknologi yang dipakai pada zamannya kali ya!
Pada album ini terdapat sebuah single yang dimana juga menjadi salah satu single unggulan sepanjang jalan dari band ini, “Hit Or Miss”.
Secara musikalitas mungkin band ini masih cukup “mencari” dalam term songwriting.
Kalau secara seksama, mimin dengerin sih masih kerasa banget influence dari band-band melodic hardcore 90’s seperti CIV, Shelter, ataupun Lifetime pada album ini.
A nice start and its cult following matters sih yang menjadi alasan kami menempatkan album ini di urutan nomor 7.
#06 Forever + Ever x Infinity (2020, Hopeless Records)
Album kedua dari era Hopeless Records. Mimin di sini cukup salut dengan usaha para senior melodic hardcore/punk ini.
Memang diakui secara dua kali berturut-turut di diskografi era Hopeless Records, band ini menyimpan cukup banyak PR.
Dan album “Forever + Ever x Infinity”, kami ibaratkan, merupakan sebuah ‘katalog balas dendam’ dari New Found Glory atas kekalahan mereka di 2 album sebelumnya.
Pada album ini New Found Glory memang mengekstraksi energi yang ada pada era keemasan tahun 2000-an dan memang hasilnya cukup memuaskan, terutama untuk para classic follower dari band ini.
Beberapa track seperti “Greatest of All Time” ataupun “Stay For Awhile” diakui telah menresureksi element magis dari produksi melodi vocal yang sempat dipresentasikan di album-album seperti “Sticks & Stones” ataupun “Not Without A Fight”.
Mungkin kelanjutan cerita setelah album ini adalah dengan tingkat curiousity mimin yang meningkat terhadap next stuff yang akan dihasilkan oleh band ini.
#05 Not Without a Fight (2009, Epitaph Records)
Album “Not Without a Fight” merupakan sebuah album yang kami bilang sedikit ‘overlook’ karena ketiban sama kejayaan album seperti Self-Titled di tahun 2000-an, “Sticks & Stones”, ataupun “Catalyst”.
Padahal album ini memiliki materi yang oke banget sih menurut kami. Oh iya album “Not Without a Fight” juga merupakan album yang menandakan debut pertama band ini di label terbesar sejagad punk rock, Epitaph Records.
Album ini diproduseri oleh Mark Hoppus yang memang di era late 2000-an sampe 2010-an, beliau memang menjadi produser favorit beberapa band berhasil di eranya.
Dan memang album “Not Without A Fight” merupakan album yang memang sedikit kurangnya merepresentasikan warna musik yang dari Mark Hoppus itu sendiri, musik melodic hardcore yang upbeat tetapi dengan lirik yang sedikit serius dan sedikit gelap.
Juga pada album ini terdengar beberapa melodi vocal yang diluar kebiasaan dari songwriting New Found Glory itu sendiri and that becomes one of the golden element for this album!
Selain itu album ini memang memiliki element of suprise sendiri, terlebih apabila anda melihat timeline musikalitas dari diskografi band ini .
Dimana album ini dirilis setelah LP “Coming Home” dan pada LP tersebut band ini terdengar jauh lebih indierock-sounded dari semua album yang pernah dihasilkan. And in the mean while ketika “Coming Home” mendapatkan recognition dan acceptance tersendiri untuk para fans, tiba-tiba New Found Glory merepresentasikan kembail warna dan roots musik asli mereka di “Not Without a Fight”.
Dan gak berlebihan juga kalau album ini memang layak banget menjadi big five dari diskografi New Found Glory 🙂
#04 New Found Glory (2000, Drive-Thru Records)
Kami bisa tandai bahwa self-titled album ini merupakan sebuah ‘lucky charm’ bagi karir New Found Glory. Kami sih berani mengatakan demikian karena memang dari album ini, band ini mendapatkan atensi publik secara nasional sampai menjadi heavy rotation dari MTV.
Dan mungkin kalau anak-anak yang growing up di era 2000-an kemungkinan akan ke-attach sama album ini karena MV dari single mereka yang berjudul “Dressed To Kill”.
Apalagi video ini menampilkan Rachel Leigh Cook yang insya Allah jadi “bahan mimpi basah” di eranya xp
Anyway self-tiled LP ini merupakan debut mereka di Drive-Thru Records yang dimana sebelumnya label ini akhirnya membeli master album pertama mereka, “Nothing Gold Can Stay”.
Dan jangan lupa salah satu hit single berjudul “Hit Or Miss” yang ada di album “Nothing Gold Can Stay” juga ditampilkan di album ini. Tentunya hit single ini direkam ulang dengan menampilkan produser pop punk 2000-an paling wahid di zamannya, Jerry Finn, sebagai recording engineer untuk single ini.
Kalau boleh jujur memang album ini merupakan sebuah album yang memang menampikan relevansi di zamannya. Let say vibe dan corak musik pop punk 2000-an memang terdeskripsikan secara baik dan lengkap di album ini.
Ketukan cepat-vokal yang terdengar sangat pop dan light guitar riff dijadikan deksripsi secara major untuk album ini. Dan memang karakter Jordan Pundik di era ini sedang menunjukan kondisi yang peaked di album ini.
Walaupun agak berat juga buat naro album ini di urutan ke empat di dalam ranking diskografi ini karena memang basic-nya emang album ini selain menjadi “career lifter” bagi band. Selain itu, album ini banyak dipuji dan menjadi role model oleh banyak kritikus musik dan juga para pelaku skena dari Pete Wentz sampai Mark Hoppus.
Nyatanya album ini memang memiliki tempat tersendiri bagi fans New Found Glory yang dinyatakan dengan perayaan Tenth Anniversary dari album ini dimana New Found Glory merilis ulang dari album ini sekaligus mengadakan Anniversary Tour tersendiri.
#03 Coming Home (2006, Drive-Thru Records)
Akhirnya sampe di tiga besar juga ya! (Emang agak struggle sih nulis artikel rank ini haha…) Yes kita mulai list ini dari album kelima dari New Found Glory yang berjudul “Coming Home”.
To be honest, saat album ini rilis pertama kali di kala mimin SMA kelas 2 itu cukup terkejut juga karena di waktu-waktu tersebut banyak orang yang pay attention banget sama band-band kaya Death Cab For Cuties ataupun Copeland.
Dan bam! tiba-tiba “Coming Home” rilis. Album “Coming Home” sendiri diakui memang New Found Glory menampilkan jenis-jenis materi yang tidak pernah ditampilkan di album-album sebelumnya ataupun materi-materi ini belum pernah ada setelah rilisnya album ini.
Jadi semacam album yang bikin kaget para fans. Juga kalau diliat timeline secara musikalitasinya, New Found Glory justru balik lagi ke warna musik asli pasca album “Coming Home”.
Album “Coming Home” memang merupakan sebuah pleasant suprise dan juga ngena banget sih karena emang New Found Glory melakukan progresi secara sound BUT they do it in a very very good way!
Dan Steve Klein, selaku gitaris dan lyricist pada waktunya, mengatakan bahwa Thom Panunzio memang “membekali” band ini dengan beberapa katalog record classic rock dari Tom Petty sampai Bruce Springsteen.
Ditambah juga Thom Panunzio memang merupakan produser tangan dingin dan telah menangani rekaman-rekaman dari musisi seperti Bruce Springsteen, Tom Petty, sampai Ozzy Osbourne.
Album “Coming Home” memang merefleksikan sebuah rekaman yang dihasilkan oleh grown up melodic punk kids. Element infusi indierock dan melodic punk pada album ini memang hard to resist!
Pun komposisi melodi vocal dari songwriting Klein-Pundik-Gilber memang terasa sangat fit in dan sangat well executed. Album “Coming Home” merupakan album indierock/melodic punk yang relevan untuk didengar kapanpun!
Kamipun dengan tulisan ini turut mempetisi bahwa album “Coming Home” sudah selayaknya mendapatkan selebrasi tersendiri ketika berulang tahun, sama seperti Self-titled LP ataupun “Sticks & Stones”.
Juga ketika album tercatat yang mendapat banyak positive review dari berbagai media seperti Allmusic, AbsolutePunk, Alternative Press, Kerrang!, New York Post, dan lain sebagainya.
#02 Catalyst (2004, Drive-Thru Records)
Mungkin kalian akan bisa menebak sekaligus sebagian terkejut mengenai album yang ada di list nomor kedua untuk ranking album New Found Glory.
Kenapa terkejut?? Yah kami sih sebenarnya gak bisa menghindar dari kenyataan bahwa “Catalyst” merupakan sebuah album yang menjadi blueprint dari subgenre melodic punk/hardcore yang bernama Easycore.
Gak berlebihan untuk mengatakan hal tersebut walaupun album ini sebenarnya dirilis sebelum tur yang historikal bernama Easycore Tour yang diadakan pada tahun 2008.
Pada album ini, New Found Glory telah memanifestasikan secara nyata ketika elemen komposisi melodic hardcore/pop punk dipadukan dengan sound berat ala metalcore 2000-an.
Yang ke depannya mungkin komposisi musik yang disebutkan diadopsi oleh band-band yang secara gamblang dilabeli genre Easycore seperti A Day To Remember, Four Year Strong, Set Your Goals, sampai Chunk! No,Captain Chunk!
Secara keseluruhan, New Found Glory mengesktraksi komposisi musik dengan sound guitar yang heavy yang dipadukan dengan karakter vocal Jordan Pundik yang melodius. Bahkan di beberapa track seperti “At Least I’m Known For Something” dapat didengarkan di sini bahwa New Found Glory mengekstraksi menu utama dari komposisi musik subgenre metalcore, yakni breakdown.
Namun memang yang menjadi pembeda adalah ketika progressi chord breakdown di banyak komposisi lagu metalcore ada breakdown dengan progressi chord yang kelam, New Found Glory menciptakan sebuah counterparts dengan part breakdown dengan progressi chord yang upbeat, ceria, dan bright.
Later on, komposisi musik demikian dijadikan sebagai komposisi utama bagi banyak band Easycore. Jadi let say album “Catalyst” ini memang telah menciptakan sebuah DNA subgenre baru dari musik hardcore punk, yakni Easycore. Ini merupakan album yang jenius!
Kalau dilihat lebih dalam kembali, album ini memang 95% komposisi musiknya dikerjakan oleh Chad Gilbert. Gak heran sih kenapa album ini banyak mengelaborasikan elemen metalcore di dalamnya karena Gilbert sendiri memiliki background metalcore di awal karir musikalitasnya.
#01 Sticks & Stones (2002, Drive-Thru Records)
Setelah menyebutkan “Catalyst” di list nomor 2 tadi, sebenernya udah akan ketebak sih kalau di nomor satu bakalan nampilin album apa.
Yak, album “Sticks & Stones” merupakan album yang kami setujui untuk disematkan sebagai album dengan peringkat nomor 1 di dalam list diskografi album terbaik dari New Found Glory.
Dan agaknya di internal redaksi Knurd pun sedikit mengalami diskusi yang alot untuk menentukan tentang album mana dari New Found Glory ini yang layak dijadikan album nomor satu di antara semua list diskografi full length.
Beberapa menganggap “Catalyst” sebagai album paling wahid karena inovasi dan juga cultural impact yang dimana melahirkan subgenre Easycore.
Tetapi di lain sisi memang “Sticks & Stones” lah yang sebenarnya sebuah masterpiece yang juga berpartisipasi dalam meng-global-kan ledakan sound melodic hardcore/punk di tahun 2000-an.
Mungkin terdapat ribuan pemuda yang growing up di tahun 2000-an yang memulai sebuah band pop punk semenjak mendengarkan “My Friends Over You” di rotasi harian MTV di zamannya.
Ataupun mengalami kesulitan untuk tidak ber-headbang kecil ketika menyaksikan music video dari single “Understatement” ketika ditayangkan.
Another fun fact is banyak dari kosa kata di album ini yang later on dijadikan nama-nama band.
Yok kita ambil contohnya All Time Low yang dimana kosa kata ini diambil dari salah satu lagu yang berjudul “Head On Collision” ataupun The Story So Far yang dimana memang diambil dari salah satu judul lagu di album “Sticks & Stones”.
Juga setiap track di album ini memang merupakan materi yang terbaik sepanjang karir mereka.
Cukup untuk diakui bahwa album “Sticks & Stones” merupakan album yang sulit untuk di-skip setiap track di dalam album ini karena memang se-compact dan sebaik itu materi yang ada di dalam album ini.
Perjalanan kemahsyuran album ini dimulai dari track berjudul “Understatement” yang insya Allah akan selalu memecah keriaan di setiap mosh pit dalam gig tur album ini.
Lalu disusul dengan track yang berjudul “Sonny” yang komposisinya terdengar sangat catchy dan juga cukup sulit untuk melupakan sound tone clean guitar di bagian rhytm guitar section untuk lagu ini.
Di pertengahan album terdapat track midtempo berjudul “Head On Collision”. Ini merupakan track paling downtune di antara semua materi di album ini, namun New Found Glory masih menyisipkan part verse dan juga chorus yang irresistable.
Mungkin kalau anda penikmat album ini dalam format kaset tape, anda masih ingat dengan track pertama di side b yang berjudul “It’s Been A Summer”.
Asli deh itu chorus part sama karakter vocalnya Jordan Pundik merupakan sebuah kombinasi mutakhir untuk membuat anda secara instan untuk jatuh cinta dengan album ini.
Menjelang akhir dari album, terdapat track yang berjudul “Belated”. Lead guitar part di album ini asli signatur guitar work dari corak pop punk 2000-an banget sih dan juga chorus part dari lagu ini merupakan magical part yang akan membuat anda bernyanyi, atau setidaknya, bersenandung mengikut melodi dari lagu ini.
Album iconic ini akhirnya ditutup dengan track yang berjudul “The Story So Far”. Dan agaknya mitos Petir Hong! yang mengatakan bahwa ‘album yang bagus itu biasanya memiliki track terakhir yang bagus’ itu terbukti adanya pada album ini.
Track “The Story So Far” merupakan track pamungkas yang akan membuat anda secara tidak sadar bahwa album ini sebenarnya telah mencapai bagian akhir sehingga membuat anda, secara tidak sadar, untuk me-repeat ulang album ini.
Pada kenyataannya, “Sticks & Stones” merupakan album yang mendapatkan selebrasi yang sangat meriah ketika mencapai tahun ke-10 nya.
Saya rasa ketika touch down di umur 40 dan menghadiri acara ramah tamah dalam format karaoke bersama rekan-rekan kantor, mungkin tembang “My Friends Over You” akan menjadi salah satu track yang dipilih dan juga cukup relevan untuk dinyanyikan.