Kalau boleh jujur adalah sebuah kegembiraan tersendiri untuk mengetahui Milo Aukerman telah menyatakan dirinya untuk fokus di karir musik sekaligus juga menyatakan bahwa Descendents akan aktif kembali. Tetapi kalau boleh jujur lagi, sayapun agak kurang sreg dengan full length terakhir Descendents terakhir yang berjudul ‘Hypercaffium Spazzinate’. Well bisa dibilang walaupun band alumni SST Records ini masih menggunakan formulasi yang sama seperti yang dipresentasikan di ‘Cool To Be You’ ataupun ‘Everything Sucks Today’, mungkin di sisi songwriting seperti ada yang sebenernya beberapa melodi lagu yang terasa flat. Tapi saya berharap hal ini tidak terjadi secara permanen terhadap pahlawan pop punk saya yang satu ini.
Agaknya hal tersebut sedikit terpatahkan ketika Descendents merilis album kompilasi yang berjudul ‘9th & Walnut’. Let say mungkin banyak fans apabila mengimajinasikan signatur musik dari Descendents sendiri sebagai musik yang vokalnya super melodious, guitar dan drumming part yang di beberapa lagu yang terdengar joyful dan juga di beberapa lagu lainnya terdengar se-skillful Thin Lizzy, sampai bass line yang terdengar tidak dianjurkan untuk dimainkan orang baru belajar main bass. Agaknya imajinasi tersebut akan sedikit terpatahlan via album kompilasi ini kalau bisa dibilang.
Descendents sendiri dari awal kemunculannya memang tidak bisa dipisahkan dengan term ‘American Hardcore’ karena memang ketika kita lookback ke album ‘Milo Goes To College’ sampai ‘I Dont Wanna Grow Up’ warna musik Descendents sendiri memang identik dengan formulasi Short, Fast, and Loud. Dan diakui lagi untuk standar hardcore punk itu sendiri, warna musik Descendents sendiri cukup distingtif karena mereka bisa dikatakan salah satu eksponen American Hardcore yang tidak berbicara tentang kebencian terhadap Reagan ataupun KKK dan malah beberapa liriknya sendiri berbicara tentang tema hobi seperti memancing ikan sampai topik heartbreak seperti track ‘Hope’ di album ‘Milo Goes To College’.
Tidak hanya intepretasi orang terhadap musik Descendents yang saya bicarakan tadi tapi juga rata-rata band yang ‘Descendents-Inspired’ juga yang dari segi songwriting-nya mengokupasi era Egerton-Alvarez sehingga saya juga belum pernah sih menemukan band yang ‘Descendents-Inspired’ yang mencoba untuk mengokupasi songwriting di era Navetta-Lombardo. Saya rasa kompilasi ‘9th & Walnut’ berhasil karena album ini dirilis di momentum yang bisa dikatakan tepat. Tidak hanya saya saja, saya yakin juga banyak orang yang cukup kecewa dengan output yang dihasilkan ‘Hypercaffium Spazzinate’ karena memang album tersebut terasa flat secara kualitas songwriting dan bisa ketebak pattern musiknya. Album kompilasi ‘9th & Walnut’ setidaknya dapat menghadirkan sensasi terbaru dari musikalitas Descendents sendiri yang dimana melodi dan chord yang ada di lagu ini bisa dibilang lebih straight forward dan Descendents sendiri dengan ‘9th & Walnut’ telah mengobati kerinduan fans yang emang noted banget di era American Hardcore mereka.
Dari informasi yang didapatkan oleh warta Knurd sendiri, memang sebenarnya materi ‘9th & Walnut’ ini beberapa direkam dengan formasi Navetta-Lombardo di tahun 2003 di studio kepunyaan Stevenson, Blasting Room. Lombardo sendiri sebenarnya memang bukan bass player virtuoso seperti Alvarez namun gaya downstroke cepat Tony Lombardo sendiri memang memberi karakter tersendiri terhadap musik Descendents yang straight forward untuk standard American Hardcore itu sendiri. Sementara Frank Navetta merupakan individu yang unik dengan sekelumit personal problem yang dia hadapi sampai dia sendiri hingga ia dikisahkan juga berpisah dengan Descendents dengan cara yang unik apabila anda menyimak di film dokumenter band ini kemarin. Dan memang saya kalau boleh komen lagi sebagian nyawa Descendents early sound memang ada di Navetta secara orang ini yang decided untuk sound yang di-attach sampai songwriting-nya sebagian nih orang turun gunung walaupun emang banyak orang yang menganggap bahwa nyawa songwriting Descedents itu ya ada di Bill Stevenson.
Apabila anda sempat menyimak vibe lagu ‘Merican’ yang sempat ada di kompilasi Warped Tour yang dirilis oleh SideOneDummy, yap album kompilasi ‘9th & Walnut’ sendiri secara general meng-capture vibe lagu tersebut. Album kompilasi ‘9th & Walnut’ berisikan 18 lagu yang dimana juga secara mengejutkan terdepat lagu ‘Its A Hectic World’ dan ‘Ride The Wild’ yang dikemas ulang secara modern. Mungkin kalau anda merupakan fans Descendents mengetahui ‘Its A Hectic World’ dan ‘Ride The Wild’ merupakan track di era Descendents masih surf rock banget dan its a pre-Milo era. Di album ini sih Alhamdulillah babeh Milo akhirnya nyanyi di ‘Its A Hectic World’ dan ‘Ride The Wild’ guys! Tentunya hal ini merupakan sesuatu yang spesial buat fans tersendiri. Secara musikalitas sendiri saya katakan ‘9th & Walnut’ memang memiliki energinya tersendiri di bawah songwriting ala Navetta-Lombardo dan kalau anda menyimak sendiri dari liriknya sendiri secara estetis meng-capture kualitas Descendents di era SST Records.
Kompilasi ini dirilis oleh label punk paling mahsyur abad ini, Epitaph Records, dan untuk fisiknya tersendiri dirilis dalam format vinyl dan juga tersedia di banyak digital outlet seperti bandcamp, spotify, deezer, etc. Tapi di balik kerennya formasi Navetta-Lombardo, kita mah orang Indonesia kalo kedatengan Descendents juga udah seneng bener dan sayang aja kemaren udh kelibas duluan sama penyakit yang ngambil namanya dari lagu Minuteman, ‘Corona’, kemarenan huhu….