Saya kurang inget secara detil tentang kapan pertama kali melihat performance dari Avin ketika membawakan lagu-lagu dia sendiri, mungkin 11 tahun yang lalu.
Tapi ada satu hal yang saya ingat ketika mendengarkan hasil songwriting-nya pertama kali di dalam hidup saya yaitu “Damn! This kid got something!”.
Dan memang percaya, pada gig tersebut saya melihat sebuah potensi beliau dari sisi songwriting dan memang pada akhirnya semua ini terdeskripsikan dengan Cubfires.
Selain diyakinkan dengan single “Stay Too Long Where You Don’t Belong”, memang apa yang saksikan bertahun yang lalu membuat saya yakin untuk merilis EP pertama Cubfires pada tahun 2018 silam di label saya, Rizkan Records.
Secara simpel memang apa yang dikerjakan Cubfires selama ini bukan merupakan sesuatu yang ngoyo dan luhur banget secara cita-cita.
Namun justru hal itu yang membuat band ini memang terasa sungguh spesial.
Jadi diakui juga, memang band ini merupakan band yang bergerak atas nama ‘self-love’ hingga setiap aspek dari band ini terasa personal dan juga well translated bagi banyak pendengar dan yang mengikuti band ini.
PERKENALAN PERTAMA DAN EP PERDANA “STAY GONE”
Jujur, sebelum dinamakan Cubfires yang dimana project ini bernama Peruvian Necktie, entah pertimbangan apa sampai Avin mengubah nama proyek musik ini, sejujurnya materi yang dirilis belum terlalu ‘astonishing’ di mata saya.
Dan secara instan hal itu berubah ketika band ini merilis single mereka berjudul “Stay Too Long Where You Don’t Belong”.
Saya rasa saking kuatnya karakter si Cubfires di single ini menjadi alasan kenapa akhirnya mengapa Geekmonger Records merilis single ini dalam format 3″ CD.
Mimin punya perasaan juga kalau single ini menjadi alasan banyak orang untuk into terhadap musik Cubfires.
Single “Stay Too Long Where You Don’t Belong” menjadi sebuah ‘acceptance reason’ saya untuk band ini dan akhirnya terdapat momen yang gak disangka juga kalau tiba-tiba band ini mengajukan label saya, Rizkan Records, untuk merilis EP perdana mereka yang berjudul “Stay Gone”.
Mini album “Stay Gone” merupakan sebuah perkenalan dari Cubfires terhadap skena yang dieksekusi dengan cara yang sangat baik!
Sungguh baik sampai ketika EP ini memiliki nilai tersendiri di skena internasional dimana orderan CD ini akhirnya datang dari penjuru negeri matahari, Jepang, dan habis dijual dalam hitungan hari via Waterslide distro.
Mimin punya feeling juga kalau EP “Stay Gone” sendiri menjadi alasan utama mengapa Cubfires akhirnya menjadi roster pilihan salah satu label emo asal Norwegia, Slow Down Records.
Dimana Slow Down Records ini nantinya pada album “… Is An Evolving Mess” menjadi record label dan distributor utama untuk kawasan Eropa.
Mini album “Stay Gone” merupakan sebuah mini album yang secara komposisi memiliki materi yang sungguh simpel namun satu yang bikin EP ini keren banget adalah kualitas songwriting dari band ini yang sangat mumpuni.
Track pertama diawali dengan sebuah track yang berisikan puisi berbahasa Perancis berjudul “An Introduction”, selang itu disusul oleh track kedua yang cukup upbeat berjudul “Pace”.
Cukup diamini bahwa lead guitar dari Ayub untuk Cubfires merupakan pasangan yang sungguh ciamik apabila dipadukan dengan songwriting Avin yang sungguh berkarakter. Asli chemistry-nya dapet banget.
Bahkan kalau saya boleh nilai bahwa lead guitar Ayub merupakan detak jantung kedua bagi band ini.
Avin sendiri menuturkan bahwa mengapa Ayub sendiri bisa join dengan Cubfires adalah karena dia sendiri secara baik dapat membuat intepretasi warna musik ala The Starting Line ke dalam Cubfires.
Bicara mengenai The Starting Line, Cubfires merupakan sebuah band yang memang memiliki strategi dalam pengenalan band mereka sendiri ke publik.
Apa itu?! Jadi kalau kalian perhatikan, band ini nampaknya gak pernah luput untuk membawakan cover song di dalam setlist mereka.
Entah itu The Starting Line sampai kepada Modern Baseball ataupun The Get Up Kids, pernah menjadi paparan band yang mereka presentasikan di dalam set mereka dari gig ke gig.
Dan tampaknya cover song merupakan menjadi salah satu strategi ‘bridging’ mereka untuk mengenalkan lagu mereka sendiri ke publik.
Wajar sih, karena awalnya memang orang akan taking interest terhadap satu band ketika satu band membawakan salah satu cover song dari artis pujaan mereka.
Balik lagi, menurut saya “Stay Gone” seharusnya mendapatkan apresiasi tanpa harus adanya ‘strategi bridging’ yang saya sebutkan sebelumnya.
Next lagu yang emang pas banget dapet highlight adalah “Curves”. Ini asli deh lagunya hit to the bottom ini.
Dimulai dengan vocal+guitar part yang quiet dan memang karena komposisi ini lah justru yang quietly damaging dari lagu ini.
Selain itu di part pertengahan nampaknya Cubfires sudah mempersiapkan sebuah part of song dimana setiap orang berhak berpartisipasi untuk singalong.
Track “Curves” merupakan sebuah track yang menurut mimin sebenarnya pas banget digunakan untuk intro dari tiap set dari band ni.
Highlight selanjutnya kita berikan kepada track yang berjudul “Ruby Sparks”. Di sini lead guitar Ayub yang bener-bener ngasih karakter dan nyawa untuk lagu ini sih menurut mimin.
Dan kalau didengarkan secara sekilas, visualisasi yang terlintas ketika lagu ini didengarkan adalah sebuah pemandangan scene pembuka dari seri manga haha!
Asli sih, di hati saya sebenarnya sempet fettish juga kalo band ini satu hari bakalan menjadi pengisi scoring salah satu seri manga dan yakin banget bakalan fit in sama musiknya haha!
Track “Ruby Sparks” merupakan sebuah track yang upbeat dan sungguh catchy baik secara komposisi instrumen ataupun melodi vokal dan memang cukup pantas untuk menjadi highlight bagi banyak pendengar band ini.
Dari beberapa highlight track tersebut maka gak heran apabila mini album “Stay Gone” merupakan sebuah stairway bagi band ini untuk melangkah lebih jauh di skena.
“Stay Gone”, a well concepted beginning to walk with…
GUERILLA RECORDS DAN PERILISAN BEBERAPA SINGLE TERPISAH
Pasca perilisan mini album “Stay Gone”, nampaknya band ini emang bener-bener gak mau puyeng kali ya. Jadi kaya taking a break aja gitu di fase-fase ini.
Dan di beberapa rentang waktu tersebut sebenarnya digunakan oleh Cubfires untuk mengenalkan beberapa karya mereka ke publik luas dan hal ini dilakukan dengan cara bermain di gig skala lokal ataupun regional Asia.
Dan pada rentang waktu tersebut, band ini sempat merilis sebuah single yang dimana menampilkan vokalis dari Write The Future yang telah terurbanisasi ke Jakarta, Dandy Gilang.
Single “We Don’t Have Each Other” merupakan sebuah single yang liriknya cukup kelam namun sekali lagi karena songwriting yang dikelola dengan tangan dingin jadi dapet banget ((feels)) nya untuk lagu ini.
Satu yang cukup mimin berikan catatan bagi warna musik Cubfires pada single ini adalah band ini mencoba komposisi mathrock dan twinkle di dalam musiknya.
A damn new thing indeed! Dan untuk standar saya mereka telah mengelaborasi tentang “What’s good” dari mathrock partnya dikolaborasikan dengan songwriting dari band ini yang emang dasarnya udah bagus.
Walhasil sih gak heran kalau kaya Dochi Sadega (Pee Wee Gaskins/Bla Bla Blast/Metalican/The Side Project) aja sampe nge-sign band ini dan merilis ulang kumpulan single dan materi dari EP “Stay Gone” via Knurd Records.
Mungkin beberapa individu dari band ini, akhirnya, agak termotivasi untuk membuat album setelah bertemu dengan Ai dari Guerilla Records.
Inget banget waktu itu Ai nonton band ini di gig Tangerang leg-nya Forests-Xing Foo & Roy. Dan malam itu emang gak rame secara kuantitas, cuma crowd vibe-nya enak banget.
Hal itu yang mimin kira menjadikan band ini tampil maksimal di gig itu kayanya dan sampe band ini akhirnya dilirik sama A&R-nya Guerilla Records.
Mimin konfirmasi memang setelah gig tersebut Ai dari Guerilla Records sempet bertanya-tanya tentang Cubfires sih. Itu asli kaya pacaran aja dan mimin yang comblangin.
Sebuah proses yang unik untuk nge-sign sebuah band kaya ini. Cuma apa emang setiap signing semua record label kaya gitu ya? Soalnya dulu mimin sih enggak haha!
Dan pasca momen signing tersebut, akhirnya deal-lah Cubfires dan Guerilla merilis full length pertama mereka berjudul “… Is An Evolving Mess”.
“…. IS AN EVOLVING MESS” = TAMAT POP PUNK?
Pasca deal dengan record label terkemuka independent terkemuka, Guerilla Records, Cubfires pun melepas beberapa single sembari band ini melakukan proses recording dari materi-materi yang akan ada di LP perdana mereka.
Pada era ini, nampaknya band ini sudah mulai beranjak bermain di panggung-panggung lebih besar. Yes mereka udah pada maen di festival gede.
Mimin sih punya hipotesis sebenernya exposure yang dilakukan Dochi di channel Pee Wee Gaskins terhadap band ini memiliki impact yang cukup besar bagi band ini sih.
Nampak setelah band ini di-feature di kontennya Pee Wee Gaskins, band ini mulai bermain di acara-acara besar. Tapi balik lagi itu hipotesis ya wkwkwk…
Mimin yakin bahwa memang secara songwriting ‘kasar’ aja udah cukup prominent. Dan hal ini dibuktikan dengan penerimaan Dan Campbell dari Wonder Years untuk taking part berkontribusi vokal di LP perdana mereka.
Dan emang banget pas track “Let The Blaze Light Our Way” itu merupakan track yang energetic dan salah satu track yang paling keren di LP ini kalau mimin boleh berkomentar ya.
Lagu ini cukup ‘bright’ secara konten dan memang karakter vocal dari Avin dan Dan Campbell The Wonder Years cukup ngadu banget (dalam konteks yang positive ya) sih di album ini.
Sebenernya cukup kaget juga sih dengan karakter vokal beliau yang terdengar agak lebih berat dari sebelumnya.
Mungkin apabila anda mengikuti Woodcabin ataupun SNK era Brian, gak sangka kalau bakalan punya vocal yang berat seperti di lagu “Flowburn”.
Avin menuturkan juga kalau sebenarnya Brian sedang mendengarkan band-band seperti Iron Chic, Latterman, sampai Polar Bear Club, dalam pengerjaan album ini.
Tapi justru hal ini yang enriching konten musik Cubfires pada album “… Is An Evolving Mess”.
Kalau mimin malah dengernya kaya band ini bringing 2010’s orgcore vibe kaya Spraynard ataupun Get Bent sih pada track yang berjudul “Flowburn”.
Track yang menarik lain untuk disimak adalah track “Iced Shaken Lemonache”. Ini merupakan track singkat namun sangat memacu crowd untuk singalong.
Satu yang saya cukup wondering buat band ini adalah kenapa sih kalau track yang kaya gini gak pernah ditaro di awal-awal album gitu. Asli ini vibe-nya buat intro set bagus banget!
Oh iya menyambung pembicaraan mengenai Dan Campbell, nampaknya di LP ini si Cubfires juga mengajak banyak teman untuk take part in pada project ini.
Beberapa good friends yang take part in di antaranya ada Dochi Sadega (Yang juga berperan sebagai penasehat spiritual), pasangan Anggia-Dandy Much, dan Samuel Wullur Zeal.
Album ini juga nampaknya mempatahkan sebuah anggapan superstisius yang berkata bahwa “Biasanya kalo album banyak featuring-nya gak bakalan bagus” hahaha…
Anwyway album ini merupakan album yang benar-benar bisa setting the new part untuk skena orgcore lokal.
Dan ya mimin harapkan bahwa LP ini bukan merupakan bagian “TAMAT POP PUNK”, justru menjadi langkah baru buat scene yang cukup kecil ini sih 🙂
You guys rule so hard!