Saya bisa bilang bahwa dibandingkan dengan “Commit This To Memory”-nya Motion City Soundtrack ataupun “Rise Or Die Trying”-nya Four Year Strong, album “Something To Write Home About”-nya The Get Up Kids merupakan album yang cukup underated di skena lokal.
Bahkan kalau diliat-liat banyak yang aware dan into dengan album ini merupakan eksponen skena emo di awal tahun 2000-an. Walaupun begitu, album “Something Home To Write About” merupakan album yang cukup fenomenal dan memberikan pengaruh cukup besar di dalam pertumbungan skena emo/pop punk di dekade 2000-an.
Selain memberikan pengaruh terhadap skena emo/pop punk global, album ini kami nilai juga menjadi tonggak kesuksesan baik itu dari sisi The Get Up Kids ataupun label yang merilis album ini, Vagrant Records.
Tentunya kesuksesan ini tidak hanya dinilai dengan nominal komersil dari penjualan band ini tetapi impact-nya terhadap kredibilitas dari The Get Up Kids ataupun Vagrant Records.
The Get Up Kids sendiri bisa kami kategorikan sebenarnya sebuah band yang muncul di masa transisi antara the so called “Second Wave of Emo” dan “Third Wave of Emo”. Term “Second Wave of Emo” memang banyak diwarnai oleh band-band post hardcore yang mem-fusikan elemen post rock, indierock, sampai powerviolence dengan post hardcore itu sendiri. Dan salah satu subgenre yang berkembang di era tersebut adalah emocore!
Yes The Get Up Kids memang banyak yang mengkategorikan band ini sebagai band emocore. Dan hal tersebut wajar sih kalau diliat-liat karena materi di album “Four Minute Mile” sampai “Woodson” ataupun “Red Letter Day” EP, musik yang dikomposisi oleh The Get Up Kids masih sarat akan elemen emocore yang cukup mengkorporasikan element quiet-loud di dalam aransemennya.
Perubahan musik dari The Get Up Kids di album “Something To Write Home About” bisa ditandai dengan perekrutan James Dewees. James Dewees sendiri merupakan pelaku skena yang circle-nya tidak jauh dengan The Get Up Kids dimana beliau ini kalau dilihat sepak terjangnya sebelum di The Get Up Kids ini beliau sempat bermain drum di sebuah band metalcore yang saat ini menyandang status cult, Coalesce.
Selain bermain di sebuah band metalcore, pertemuan personil-personil The Get Up Kids dengan James Dewees diawali dengan kolaborasi beberapa personil band ini, Matt Pryor dan Rob Pope, dalam proyek solo dari James yang bernama Reggie And The Full Effects (Ini mah band yang insya Allah gak asing buat penggiat skena orgcore lokal di tahun akhir 90-an & awal 2000-an) hingga menghasilkan sebuah full length yang berjudul “Greatest Hits 1984-1987”.
Perekrutan James ke dalam member The Get Up Kids ini secara pasti memberikan pengaruh yang signifikan di dalam progresi musik di dalam The Get Up Kids yang dimana di dalam full length “Something To Write Home About” beberapa pengaruh elemen seperti new wave sampai powerpop dimasukan ke dalam komposisi musik The Get Up Kids. Bisa dibilang kalau bahasa gaulnya ini band pop punk “Tulat tulit” di tahun 1999. Yes that is the time where that “tulat tulit” term haven’t existed yet on the local scene!
Tidak hanya elemen synthesizer yang cukup intens, The Get Up Kids di dalam album ini juga memiliki songwriting yang lebih catchy dan tidak terlalu “emocore” apabila kita ambil perbandingan dengan beberapa previous works mereka.
Tapi sebenarnya apa yang membuat “Something Home To Write About” dengan The Rentals adalah The Get Up Kids sendiri di album ini tentunya masih membangun intensitasi emotive sound-nya di album ini sehingga memang album ini emang terdengar lebih seperti irisan dari banyak genre musik ketimbang sebuah genre baru.
Dan juga memang afterwards dari perilisan album ini memiliki impact cukup signifikan sehingga beberapa album yang dinilai mengekor di album ini dirilis dari “Commit This To Memory”-nya Motion City Soundtrack, album self-titled-nya Zolof And The Rock N Roll Destroyer, ataupun “Rise Or Die Trying”-nya Four Year Strong.
Okeh karena udah terlalu banyak cuap-cuap soal albumnya tadi mari kita bahas lebih lanjut beberapa materi yang kami berikan hihglight untuk album ini. Karena track “Holiday” kayanya udah terlalu banyak di-highlight oleh banyak orang, mari kita mulai dari track kedua dari album ini yang berjudul “Action & Action”. Bisa dikatakan track ini merupakan track yang cukup mendifinisikan mengenai arah musik yang dipresentasikan oleh The Get Up Kids.
Dimulai dengan lead guitar yang light namun iconic disusul dengan sound synthesizer yang memberikan identitas tersendiri dari lagu ini.
Part yang cukup terngiang-ngiang saya rasa adalah intro dan juga chorus yang dimana di sini vocal Matt Pryor diharmoniskan sound synthesizer hingga menghasikan part chorus yang uplifting dan juga singalong-able.
Highlight kami berikan di bridge part pada lagu ini yang dimana sound synthesizer-nya terdengar cukup distingtif dari sound yang ada di intro dan chorus tetapi justru part bridge ini terdengar enak karena sound synthesizer-nya yang cukup memberikan identitas baik itu secara sisi identitas new wave ataupun emocore dari The Get Up Kids.
Selanjutnya highlight pada track yang berjudul “Ten Minutes”. Lagu ini dimulai dengan hentakan drum Ryan Rope yang dimana dari pattern drum intro-nya aja udah ketara kalau ini bakalan menjadi sebuah lagu yang cukup catchy dan anthemic.
Memang diakui juga kalau di track “Ten Minutes” ini The Get Up Kids mempresentasikan elemen powerpop di dalam musiknya. Part verse pada lagu ini tereksekusi dengan baik secara songwriting dan juga teknik recordingnya. Lyric line “Ten minutes to downtown…” memang merupakan part terbaik di dalam lagu ini. Flow struktur lagu ini juga terkomposisi secara baik dan wajar mengapa memang track ini layak untuk diberikan highlight.
Oh iya bridge part di lagu ini yang dimana rhytm guitar pada part ini terdengar progressif namun menjadi padanan yang sangat tepat untuk lagu ini. Secara keseluruhan diakui memang lagu ini terdengar sangat flawless!
Next highlight track kami berikan pada track ketujuh dari album ini yang berjudul “Company Dime”. Wah ini sebenarnya kalau boleh jujur secara konten liriknya cukup mewakili keresahan para middle class worker sekali. Yes the band talks about toxic working culture issue! Mungkin lyric line yang nempel banget buat kita sih ini “Spent a long, long time pretending. And a longer day spent accepting”.
Asli itu curhatan budak korporat banget sih potongan liriknya haha! Lagu ini secara struktur nampaknya bukan lagu yang fabricated atau dalam kata lain yang mengalami banyak koreksi dan polesan yang banyak. Dari verse-nya aja udah terdengar baik dan harmonis baik itu secara pattern drum, melodi vocal, dan juga sound synth sebagai pemanis lagu ini.
Lyric line “I’m still waiting for” yang disusul dengan sahutan vocal harmonis memang menciptakan sebuah chorus line yang nempel di kepala dan perfect. Asli kalau live-nya aja mungkin bagian itu merupakan bagian yang dimana sangat menyisakan bagi para audiensnya untuk singalong senyaring mungkin.
Album “Something Home To Write About” kami katakan sebuah blueprint bagi pattern musik emo yang berkembang di tahun 2000-an yang dimana pada dekade tersebut merupakan peak dari kesuksesan secara komersil dan juga kultural untuk subgenre punk yang bernama post hardcore ini.
Mari kita berharap agar James Dewees gak bete lagi, mau reunian, dan maen ke sini memainkan liveset “Something Home To Write About”! AMIN!