Masih cukup fresh di kepala saya tentang bagaimana pertemuan pertama saya secara individual dengan band Melodic Hardcore asal Bandung ini, Nudist Island. Saya bisa menyebutkan kompilasi “New Generation Calling” yang dirilis oleh label asal Bandung, Spill Records, merupakan media pertama saya mengenal band ini.
Untuk beberapa individu yang besar di tahun 2000-an dan membeli kompilasi wahid ini mungkin akan terintroduksi dengan tembang “Rishdie 3” untuk mengenal band ini. Pada tahun 2003 memang saya yang duduk di bangku SMP itu belum mengenal sebuah skena lokal dan secara spesifik juga belum tercerahkan mengenai skena Melodic Hardcore yang memang sedang emerging di tahun tersebut.
Namun apabila saya telaah sekarang, memang “New Generation Calling” menjadi sebuah kompilasi dan juga introduksi kepada saya secara personal tentang the emergence movement yang ada di kota kembang pada dekade tersebut. Walaupun memang kompilasi “Still Punx Still Sux” dirilis dua tahun sebelumnya, namun saya yakin hal ini tidak terjadi pada diri saya sendiri namun banyak orang yang hidup dan growing di tahun 2000-an.
Dan satu faktor di antaranya skala distribusi rilisan ini di tahun tersebut yang menjangkau lebih luas daripada kompilasi “Still Punx Still Sux” yang masih mengandalkan jalur distribusi Underground Network (Baca : Distribusi via distro belum mencakup toko rekaman seperti Disc Tara).
Sebuah disclaimer juga, walaupun kompilasi New Generation Calling memuat 80% band dari skena Melodic Hardcore Bandung namun kompilasi ini juga menampilkan beberapa band Jakarta sampai Bali, seperti The Miskins, Kebunku, ataupun Superman Is Dead. Inget banget dulu tuh mimin beli kaset “New Generation Calling” tuh sepaket sama “Bad Bad Bad”-nya Superman Is Dead di Aquarius Mahakam haha!
Pada tahun 2004 sendiri, Nudist Island muncul dengan LP pertama mereka berjudul “Can’t Sleep” di bawah bendera Riotic Records. Sebenarnya hal ini yang masih mengganjal di kepada tentang mengapa akhirnya Riotic Records yang akhirnya mereilis LP dari band ini? Karena setelah diggin lebih jauh di masa depan tentang band ini, ternyata Nudist Island sendiri memiliki kekerabatan yang cukup dekat dengan label bernama My Own Deck.
Hal ini bisa terlihat ketika band ini ditampilkan di kompilasi My Own Deck yang bernama “Bad Tunes And Some Ordinary Tunes” dimana Nudist Island menyumbangkan track terwahid mereka “How That Feeling In My Heart Is Less Or Empty”. Juga setelah itu band ini juga merilis split album mereka bersama Aggressive Touch.
Namun entah hal apa yang mempengaruhi band ini sehingga akhirnya full length perdana dari Nudist Island akhirnya dirilis oleh Riotic Records. Walaupun memang Nudist Island sendiri band yang masih berada di dalam lingkup skena Hardcore Punk, namun dengan melirik kedekatan band ini dan juga relasi secara sound agaknya hal ini masih menyisakan tanda tanya yang cukup besar untuk saya secara pribadi.
Full length “Can’t Sleep” dibuka dengan track “How Long That Feeling In My Hear Is Less Or Empty”. Saya single ini merupakan sebuah single yang akan menjadi “first crush” bagi siapa saja yang mendengarkan Nudist Island pertama kali. Track ini dibuka dengan intro 3 chord yang simpel dan juga komposisi melodi vokal yang terdengar harmonis dan well concepted.
Pada full length “Can’t Sleep”, secara sound, nampaknya lagu ini terpoles lebih baik apabila dibandingkan dengan track yang sama di album split bersama Aggressive Touch. Yang sebenarnya elemen tidak kalah penting untuk track ini adalah sisipan vokal wanita yang ada di dalam lagu ini yang turut memberi pemanis di dalam track ini.
Track “How Long That Feeling In My Heart Is Less Or Empty” secara lirik merupakan sebuah lagu yang cukup cinta yang cheesy. Ini kalau ditelaah lebih dalam kaya POV-nya si cowok tuh lagi ngambek gitu gara-gara ceweknya selingkuh. Klise banget sih, tapi yes this would be a good lullaby for a highschool boy like me back in the day.
Gak relate yang pasti namun buat saya sendiri value satu lagu atau album adalah ketika lagu atau album tersebut memiliki timestamp tersendiri di dalam hidup. That would be bigger than the world itself cause it meant something or a time machine that you can set up anytime you want.
Track selanjutnya yang cukup compat di full length “Can’t Sleep” yaitu “College”. Dimulai dengan intro riff guitar yang cukup catchy dan light. Nampaknya dengan riff guitar yang dipresentasikan di intro, dapat menggambarkan cetak biru dan pola dari songwriting dari Nudist Island.
Mimin cukup suka dengan part verse dimana Ugenx menampilkan palm-strumming guitar riff yang dipadukan dengan komposisi melodi vocal yang harmonis. Yes the beat is get us into an uplifiting moment of the album.
Juga di bagian verse di lagu ini, Nudist Island menancapkan lyric line yang cukup simpel namun singalongable “Yeah I wanna go to college again!”. Sepintas ini tuh kaya denger Nudist Island sama Depdikbud dalam rangka penyuluhan ke masyarakat untuk jangan putus kuliah.
Sepintas jargon “College Punk” nampaknya memang menempel terhadap entitas-entitas melodic hardcore Bandung kala itu. Dan memang being a band member sambil menjadi mahasiswa merupakan sebuah pilihan yang cukup keren di tahun 2000-an.
Track “College” merupakan sebuah track yang ringan namun cukup membekas. Yang juga membuat spesial di dalam track ini adalah pattern drum Bapak Ami yang terdengar variatif dan memberikan nyawa sendiri terhadap track ini.
Oke kita berlanjut ke track selanjutnya berjudul “Radio”. Asli kalau dipikir tema radio dan yang ngambil judul radio ataupun yang menyisipkan lirik “radio” itu banyak dilakukan oleh musisi. Teenage Fanclub iya, Superman Is Dead iya, sampe di hit single-nya Nudist Island-pun bertemakan radio.
Single “Radio” merupakan track midtempo yang sungguh catchy nan bernuasakan MxPx sekali. Dan memang di lagu ini, Nudist Island bak paying tribute kepada precursor musik dari band ini, MxPx.
Entah mengapa tema lirik “Radio” berbicara tentang request radio bersandingan terhadap songwriting yang memiliki vibe idola dari band ini, MxPx, yang dipresentasikan di waktu yang bersamaan? Sebuah coincidence?
Selanjutnya kita beralih kepada sebuah single yang juga masuk ke dalam kompilasi New Generation Calling berjudul “Rishdie III”. Jadi single ini sebenarnya sebuah sequel dari seri lagu yang berjudul Rishdie juga di split bersama Aggressive Touch.
Wondering ini si Rishdie tuh mungkin merupakan sosok wanita ideal dari songwriter band ini sampe dibuatin lagunya 3 jilid gitu! Secara aransemen lagu sebenarnya Rishdie III baik di kompilasi “New Generation Calling” ataupun di album “Can’t Sleep” gak terdapat perbedaan secara signifikan namun memang di versi full length secara sound terdengar jauh lebih proper.
Saya suka riff guitar dan sisipin rhytm guitar yang membuat lagu ini terdengar sungguh harmonis. Dan juga tidak lupa harmonisasi vokal yang ada di lagu ini benar-benar menjadi sugarcoating yang cukup signifikan hingga menjadikan lagu cukup terdengar spesial.
Perpaduan harmonisasi Bapak Ugeng dan Ami pada “Rishdie III” memberikan kesan bahwa band ini dengan baik mempelajari harmonisasi ala Beach Boy dan diimplementasikan ke dalam songwriting band ini.
Kita beralih kepada track pembuka di Side B pada album “Can’t Sleep”-nya Nudist Island yang berjudul “Taman Kota”. Dibuka dengan intro yang cukup manis, mimin suka riff guitar di lagu ini yang benar-benar membangun vibe yang cukup uplifting.
Pada part verse kembali, songwriting dari Nudist Island menunjukan kualitasnya tersendiri. Nudist Island mempresentasikan sebuah kelihaian dalam meracik aransemen melodi vokal pada lagu ini. Dan saya yakin melodi vokal dari lagu ini cukup gampang nemplok di kepala.
Dan lagi-lagi Nudist Island menghadirkan harmonisasi vokal yang mumpuni di bagian verse. Balik lagi, apabila anda seorang highschool boy ketika mendengarkan lagu ini saya yakin lagu ini sangat relate dengan kehidupan percintaan di kala tersebut. It’s a song that contains a time machine chain reaction to me!
Highlight terakhir kami taruh kepada track paling bontot di album ini berjudul “You’re So Down”. Pertama kali kita akan dikejutkan oleh string section pada track yang disandingkan dengan riff guitar acoustic yang terdengar sungguh emosional dan harmonis.
Kejutan kedua terjadi ketika part verse ternyata ada vokal wanita yang turut mengisi part ini. Yes aransemen vokal pada lagu ini terdengar manis dan memang karakternya dapet banget ketika vokal ceweknya masuk. Track “You’re So Down” akhirnya secara manis mengakhiri full length “Can’t Sleep”.
Album “Can’t Sleep” merupakan sebuah artefak budaya dari skena Melodic Hardcore Bandung yang kami nilai cukup pivotal. Album menandakan sebuah babak baru dari skena Melodic Hardcore di pertengahan tahun 2000-an.
Khusus untuk skena lokal pada saat itu, skena Emo, Screamo, sampai Metalcore mulai bergeliat di skena. Jadi mungkin Nudist Island, pada saat itu dapat ditemukan menjadi line-up bagi gig multigenre di waktunya.
Lebih jauh, untuk beberapa orang seperti saya, album “Can’t Sleep” memang tidak hanya menjadi album yang numpang lewat di hidup saya namun menjadi semacam mesin waktu tersendiri tracing back ke beberapa fase di dalam kehidupan sekolah menengah saya.
Harapan lebih jauh mungkin album ini dapat di-repress dalam format CD setidaknya 🙂