Jujur gue merasa agak aneh sih to know what was Kuro! means, dikira tuh karakter kartun Jepang gitu ya taunya Kuro tuh sebuah singkatan ges (Kumpulan Remaja Otodidak).
Entah itu beneran emang personil original dari band ini emang beneran belajar musik otodidak atau emang plesetan doang.
Perkenalan gue sendiri sama Kuro! sebenernya jauh dimulai sebelum tau kepanjangan Kuro! itu sendiri sih, I would thank to my anonymous LIA friend sama temen gue SMA yang namanya Gepeng yang udah ngenalin gue sama band ini sampeee gue bisa nulis artikel ini.
Tahun 2010 ke bawah tuh kalo bisa dibilang skena pun belum se-fluid jaman sekarang ya yang dimana satu gig tuh bisa isinya macem-macem bandnya, yes seeing Kuro! in a melodic punk/metalcore/emo gig was my first punk rock show ever.
Entah ini terjadi sama orang lain atau gimana, cuma my first mosh pit sih ya gig itu juga haha!
Inget banget band yang udah punya 2 full length di jaman itu pun kaya Kuro! masih melakulan ritual song cover sih dan di setlist mereka sering cover lagu “Above Me”-nya Rufio.
Dan emang band inipun banyak dikenal sebagai referensi banyak anak-anak yang doyan melodic untuk digging pattern musik melodic di era 2010-an ke bawah.
Ya kasarannya mereka emang jadi role model banyak band melodic di era tersebut.
Full length “Ever Before” sendiri bisa saya katakan merupakan ‘quantum leap’-nya band ini hingga bisa bermain di pensi-pensi sekolah dan gig-gig skala masif lainnya.
Selain menjadi quantum leap bagi bandnya sendiri, full length “Ever Before” dan album-album yang diproduksi oleh Simpletone Melodies juga bisa dikatakan telah meletakan milestone sendiri terhadap diaspora skena melodic punk lokal.
Hal ini terbukti dengan banyak tumbuhnya band-band melodic hardcore di skena lokal Jabodetabek sendiri sampai kalo di era tersebut tuh agak ketara sih kalo melodic punk Bandung sounded dan Jakarta sounded kaya gimana.
Secara kualitas sound, emang saya akuin kalau full length ini emang agak kurang sih though emang sepertinya di era 2000-an awal agak sulit kalo bukan dengan modal gede bisa rekaman dengan output sound yang baik.
Tapi emang kualitas songwriting Kuro! di “Ever Before” lagi peak banget. Pun kalau didengar versi digitalnya, di volume-volume tertentu trebble dan bass dari album ini terasa sedikit mengganggu.
Sebenernya dinilai dari culture value-nya sendiri, full length “Ever Before” bisa dikatakan merupakan “scene artifact” penting dari skena melodic hardcore lokal, oleh karena itu mungkin saya sendiri kalo boleh berharap mah mungkin ada seseorang yang dapat me-remix dan remaster ulang full length dengan sound yang lebih baik.
Yang sedikit menggelitik adalah mungkin kalau anda aware sedikit dengan grammar bahasa inggris, mungkin ada phrase yang terdengar aneh namun karena pronounciation-nya baik dan hal tersebut bisa saya katakan menjadi ‘covering thing’ tersendiri untuk album ini.
Di “Ever Before” sendiri, saya bisa memadukan hook melodi yang tereksekusi dengan baik dipadu dengan musikalitas dari sisi personil yang cukup baik walaupun secara stereotype banyak yang menganggap band melodic hardcore/melodic punk Jakarta lebih meng-emphasize di sisi musikalitasnya dibanding sisi melodious dari komposisi lagunya.
Beberapa track yang terdengar cukup ballad dan anthemic yang bisa di-highlight dari album ini seperti “Its My First Love And Brokenheart” ataupun “Ever Before”.
Yang lucu kalau inget “Ever Before” sebenernya dibuat versi EDM nya gitu dan dijadiin bonus track di rilisan tape full length ini, berbeda dengan versi CD rilisan Deathkill Records yang bonus tracknya adalah acoustic session dari track “Its My First Love And Brokenheart”.
Dari segi artwork dan cover, memang banyak rilisan dari scene melodic hardcore di tahun 2000-an banyak menggunakan tools photoshop ataupun corel dalam pembuatan cover.
Tak terlepas dari full length “Ever Before”, yang dimana kalau dilihat ini covernya corel banget gitu haha!
Dan ornamen seperti mawar dan silhouette member menjadi sebuah ‘tandeman artistik’ tersendiri untuk banyak band dalam hal artwork.
Yes the art taste is so 2000’s.
Gimanapun itu kalo gue bilang sih, karena rilisan ini emang rilisan signifikan bagi scene sehingga hal ini juga akan berpengaruh ke nilai histori cover nya juga sih.
Jadi walaupun emang out of date banget taste of art nya gue sendiri berharap kalo album ini di-reissue satu saat nanti orang yg reissue gak bakalan ngubah covernya juga sih hehe…
Yak untuk kaset dan CD ya sendiri insya Allah lah bakalan agak mahal dari harga standarnya di lapangan karena emang kenyataannya sendiri album ini belom ada yang reissue sih.
So yes, really hope that this simple writing could be a call for anyone else #kode. Oh iya kalo untuk digitalnya sendiri sih, jangan khawatir karena versi bandcamp-nya sendiri tersedia dari bandnya langsung 🙂