Tahun 2001 memang merupakan kali pertama saya mendengarkan “Sweetness” di MTV. Tentunya korporasi sebesar MTV di tahun tersebut belum mengenal vocabulary bernama “emo”. Gak tau cuman gue juga punya feeling di Indonesiapun belum mengenal istilah “emo” baik itupun di skena dan gue inget banget kalau VJ MTV di acara tersebut sempet menyebutkan beberapa band untuk mendeskripsikan musiknya Jimmy Eat World, di antaranya ada Weezer dan Superchunk.
Bak sebuah nubuat diturunkan oleh Allah SWT kepada hambanya yang maha tidak mengenal term “emo” waktu itu, nampaknya via deskripsi musik sebutan VJ tersebut nampaknya memang memberikan saya insight mengenai tentang bagaimana musik 2nd wave emo menaruh akarnya. Wait wait wait… 2nd wave emo@#! Gila kali ya Jimmy Eat World disebut 2nd wave! Tapi kalo gue pribadi denger sih “Bleed American” memang sebuah transisi musikal dari Jimmy Eat World. This band has through a lot! Entah itu ketika di awal karir ketika band ini dikatakan banyak terpengaruh oleh band-band seperti Mr T Experience, dan band-band Lookout! Records lainnya sampai mereka sendiri mengevolusikan musik mereka kepada sound-sound emocore di periode 2nd wave emo dan sampaaaii lagi band ini mulai memposisikan diri mereka di album “Bleed American” sebagai band dengan sound 3rd wave emo. Kalau dilihat juga band-band 3rd wave juga banyak yang berangkat dari 2nd wave emo sebelumnya namun mereka yang pasti telah melakukan adaptasi secara sound.
Nama dari “Bleed American” sendiri sebenarnya cukup kontroversial karena di tahun tersebut bertepatan dengan terjadinya tragedi 9/11 yang dimana nama tersebut disinyalir menjadi “pemantik” bagi keluarga-keluarga yang tetimpa musibah tersebut. Dan oleh karena itu album ini sempat di-rename menjadi “Jimmy Eat World” dan nampaknya pressing version ini akan menjadi rare stuff untuk para kolektor musik. Namun di balik kontroversinya sendiri, album “Bleed American” merupakan rejekinya si Jimmy Eat World kalau bisa dibilang. Banyak dari single di album ini akhirnya mendapatkan playing rotation harian di MTV, let say single seperti “Sweetness”, “A Praise Chorus, sampai “The Middle” memang menjadi soundtrack tersendiri bagi individu yang growing up di tahun 2000-an. Khusus untuk music video “The Middle” kayanya gak ditayangin di Indo sih setau gue soalnya ada scene cewek-cewek pada pake bikini gitu. Yah you know lah Indo mah sebenernya dari dulu emang begitu. Dan juga tercatat walaupun secara kualitas album “Future” merupakan album dengan output yang lebih bagus, namun “Bleed American” merupakan album Jimmy Eat World dengan penjualan tertinggi sepanjang karir band ini. Gue inget banget dari album ini Jimmy Eat World bisa berangkat tur bareng sama Green Day, Blink-182 yang dimana tur ini diabadikan menjadi sebuah konten DVD yang namanya “On The Road With Blink-182, Green Day, Jimmy Eat World” dan inget banget emang sih Jimmy Eat World di tur ini yang bener-bener orangnya kalem, gak macem-macem, dan lurus banget, sementara Blink-182 dan Green Day-nya sendiri party animal banget orang-orangnya gitu hahaha…
Album ini dimulai dengan track yang berjudul sama seperti nama albumnya, “Bleed American”, dan track ini yang kerasa banget vibe musik modelan Quicksand atau Helmet. Yes the heaviest yet the loudest part of the album. Wajar sih di tahun segitu emang Quicksand sendiri jadi “kompas” banyak musisi di tahun segitu karena secara sukses telah ngegabungin unsur post hardcore dengan alternative metal (baca : Sludge) dengan baik. Pun sampai musisi kaya Tom Delounge bikin Box Car Racer aja kabarnya emang di tahun 2000-an awal beliau lagi intens banget dengerin Quicksand sama Rites of Springs dan hal ini nampaknya sedikit berdampak di Jimmy Eat World juga. Dan memang di beberapa kesempatan di album lain, Jimmy Eat World juga kadang nyempilin heavy alter part-nya let say vibe yang sama juga saya dapatkan di track “Pass The Baby” di album “Integrity Blues”. Track ini memang menerangkan mengenai originated background “Post Hardcore” dari Jimmy Eat World kalau saya boleh nilai.
Next track berjudul “Praise The Chorus”, ini track yang merupakan “first love” saya kepada band ini. Ini merupakan lagu midtempo yang light dan memang kalau boleh saya perdalam sedikit lagu ini memiliki kecocokan tersendiri antara melodi vokal, riff, dan sound guitar. Sebenarnya kalau didengar secara terpisah lagu ini biasa aja cuma kalau disatuin itu kaya matching banget aja. Magis memang! Track “Praise The Chorus” memang merupakan track yang lugas dan terlihat dengan intro-nya dibuka dengan strumming guitar yang khas disusul dengan vokal Jim Adkins yang berkarakter dan sound distorsi yang light. Part favorit saya di lagu ini adalah di bagian bridge yang dimana lead guitar clean yang dipadu dengan vokal Tom Linton sebagai pengiring mewarnai part bridge yang saya bilang sangat padu dan catchy. Juga part chorus di akhir lagu merupakan part yang cukup dapat memikat banyak orang dan banyak orang mungkin “fall in love” ketika Jim Adkins mengkolaborasikan 2 vocal di part ini yang memang kerasa banget peak point-nya di part outro lagu ini tuh.
Next highlighted track yaitu “Sweetness”, ini merupakan track rockin’ stadium-nya band ini sih kalau bisa dibilang. Ini merupakan track yang sebenernya harus bisa dinyanyikan dengan benar oleh vokalis karena dari intro-nya sendiri udah dibuka dengan vocal. Nah cuma pas di beberapa live sendiri gue sering dengernya kalau intro-nya dibuka dengan riff guitar yang mengambil dari chord yang sama di bagian verse awal lagu ini sih. Dan yang bikin orang loncat atau hyping up tuh justru di big guitar riff yang menyisip di tiap part kosong di bagian verse. Tapi tidak lupa yang pasti bikin orang pada sing along tuh pas di part “Wohooo oooo…”. Nah lagu ini tuh sebenernya agak berbeda sih karena strength-nya tuh ada di verse dan big guitar riff yang filling up part kosong di bagian verse ataupun chorus-nya. Juga part lain yang worth to be highlighted adalah part bridge di lagu ini yang dimana harmoni vokal Jim Adkins yang terdengar aduhai dipadu dengan selipan piano part yang turut menyeimbangkan intensitas lagu ini.
Last highlighted track di album ini adalah track yang berjudul “Hear You Me”. Track ini merupakan salah satu track melankolis di album ini. And speaking of melancholy thing, memang Jimmy Eat World merupakan “profesor”-nya dalam mengkomposisi track yang reflektif nan melankolis. Lagu “Hear You Me” sendiri dikenal sebagai lagu yang sering dipakai scoring di banyak film seperti A Cinderella Story (Starring Hilary Duff), sampai bagian lagu ini nyempil dinyanyiin di serial Netflix yang berjudul “Locke & Key”. Track ini dibuka dengan permainan chord D yang singatur banget progresi chordnya dan dibawakan secara akustik. Dan memang track ini merupakan track pembuktian mengenai keahlian Jim Adkins dalam mengkomposisikan sebuah lagu emotive dengan sensibilitas pop yang tepat. Dan kalopun lagu ini dinyanyiin dengan karakter vokal modelan pop singer, insya Allah intensitasnya masih tepat dan gak overated. Yes se-perfect itu sih lagu ini menurut gue! Dan memang chorus line “May Angels lead you in” itu yang bener-bener “center of the universe”-nya lagu ini dengan sound drum yang terdengar chill dan rhytm guitar yang melankolis yang insya Allah turut menambahkan vibe “tear dropping” session di lagu ini.
Kalo ngomongin “Bleed American” sebenernya gak bakal ada abisnya sih karena memang album ini se-legend itu untuk skena orgcore sampai banyak pelaku skena yang mengkritisi Pitchfork karena memberika skor “3.5/10” dari album ini dimana Pitchfork sendiri hari ini sering memberika skor bagus untuk banyak rilisan orgcore/emo. Yah balik lagi ya media mah tergantung orang di dalemnya kali ya, kalo bukan “cup of tea”-nya dia bisa aja ditulis jelek. Yes the judgement is there, with you, with your ears! Namun di balik itu semua memang “Bleed American” album yang memiliki kesan tersendiri khususnya yang growing up di era 2000-an. Dan akhir kata saya ingin mengucapkan Happy 21st For This Album walaupun agak telat posting-nya yang harusnya diposting Juli lalu juga wkwk…