Sepertinya kali pertama ini mimin nulis review album dari Alkaline Trio sepanjang hayat punya karir nulis haha! Walaupun memang mimin sendiri sudah sedari SMA mengikuti band ini.
Dan nampaknya memang kalau yang umurnya 30-an di dekade 2020-an ini, agaknya merupakan hal yang lumrah ketika menjadikan salah satu lagu dari Alkaline Trio sebagai soundtrack patah hati atau jatuh cinta.
Yah wajar namanya anak SMA sih dan memang tembang-tembang orgcore atau kalau disebut di zamannya sebagai melodic memang secara konten lirik mewakili jiwa-jiwa yang lagi doyan-doyannya bergejolak.
Dan jujur sih mimin sendiri secara pribadi agaknya butuh waktu setidaknya untuk mencerna “Goddamnit” sebagai salah satu deretan album favorit dari Alkaline Trio.
Kalau bisa diinget malah salah satu katalog Alkaline Trio dari Asian Man Records yang masuk toplist adalah “Maybe I’ll Catch Fire” dan lucu juga keadaan hari ini malah berbalik.
Dimana mimin sendiri lebih milih “Goddamnit” over “Maybe I’ll Catch Fire“. Dan walaupun diakui sendiri oleh Mike Park bahwa ketika “Maybe I’ll Catch Fire” dirilis setidaknya setiap 2 jam sekali beliau menerima telpon yang isinya orderan record tersebut.
Dan album “Goddamnit” sendiri mencapai peak recognition-nya setelah Alkaline Trio menjelma sebagai band orgcore raksasa. Dan memang album ini memang memiliki “cult point”-nya tersendiri.
Bahkan sampai hari ini karena demand yang cukup tinggi LP ini masih dicetak dengan format fisik oleh Asian Man Records. No wonder why mengapa LP ini dianggap sebagai “valauable asset” bagi label DIY yang telah berdiri lebih dari 20 tahun ini.
Full length “Goddamnit” sendiri merupakan sebuah full length yang menampilkan Dan Adriano pada departemen Bass dan vokal secara perdana.
And the rest of history is Dan becomes a damn good soloist and songwriter for the band as well.
Dan memang bibit tersebut setidaknya telah terlihat dari Tuesday, band emocore bentukan Dan Adriano selepas “bebas tugas” dari band skank beliau yang bernama Slapstick.
Secara general memang di “Goddamnit” memang Alkaline Trio telah meletakan sebuah milestone mengenai signatur songwriting dan juga menjelaskan secara samar-samar mengenai blueprint musik melodic hardcore dengan atmosfer ke666elapan “charm point”-nya.
Atau simpelnya, saya menganalogikan Alkaline Trio bersama “Goddamnit”-nya adalah ketika Blake Schwarzenbach (Jawbreaker) yang mulai mengeksperimentasi songwriting-nya dengan banyak mendengarkan Misfits era Glenn Danzig sebagai salah satu referensi.
Album “Goddamnit” memang terasa emotive dan juga kelam secara bersamaan. Memang hal tersebut ke depannya yang ditawarkan dari Alkaline Trio kepada fans-nya.
They even have started it way before Gerard Way putting his eyeliner and get all the girls screaming “I’m Not Okay”.
Dan memang saya rasa cocok dan pantas apabila anda menyebutkan “Goddamnit” kepada orang yang baru bersentuhan dengan kosa kata “Orgcore”. Wajib malahan hukumnya.
Track pertama dari “Goddamnit” dibuka dari lagu yang berjudul “Cringe”. Di sini Skiba mencoba mengintroduksi tentang bagaimana Alkaline Trio guitar sound yang ditegaskan dengan progresi strip down chord pada lagu ini.
Lalu disusul dengan tone vocal tinggi dari Skiba dan juga beat cepat yang dimainkan oleh Glenn Porter yang dimana tipikal songwriting demikian masih bisa anda temukan di era Vagrant Records seperti “From Here To Infirmary”.
Secara lirikal, Skiba mempresentasikan sebuah point of view yang unik untuk mengungkapkan kekaguman terhadap wanita dimana kalau diperhatikan liriknya sendiri Skiba nampak lebih seperti sadistis yang memiliki jiwa romantis.
Next kita beranjak kepada track selanjutnya berjudul “Cop”. Track yang cukup diingat karena ada bunyi sirinenya haha! Tapi memang sih backsound-nya mencerminkan tentang tema lagunya itu sendiri sih.
Mungkin kalau didengarkan samar-samar, di sini Dan Adriano kayanya masih kebawa banget dengan permainan bass jalan layaknya di era Slapstick beliau. Dan yang menarik di sini adalah bagian verse yang dimana strumming guitar putus-putus sementara vokal Skiba tidak diberikan jeda.
Jadi kalau mimin perhatikan memang part ini memang menyisakan untuk para hardcore fan bernyanyi di tersebut.
Dari departemen lirik, Skiba memang melayangkan kebencian yang beliau deskripsikan bahwa si plokis ini merupakan seseorang yang horrible di middle life crisis-nya.
Dan saya tema lagu demikian akan menjadi semacam signatur yang ditinggalkan Skiba untuk band ini.
Next track yang akan kami berikan highlight adalah track yang berjudul “As You Were”. Track ini mimin katakan merupakan track yang cukup menarik dari “Goddamnit”.
Kenapa kami bilang track ini cukup menarik?? Alasannya adalah karena memang dari “As You Were” merupakan sebuah track yang karakter early years Alkaline Trio-nya gak ilang walaupun Skiba udah berdandan kaya Willy Wonka.
Secara lirikal, di sini Skiba menaruh tema favorit dari fans klasik Alkaline Trio, retarded life bin alcohol addiction. Jadi kaya lo lagi di bar terus ketemu Skiba yang sebenernya udah mau enough mabok-mabokan via curhatannya.
Track selanjutnya merupakan track yang berjudul “My Little Needle”. Track ini dimulai dengan hentakan chord yang disusul dengan sound clean guitar pada verse-nya. Dan memang melodius vibe pada bagian verse lagu ini memiliki charm point-nya tersendiri.
Dan sekali lagi untuk tema liriknya sendiri masih merupakan tema lirik yang cukup dark dan memberi definisi bagi signatur musik Alkaline Trio yakni drugs. Saking dark-nya, mimin sendiri heran sih di gig Alkaline Trio yang ada di tahun 2018 kemarin masih mimin liat ada fans-nya yang masih berdandan emo goth gitu wkwkwk.
Overall album ini memang salah satu rilisan dari Alkaline Trio yang wajib menjadi katalog highlight di dalam karir mereka dan bahkan saya rasa gak berlebihan apabila menyatakan album ini sebagai salah satu artefak wajib dalam skena orgcore.
Sites :
Website
Twitter
Instagram
Facebook Page