Bilamana dapat didefinisikan, mungkin band ini merupakan salah satu pioneer experimental di skena underground/indiependent Indonesia. Disaat invasi emo pada masa itu sedang tinggi-tingginya merajai playlist pemuda-pemudi skena tiap kota, mereka hadir membawa konsep berbeda, dan sebuah keberuntungan bagi saya berkesempatan mengetahui dan mendengarkan yang pada saat itu sekitar tahun 2009 kebetulan masih duduk di bangku smp kelas 2 ntah 3 lebih tepatnya, sungguh daya ingat untuk callback ke masa itu perlu sedikit kurasi ataupun pembedahan secara deskriptif terhadap otak ini yang makin tua makin pikun, sialan memang efek onani! Juga, membuat opini tentang band ini maka harus disibukkan dengan observasi yang, yaah, untuk masa sekarang, informasi maupun artikel terkait terbilang agak susah, seperti hilangnya blog-blog yang dulunya pernah (atau mungkin) sedikit lebih banyak mengulik. Tetapi saya disini akan mencoba menulis berdasarkan sudut pandang seorang pendengar dan juga data yang didapat dan ketahui.. Aaah ya, mungkin sebelum melangkah lebih jauh baiknya mengindahkan pepatah “Tak Kenal Maka Tak Sayang” alias mari berkenalan dengan siapakah mereka.
Adalah sebuah trio ugal-ugalan bernama Bla Bla Blast! yang didirikan oleh beberapa pegiat skena lokal, yaitu, Ferron (ARCK), kemudian Rico (Hellostereo), dan Dochi (Pee Wee Gaskins, The Sideproject) dengan mengusung warna musik experimental/8-bit/electro-core atau apa lah sebutannya dengan sajian tema imaginatif, fiksi hingga nyeleneh. Ditambah lagi bahwa mereka sebenarnya adalah distant-band karena masing-masing personil berdomisili di beberapa tempat berbeda, dimana Ferron berada di Belanda, Dochi di Jakarta dan Rico berdomisili Semarang. Seperti yang sudah saya sebutkan diatas bahwa band ini “nyeleneh” dalam konsepnya termasuk karya hingga aksi panggung. Andaikan terdapat kategori penghargaan untuk most-chaotic metal/hardcore performance, mungkin tanpa pikir panjang pilihan akan jatuh kepada Bla Bla Blast, ya itupun berdasarkan visualisasi saya ketika menonton mereka melalui Youtube dan belum pernah sekalipun menyaksikan live performance-nya, tapi saya dengan yakin mentasbihkan trio ini sebagai salah satu entitas ugal brengsek sejajar dengan Vincent Rompies era Club 80’s yang secara blak-blakan membuka celana diatas panggung berakibat harus berurusan dengan pihak kepolisian ataupun Thirteen era ”It’s All About Music, Party, And Friendship” juga kerap menghadirkan kekonyolan selain dari konsep musiknya, The Brandals dengan aksinya tidak sepenuhnya terkontrol 100% hingga mungkin Jimi Multazam dan segenap eksperimen juga perbendaharaan bahasanya.
Kurang lengkap rasanya apabila tidak menyebut salah satu rilisan epic Bla Bla Blast! bernama Paranoia. Dirilis pada 2007 silam (ya, saya telat 2 tahun megetahuinya) dengan format EP berisikan 4 lagu yaitu A Riot In My Baby’s Bedroom, Rediscovering Atlantis, Endless Journey to The Sun And Back, Eg Atne Crep serta sebuah lagu cover milik Katy Perry berjudul Hot N Cold sebagai single diluar EP. Meskipun hanya menelurkan sebuah mini-album tetapi cukup menjadi jembatan ketertarikan diri terhadap musik berbau metal bercampur padu dengan unsur experimental/electronic/8-bit hingga saat ini. Jika ditanya pendapat, maka jawaban yang akan saya beri adalah ”album you should listen once in a lifetime”. Dengan hanya menggunakan mic untuk vokal Ferron, distorsi renyah untuk pelapis atau isian dari Dochi, kemudian semuanya akan kembali lagi pada “mainan” super ribet yang sepenuhnya dikendalikan oleh Rico sebagai penanggung jawab atas semua bunyi-bunyian yang dihasilkan terciptalah sebuah karya yang terbilang menjadi pembeda pada saat itu, bahkan, kick-off untuk genre electronic-core/experimental dan sejenisnya di Indonesia rasanya memang dimulai dari sini, yang pada akhirnya semakin dimantapkan oleh Thirteen dengan merilis masterpiece “It’s All About Music, Party, And Friendship” setahun berikutnya. Untuk ukuran debut terkadang memiliki kesan “cek ombak” tapi lewat Paranoia mereka sudah mampu menentukan konsep seperti apa yang akan disajikan dengan menggabungkan nuansa ATR dicampur padukan dengan Sky Eats Airplane tanpa harus menjadi sebuah band copy paste seperti kebanyakan. Sayangnya tidak ada rilisan fisik yang bisa dijadikan artefak untuk masuk kedalam rak-rak koleksi.
Paranoia menjadi satu-satunya album yang pernah dirilis, setelahnya, tidak ada diskografi lanjutan dalam bentuk sejenis, mungkin juga karena adanya proyek lain atau kesibukan masing-masing personil dan hanya melakoni gigs demi gigs sewajarnya sebuah band berujung tanpa arah dan tujuan meskipun sempat terdengar ke permukaan kembali beberapa tahun setelahnya dengan merilis beberapa single. Seperti sediakalanya musisi juga, munafik rasanya apabila tidak mengembangkan kreatifitas disamping memperhatikan pasar, itupun juga terjadi pada BBB!(sebutan Bla Bla Blast!). Dimulai dari format trio, full band hingga akhirnya duo EDM menunjukkan konsep variatif dan tidak tidak terpaku pada satu warna musik dan mampu merambah ke berbagai segmen dan pasar. Kalian ingin merasakan nuansa gorong-gorong? Putarlah EP Paranoia hingga era format band dengan single Inglorious Blastard. Butuh nuansa EDM? Opsi Imperial Merch (Blastrology Anthem), Without Mercy,Saviour ketika digawangi oleh Ferron dan Antonius Abirama bisa langsung kalian sajikan menjadi teman padu menikmati botol demi botol anggur, atau whiskey, atau ya terserah apalah yang kalian ingin konsumsi demi memabukkan diri. See? Banyak pilihan dari rilisan mereka yang bisa masuk ke berbagai telinga pendengar, meskipun pro dan kontra tidak dapat terhindarkan dengan perubahan yang terjadi.
Rilisan mereka pun terbilang gampang-gampang susah untuk diakses. Untuk yang masih mengingat platform bernama Myspace kalian masih bisa menikmati EP paranoia pada laman Bla Bla Blast, lalu juga di Soundcloud apabila memasukkan kata kunci Bla Bla Blast maka akan muncul beberapa opsi rilisan, ntah yang berasal dari official-nya ataupun dari orang lain yang mengupload ulang. Untuk Youtube pun juga masih memuat beberapa video lama dan tidak ada pembaharuan video, ntah dari bandnya sendiri ataupun dari user lain. Sedemikian minim dokumentasi dari mereka hingga rasanya untuk masa sekarang akses mendapatkan informasi terkait butuh sedikit ”blusukan”, kecuali untuk mereka-mereka yang sempat melalui dan menjadi saksi band-band era Crooz Cloth dan angkatannya mencapai golden age mungkin memliki memori tersendiri pada gelegat skena saat itu. Andaikan Bandcamp dan Spotify sudah dengan mudahnya diakses seperti sekarang pastinya bukan tidak mungkin mereka akan menempuh jalur tersebut untuk menyebar luaskan rilisannya dan pendengar pun akan dengan mudah mengakses mengingat pengaruh besar 2 platform tersebut terhadap penyebaran karya-karya musisi beberapa tahun belakangan ini. Akun media sosial? Setau saya hanya Facebook dan Twitter, itupun rasanya sudah tidak ada pembaharuan aktifitas dari pemilik akun semenjak tahun 2017.
Tapi, ya, seperti selayaknya sebuah band, Bla Bla Blast hanyalah perwujudan kreatifitas dan kendaraan bagi sekelompok manusia yang ingin melimpahkan segala kebisingan di kepalanya menjadi sesuatu yang bisa di konsumsi banyak orang. Hingga kini, beberapa tahun berlalu dan 2022 sudah mencapai setengahnya pun tidak terdengar sedikit kabar dari mereka, ntah kejutan dengan tampil di festival semacam Synchronize Fest yang serigkali menghadirkan reuni dari beberapa musisi maupun gigs-gigs lokal ibukota atau kota-kota lain. Ya, bisa dibilang era dari Bla Bla Blast telah lama usai dan hanya meninggalakan nama. Mungkin saya (atau beberapa pembaca dari Knurd) merindukan band ini kembali tampil ke permukaan ntah dengan membawa konsep lama sebagai trio atau setidaknya minimal melakukan jamming session yang kemudian ditujukan untuk sebuah acara tribute atau gigs berkonsep back to mid-2000s era atau apalah yang mampu mengobati kerinduan terhadap “gokilnya” mereka. Tidak terlalu menaruh harapan karena pada akhinya kembali lagi, mereka hanyalah seorang manusia dengan berbagai kesibukan dan memiliki kehidupan masing-masing, juga setidaknya dengan berakhirnya artikel ini, Bla Bla Blast, dengan tahun-tahun yang telah dilalui beserta karya-karya nya biarlah menjadi sebuah rekam jejak dan arsip dalam skena indiependent lokal.
https://www.last.fm/music/Bla+Bla+Blast!
https://myspace.com/blablablast
2 Comments
Kurang bonus tracknya itu, ada di video klip rediscovering atlantis nama lagunya
Wah bener juga hiphop bitches, saking belum pernah sekalipun dengerin jadi kelewat. Thx koreksinya