Akhirnya album full length perdana Amukredam, band post-hardcore asal Jakarta, resmi dirilis tanggal 23 Mei 2021 lalu. Album yang diberi tajuk “The Album” ini berisikan 10 lagu yang direkam dalam rentang waktu Agustus 2020 – Januari 2021.
10 materi yang ada di album ini merupakan koleksi lagu Amukredam dari 2013 – 2021 yang sebelumnya belum pernah direkam dan dirilis.
Rian Pelor (DÈTENTION./Rimauman Music), juga membantu menuliskan Linear note untuk album ini, ia menulis:
“Terlepas dari segala sentimen, sejak gerakan Revolution Summer yang muncul di Washington DC, Amerika Serikat pada pertengahan 1980-an perlu diakui bahwa emo, screamo, dan post-hardcore adalah bagian integral dari hardcore dan punk rock. Berbicara dalam konteks itu kancah emo, screamo, post-hardcore – atau apalah kategori yang memayungi subgenre ini- di Indonesia bisa dibilang bertumbuh kembang di awal 2000-an sebagai bagian kancah hardcore dan punk rock lokal tanah air.
Terlepas dari elemen estetis musiknya, memang banyak bias opini yang kemudian mendangkalkan jenis musik itu sehingga publik – bahkan pelakunya – kerap terperangkap dalam pemaknaannya yang hanya dilihat dari aspek tampilan atau fashion statement. Walau jelas tidak bisa dinafikan semua subkultur pun memiliki arketip bentukannya dari aspek fesyen.
Pasca “emo boom” di tanah air pada awal 2000-an, tak terpikir oleh saya sesudahnya akan muncul regenerasi grup-grup musik yang merejuvenasi subgenre ini, dan membawanya ke level eksplorasi yang lebih serius, beragam, dan mengakar. Dari sekian nama yang tertangkap radar saya, salah satunya adalah Amukredam. Dibentuk tahun 2012, Amukredam merilis mini album, split album, dan terlibat dalam album kompilasi Revolution Autumn –yang berisi band-band dari ranah emotive hardcore kontemporer. Walau begitu eksistensinya bisa dibilang underrated, atau tidak begitu mencuat karena band ini kerap aktif dan non-aktif. Bahkan baru 10 tahun kemudian di tahun 2021 ini, Amukredam melepas album penuh debutnya.
Berbicara akan album debut, bila dibandingkan dengan musik yang mereka lepas sebelumnya, jelas ada transisi musikal yang cukup signifikan dalam formulasi musik Amukredam di album penuh debutnya. Kehalusan dalam takaran porsi kekerasan yang coba mereka tawarkan dalam materi album itu memberikan nuansa dan warna yang lebih luas. Ada kedalaman dalam musiknya, dan khususnya liriknya yang jauh dari kesan superfisial, walau dalam bio Bandcamp-nya mereka menuliskan “we’re loaded with pretentious bullshit.”
Secara garis besar, kita akan menemukan semua elemen pondasional yang membuat sebuah album emo/screamo/post-hardcore yang bagus dalam album Amukredam ini. Bagus dalam artian berada dalam segmentasi musik jenis ini, tapi itu pun bukan juga berarti album ini sempurna tanpa cela. Karena jelas selera dan preferensi adalah hal yang sangat subyektif.
Secara tata suara album ini dieksekusi dengan baik hingga memberikan pengalaman sonikal yang melengkapi secara keseluruhan sepuluh lagu dalam album debut Amukredam. Tiap lagu punya pendekatannya tersendiri termasuk beberapa yang memakai spokenwords dengan bait-bait puitis sebagai bentuk ekspresi. Tapi bagi saya ada beberapa nomer yang cukup mencuri perhatian seperti “Shots In the Dark”, “Musim Dingin”, “Lautan”, ”The Mighty Don’t Kneel”, “Nothing’s Fun Under the Sun”, dan “A Renunciation of Ending, A Power of Will”.Rian Pelor, (DÈTENTION./Rimauman Music)
Ada asa yang meluruh, dan realita yang memberangus namun juga ada harapan membentang yang termuat dalam album ini. Dan, pastinya sebuah pilihan yang bisa disimak penggemar musik seperti yang dimainkan Amukredam.”
Menurut kami sendiri, Amukredam menambahkan sedikit kemasaman sisi gelap pada albumnya ini. Pemilihan aransemen musik dan liriknya juga menggambarkan nuansa pojok ruang, terkucilkan dan tersingkirkan. Mengingatkan kami pada Rekah yang belakangan juga baru merilis single dengan unsur gelap yang serupa tapi tak sama.
Simak album terbaru dari Amukredam melalui Spotify: