“Anjir merem bentar udah album ke-20”.
Skor: 5/5
King Gizzard and The Lizard Wizard bukan sekumpulan manusia, fun fact, mereka adalah sekumpulan android yang dikirim dari masa depan dengan satu tujuan: menghancurkan dunia. Ngga kok, mereka adalah sekumpulan muda-mudi Australia yang begitu passionate dalam berkarya. Faktanya, dengan rilisnya Omnium Gatherum, band ini sudah merilis total 20 album dalam rentang 10 tahun eksistensi mereka. Sebuah pencapaian yang luar biasa, bukan?
Dalam Omnium Gatherum yang dirilis 22 April 2022 lalu, King Gizzard and The Lizard Wizard benar-benar memaksimalkan kesempatan yang ada setelah sekian lama tidak berada dalam satu ruangan sebagai satu band, akibat COVID-19 tentunya. “Proses rekaman studio untuk album ini terasa signifikan karena ini adalah kali pertama seluruh anggota KGLW berada dalam satu ruangan dan bertukar ide secara aktif setelah masa lockdown yang panjang”, ujar Stu Mackenzie, bandleader King Gizzard pada Stereogum.
Bukan main, album ini dibuka dengan epik sepanjang 18 menit, The Dripping Tap, yang begitu variatif, seolah memberikan penggambaran awal terhadap apa yang akan datang selanjutnya. The Dripping Tap dibuka dengan Ambrose Kenny-Smith (harmonica, synth, backing vocals) yang bernyanyi dengan nada–nada soul yang menyentuh, diiringi dengan instrumen yang menenangkan hati, sebelum pendengar “dihajar” dengan cacophony of sounds dan teriakan khas Stu Mackenzie selaku vokalis utama. Tempo The Dripping Tap yang cepat benar-benar membawa pendengar ke dunia lain.
Berbicara tentang dunia lain, track kedua, Magenta Mountain, seolah menjadi tempat pendengar berlandas setelah dibawa ke dunia lain oleh The Dripping Tap. Magenta Mountain merupakan track yang tercipta dalam periode penulisan album mereka yang lalu, Butterfly 3000. Nuansa synth yang kental dibarengi dengan produksi ala garage rock yang tanpa basa-basi, dan Stu Mackenzie yang berusaha meyakinkan pendengar akan adanya fenomena alam yang indah dibalik horizon sana menjadi daya tarik track ini.
Tak hanya berkutat dalam genre rock, KGLW juga bereksperimen dengan genre lain seperti metal dan terutama hip-hop (dengarkan track ke-enam, Sadie Sorceress). Di titik ini, sudah bukan hal yang aneh kalau KGLW bertamasya keluar dari zona nyaman mereka. Memulai karir mereka dengan genre garage rock, mereka saat ini telah menyambangi hampir semua genre yang ada di muka bumi. Jazz? Dengarkan album Sketches of Brunswick East. Musik microtonal ala Timur Tengah? Dengarkan album Flying Microtonal Banana. Thrash metal? Dengarkan album Infest the Rats Nest. Dari katalog yang bervariasi ini, KGLW memutuskan untuk menggabungkan semuanya kedalam Omnium Gatherum, dimana dua kata tersebut adalah bahasa Latin dari “a collection of miscellaneous things”.
Meski menggabungkan berbagai genre dalam satu double album berdurasi sekitar 80 menit, KGLW berhasil menciptakan sebuah amalgam yang meninggalkan kesan yang tak mudah untuk dilupakan. Buat saya, rilisan ini bisa dijadikan entry point yang fantastis bagi para pendengar awam yang belum familiar dengan karya-karya King Gizzard and the Lizard Wizard. Give it a listen.